AYIK Rosita menyandarkan punggungnya di kursi dalam ruangannya. Kakinya diselonjorkan untuk melepaskan pegal dan penat. Seharian ia berada di depan laptop, memperbaiki proposal penelitian yang akan diajukan pendanaannya.
Nilai dana penelitian yang dia ajukan memang tidak terlalu besar. Namun dana itu sebagian dapat dimanfaatkan untuk membeli beberapa kebutuhan hidup dan penampilannya. Maklum, hingga saat ini Ayik Rosita belum memutuskan untuk menikah, meski ia telah punya kekasih. Karenanya, gaji dan pemasukan sebagai seorang dosen muda ia manfaatkan untuk memenuhi gaya hidupnya.
Kebetulan untuk beberapa bulan ke depan Ayik Rosita sedang membutuhkan dana banyak untuk membeli perabotan rumah barunya, membeli laptop baru lantaran laptop lamanya sudah sering bermasalah. Rencana untuk healing dan traveling masih ia tunda. Hari-harinya selalu ia habiskan di depan laptop. Ia berharap proposalnya kali ini lolos, sehingga mendapat dana penelitian.
Bahkan, malam Minggu yang semestinya dimanfaatkan untuk sekadar jalan-jalan bersama Azidan kekasihnya, terpaksa harus diabaikan. Ia lebih fokus mengerjakan proposal penelitian. Pikirnya, masih banyak malam Minggu berikutnya. Sedangkan batas waktu pengajuan proposal tidak dapat ditunda atau diundur.
Matahari sudah condong ke barat ketika Ayik coba memperbaiki metode penelitian dalam proposalnya. Ia sendirian di ruangannya. Dosen-dosen lain yang mengajar di hari Sabtu sudah pulang pukul empat sore tadi. Ayik berniat untuk menyelesaikan proposalnya, meski kemungkinan bisa sampai agak malam.
Sebetulnya Ayik sedikit malas untuk bekerja sore hingga malam hari di kampus. Selama ini banyak beredar kabar dari dosen dan pegawai, kampus tempatnya bekerja banyak dihuni makhluk halus atau hantu. Tetapi ia coba memberanikan diri.
Di tengah semangat menekan tombol-tombol di laptop, tiba-tiba Ayik mendengar suara mesin printer di ruang administrasi. Padahal Wahyono, pegawai administrasi sudah pulang ke rumah. Mesin printer itu terdengar keras, seperti sedang mencetak banyak kertas.
Ayik mencoba cari tahu siapa yang sedang mengunakan printer di ruang administrasi. Ternyata ruangan itu kosong, tidak tampak seorang pun. Ketika Ayik masuk ke ruang administrasi, mesin printer itu tidak berfungsi. Anehnya, tombol on di mesin itu menyala hijau. Artinya baru saja ada yang menggunakan mesin printer itu. Ayik segera menekan tombol off untuk mematikan mesin itu.
Belum semenit Ayik duduk di ruangannya, terdengar kembali suara printer di ruang administrasi. “Kok bisa?” pikir Ayik.
Padahal tadi ia sudah matikan mesin printer itu. Seperti yang pertama, ketika Ayik datangi ruang administrasi, suara printer itu terhenti.
“Mungkin ada yang korslet.” Ayik mencoba menduga. Ia pun mencabut kabel printer yang menancap di stop kontak. Berbarengan dengan itu, sekelebat Ayik melihat sosok anak kecil berlari keluar dari ruang administrasi, lalu menghilang. Ayik kaget dan merinding.
Ayik kembali melanjutkan menulis proposal penelitiannya. Lagi-lagi suara printer itu berbunyi. “Bukankah tadi sudah kucabut kabelnya?” Ayik menggerutu.
Perasaannya campur-aduk, antara heran, kaget, dongkol, dan takut. Ia pikir ini pasti ulah hantu anak kecil yang tadi mempermainkan mesin printer. Karenanya Ayik tak lagi mendatangi ruang administrasi. Ia biarkan suara printer itu berbunyi sampai berhenti sendiri.
Ayik memang dikenal sebagai dosen wanita yang pemberani di antara teman-teman dosen yang lain. Meski demikian, suara printer di ruang administrasi dan sosok anak kecil misterius yang tadi melintas mengusik rasa ingin tahunya. Siapa hantu anak kecil itu dan mengapa dia berbuat iseng memainkan mesin printer.
***
Di luar ruang tempat kerja Ayik, hari sudah mulai gelap. Lampu-lampu di seluruh halaman kampus sudah menyala. Ayik masih belum selesai mengerjakan proposal penelian. Apalagi tadi banyak waktu yang tersita oleh gangguan suara printer di ruang administrasi.
Baru saja Ayik hendak melanjutkan pekerjaannya, terdengar suara air mengucur dari keran yang ada di dapur.
“Siapa yang membuka keran air?” tanya Ayik dalam hati. Ia tak melihat atau mendengar seseorang melangkah ke dapur kampus. Nyali Ayik mulai sedikit menciut. Rasa takut mulai muncul.
Perlahan ia berjalan menuju dapur yang jaraknya sekitar sepuluh meter dari ruangannya. Untuk sampai ke dapur, Ayik harus melewati beberapa ruang dosen. Ia tengok satu-persatu ruang dosen, siapa tahu ada teman dosen yang ke kampus malam hari. Ayik tidak menjumpai siapa pun.
Sesampai di dapur, Ayik melihat keran air yang mengucur deras. Ia memandangi seluruh ruangan di dapur. Tidak ada tanda-tanda orang habis memasak atau mencuci sesuatu. Namun ia merasakan ada sesuatu yang berbeda. Semilir angin menerpa punggungnya. Padahal di dapur tidak ada lubang angin atau jendela yang terbuka. Ayik sedikit merinding. Secepatnya ia tutup kembali keran air dan bergegas kembali ke ruangannya.
Jam di dinding ruang dosen sudah menunjukkan angka 7.30. Artinya sudah cukup malam bagi Ayik berada di kampus. Sementara ia belum makan malam. Perutnya juga sudah mulai minta diisi. Saat Ayik berpikir untuk memesan makanan lewat aplikasi pemesanan, tiba-tiba terdengar kembali suara keran air yang mengucur deras. Kali ini ia bukan lagi terkejut, namun benar-benar takut. Hendak berjalan ke dapur lagi, nyalinya semakin menciut. Tidak ke dapur, suara keran air itu sangat menggangunya.
Dengan sisa nyalinya Ayik berjalan kembali ke dapur. Ia lihat keran air mengucur deras. Bukan hanya itu. Ayik mencium aroma dupa di sekeliling dapur kampus. Baunya seperti dupa kayu cendana.
Ayik merinding bukan kepalang. Apalagi saat Ayik hendak mematikan keran air di dapur, ia melihat sosok perempuan berbaju brokat putih berdiri di sudut dapur. Hantu perempuan, pikir Ayik. Wajah hantu perempuan itu tidak cantik, tetapi juga tidak terlalu jelek. Yang pasti tetap saja menyeramkan melihatnya di malam hari.
Buru-buru Ayik matikan keran air dan berlari kembali ke ruangannya. Nafasnya terasa tersengal-sengal. Ayik segera membereskan barang bawaan. Laptop ia matikan dan dimasukkan kembali ke dalam tasnya. Ia memutuskan untuk berhenti melanjutkan proposal penelitiannya.
Aroma dupa cendana itu kini terasa hingga ke ruangan Ayik. “Benar-benar teror ini…” pikir Ayik sambil menahan rasa takutnya. Selama ini baru sekarang Ayik mengalami kejadian yang menyeramkan. Padahal awalnya ia tak percaya ketika teman-teman dosen bercerita bahwa kampus mereka seperti sarang hantu. Hampir di setiap jengkal tanah di kampus terdapat cerita mistis. Kini Ayik harus mengakui cerita orang tentang kampusnya yang angker.
***
Rapat program studi baru dimulai. Pak Edward, sang ketua jurusan, mengawali rapat pembahasan persiapan ujian akhir semester. Ayik datang sedikit terlambat. Matanya masih terasa mengantuk lantaran sulit tidur semalam. Nuansa horor di kampus semalam membuatnya sulit memejamkan mata.
“Ibu Ayik sehat khan?” tanya Pak Edward begitu melihat wajah Ayik tampak sayu.
“Alhamdulillah Pak Kajur.., hanya kurang tidur semalam,” jawab Ayik.
“Wahh.., pasti lembur bikin proposal ya..?” tebak Pak Edward.
“Betul, Pak.. tapi bukan itu yang membuat saya kurang tidur. Semalam saya diteror hantu di kampus,” kata Ayik membuat dosen-dosen terkejut.
“Hahh.. teror apa, Bu Ayik?” tanya Risa Mutiara, dosen baru yang masih muda.
“Semalam saya mengerjakan proposal penelitian di kampus. Tiba-tiba banyak kejadian aneh. Printer di ruang administrasi bersuara seperti ada orang sedang mencetak. Muncul hantu anak kecil. Lalu keran air di dapur mengucur sendiri disertai desir angin dan bau dupa kayu cendana. Lantas ada sosok perempuan di sudut dapur,” terang Ayik.
“Hiiii…” seru beberapa dosen merasa ngeri.
Hanya Pak Kusmedi yang tertawa mendengar cerita Ayik. Merasa diperhatikan semua dosen, Pak Kusmedi menjelaskan.
“Itu ulah Suta, Ropingah, dan Parimin”, kata pak Kusmedi.
“Siapa mereka, Pak?” tanya Ayik.
“Makhluk halus yang tinggal di jurusan kita. Sebenarnya mereka tidak menganggu, tidak bisa menyakiti kita. Hanya usil saja,” kata Pak Kusmedi menenangkan.
“Kenapa mereka tinggal di ruang jurusan kita?” tanya Ayik penasaran.
“Entahlah, mungkin mereka arwah yang belum sempurna, boleh dibilang arwah penasaran di masa lalu yang memilih tinggal di kampus kita,” jawab Pak Kusmedi.
Ayik percaya saja cerita Pak Kusmedi. Selama ini Pak Kusmedi dikenal sebagai dosen yang memiliki mata batin untuk bisa melihat hal-hal yang bersifat mistis.
Ayik berharap peristiwa semalam tidak terulang lagi padanya. Ayik pun sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak menyelesaikan pekerjaan di kampus hingga larut malam. Bahkan ketika siang hari pun Ayik kini merasa sedikit takut jika berada di kampus sendirian. Siapa tahu makhluk halus yang konon bernama Suta, Ropingah, dan Parimin itu akan menggodanya juga di siang hari bolong.
- Ini adalah cerita fiksi misteri bersambung. Jika terdapat kesamaan nama, tempat, dan peristiwa hanyalah kebetulan dan rekaan penulis semata
Penulis: Chusmeru
Editor: Adnyana Ole