PRIA ini adalah mahasiswa paling humoris yang pernah saya kenal di kampus UPMI Bali. Ia sering kali bercerita lucu dan kadang menjadi orang yang jahil saat sedang mengobrol bersama. Ini dilakukannya agar suasana menjadi cair dan tidak tegang.
Indra, begitulah orang-orang kerap menyapanya. Nama lengkapnya I Made Indra Sanjaya, tercatat sebagai mahasiswa semester V Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID), dengan konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali, di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS).
Meskipun dilahirkan di Denpasar, ia adalah putra asli Badung, tepatnya di Desa Tumbak Bayuh, Kecamatan Mengwi. Sejak kecil ia sudah menunjukkan bakat paling menonjol di bidang seni pedalangan.
Pemuda kelahiran 21 Juni 2004 ini mengaku awal ketertarikannya terhadap seni pedalangan dimulai saat duduk di bangku SD berumur 9 tahun. Ketika itu tiap kali sang ayah mementaskan wayang, Indra selalu ikut menyaksikan ayahnya beraksi. Mendengar nama ayahnya, orang pasti mafhum dan akan berkata buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Sang ayah adalah I Ketut Muada, dalang yang dikenal dengan Wayang Joblar. Sang ayah menjadi seorang dosen Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) di Fakultas Bahasa dan Seni di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI Bali), yang berperan menjadi mentor Indra dalam menekuni seni pedalangan.
Setelah lulus SD, Indra malah melanjutkan pendidikannya ke SMP Seni Ukir Tangeb yang terletak di Banjar Delod Pempatan, Abianbase, Mengwi, Badung. Setelah mengenyam pendidikan selama tiga tahun di SMP tersebut, Indra melanjutkan pendidikannya di SMKN 3 Sukawati Gianyar. Di sini ia memilih jurusan seni pedalangan.
“Saya ingin mengikuti jejak ayah menjadi dalang,” ujarnya
Selain belajar seni pedalangan di sekolah, di rumah pun Indra belajar dan terus belajar meningkatkan kemampuan mendalang dari ayahnya. Saat awal masuk lebih dalam ke seni pedalangan ini, sang ayah selalu memberikan pesan yang tak akan pernah dilupakannya: teruslah belajar dan tidak boleh merasa sudah bagus.
“Saat dilatih oleh ayah, suasananya tidak menegangkan, malah lebih ke arah santai dan humoris. Saya diberikan kebebasan dalam belajar tapi tidak terlepas dari pengawasannya,” tutur Indra.
Hal lain yang dipelajarinya dari sang ayah adalah bahwa kesehatan fisik dan mental sangat penting bagi seorang dalang. Untuk itu, dalam menjaga kesehatan fisik harus menghindari makanan berminyak dan menghindari minum es sebelum pentas, serta perbanyak minum air hangat agar warna suara tidak terganggu.
Untuk menjaga kesehatan mental, Indra mengatakan ia harus bisa menenangkan diri dan menghapal cerita serta dialog yang akan diucapkan saat pentas, agar mental siap dan tidak grogi saat pentas. [T]
Reporter/Penulis: Deni Arsa
Editor: Adnyana Ole
Catatan: Artikel ini adalah hasil dari pelatihan jurnalistik berkaitan dengan program magang mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali di tatkala.co