23 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Dalang Cilik Narend di Festival Tepi Sawah 2019/ Foto: Gandhi

Dalang Cilik Narend di Festival Tepi Sawah 2019/ Foto: Gandhi

Mebalih Dalang Cilik Narend di Festival Tepi Sawah

Gede Gandhi by Gede Gandhi
July 10, 2019
in Khas
81
SHARES

Setahun sudah tidak menulis di Tatkala.co sehingga saat bertemu dengan sang CEO di Festival Tepi Sawah saya ditodong langsung untuk menulis lagi. Tulisan saya sebelumnya juga sama yakni terkait tentang Festival Tepi Sawah tertanggal 19 September 2018.

Nah ini juga sama seperti tahun sebelumnya sebuah catatan yang telat karena saya lebian gae hahahaha…. nah jangan close dulu, ikuti sampai akhir karena menulis ini penuh perjuangan, saya menulis sambil edit vlog, wawancara narasumber dan sembari menunggu jadwal siaran diradio dagang ubad.

Ok, jadi begini, Festival Tepi Sawah (mih dawe gati), singkat saja ya pakai FTS heee….. FTS ini berlangsung sudah tiga kali (2017, 2018 dan 2019 semoga terus berlanjut) dan dua ini merupakan kali kedua saya mengikuti acara ini. Ini acara yang bagus dan konsisten. Sejak awal saya mengetahui acara ini sebenarnya cukup antusias dan saya amati bukan saja dari konsep namun pemilihan tallent juga sing maen-mae cae….. di sini, anda bisa belajar, menambah relasi hingga makan sepuasnya.

Ok! Kita persempit pembahasan ya… dari dua hari penyelenggaraan, hari pertama adalah yang paling seru dimana siang hari sekitar pukul 14.00 wita ada pementasan wayang lemah dan malamnya sekitar pukul 22.00 wita ada tribute to Koesplus.

Ini bukan wayang sekedar wayang, dalangnya bernama Narend atau lengkapnya bernama Putu Adhyaksa Narendra Krishna ia tampil di area Batan kayu. Dia ini baru berusia 7 tahun dan mulai kenal sama seni khususnya pedalangan sejak usianya 1,5 tahun. Tampil hampir 30 menit kurang lebih, Narend cukup lihai tampaknya membawakan cerita Palguna Wana Kerthi yang artinya menjaga dan melestarikan lingkungan.

Meski terbata-bata dan tampak sedikit gerogi, anak pertama dari dua bersaudara ini mampu menyelesaikan cerita tersebut dengan lancar. Penonton tersenyum dan memberikan tepuk tangan usai pementasan.

Narend anak yang keren menurut saya, dia bisa hafal dengan bahasa sansekerta dan menerjemahkannya kedalam bahasa Bali serta Indonesia (video nyusul ya masih edit dan cari internet dulu hahahahaha… ) cerita yang dibawakan snagat sederhana tapi tidak semua anak terlebih orang dewasa mampu seperti Narend, kata sang ayah, Gygox, anaknya itu sih ada keturunan dari sang leluhur yang memang seorang dalang. “Ya! Saya coba tanya orang yang mengerti terkait hal itu, katanya sih leluhurnya,”jawab vocalis band Parau ini.

Narend sudah tampil diberbagai acara dan dia pun cukup sering diundang untuk tampil di televisi lokal atau pun nasional terkait kelihaiyannya dalam memainkan wayang Bali. Narend mengaku senang menjadi dalang, bahkan ia bercita-cinta menjadi seorang dalang.

Narend sejatinya sama selayaknya anak kecil seumurannya yang suka main hp atau menangis sat keinginannya tidak dipenuhi (orang dewasa juga ada kok kek gini hahaha) ia hanya menerima tawaran memainkan wayang yang ia sukai. “jadi pernah saya terima saja dan dia tak mau main atau dia mau main tapi tak maksimal. Akhirnya setelah kejadian itu saya lakukan pendekatan sebelum menerima tawaran untuknya,”ucap sang ibu Dani Melisa.

Teruslah berkesenian khususnya traditional ya Narend agar tidak punah kesenian Bali khususnya seni pedalangan.


Tonton aksi Narend di link ini:

  • https://www.vidio.com/watch/1698872?utm_source=vod&utm_medium=app-android&utm_campaign=vidio-app-share

Nah setelah mebalih wayang, malamnya lanjut nonton musik yakni tribute to Koesplus yang dilakukan oleh all artis. Ini keren! Mereka membawakan dengan penuh penghayatan meski tampak jeas dibeberapa lagu terdengar sumbang dan seperti tak nyambung antara pemain dan penyanyi, tak tau apakah ini perasan saya karena minuman atau memang begitu adanya.

Mereka ini membawakan sekitar sembilan lagu seperti 1. Bunga Di Tepi Jalan, 2. Kembali Ke Jakarta, 3. Kolam Susu, 4. Ku Jemu, 5. Oh Kasihku, 6. Tul Jaenak Jaeji, 7. Bujangan, 8. Cubit Cubitan dan 9. Kapan Kapa. Ini tampak apik dan saya sendiri seperti bernostalgia ke era masih kecil dimana bpk saya selalu memutarkan lagu ini setiap pagi dan sepulang kerja dari sawah.


BACA JUGA:

  • Festival Tepi Sawah Dibuka Aneka Workshop Bertema Budaya Indonesia
  • Koes Plus Tak Pernah Mati
  • Pekak Taro Bercerita, Turis Asing pun Bengong Mendengar
  • Pangraksa Jiwa dari Dayu Ani, Mengukuhkan Keragaman Nusantara

Seharusnya dalam setiap penampilan musik apalagi festival penyelenggara tak usah menyediakan kursi terlalu banyak karena lebih asik lesehan dan/atau joget ini lebih seru kecuali acara musik resmi semacam intimite concert atau sejenisnya. Lah… ini lho musik Koesplus yang musiknya paling enak untuk joget masak penontonnya duduk manis dikursi ? hahahahahaha……

Tapi, banyak juga penonton yang berjoget dan larut dalam irama musik Koesplus yang berlangsung di Uma Stage. Secara keseluruhan FTS ini mengajarkan kita bagaimana manusia seharusnya menyadari dan mulai bertindak ramah terhadap lingkungan. Festival ini mendekatkan kita kepada lingkungan yang saat ini menurut data dan risert lingkungan mulai rusak karena sampah dan polusi.

Uma Satage sebagai panggung utama tampil berbeda jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini panggung utama tidak lagi berlatar indahnya sawah hikzz…..

Okelah, demikian dulu tulisan saya sebab saatnya saya siaran semoga next bisa saya nulis lagi ya, hahahaha…. semoga bermanfaat dan berfaedah. [T]

Tags: DalangDalang CilikFestival Tepi Sawahwayang
Gede Gandhi

Gede Gandhi

Jurnalis, penulis, blogger, penyiar

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Esai

Aturan Baru, Kenapa Masih Bosan di Rumah?

Pendemi selalu membawa banyak cerita. Kegiatan yang tidak pernah kita lakukan selama di rumah membuat kita menjadi lebih kreatif untuk ...

July 5, 2020
Foto: Mursal Buyung
Esai

Serba-Serbi Rasa Menjelang Wisuda dan Pascawisuda

Berbicara tentang wisuda bagi mahasiswa yang lazimnya dikatakan semester akhir tentunya penuh rasa, pastinya ada rasa bahagia, dan ada rasa ...

February 14, 2019
Ilustrasi : popbela.com
Esai

Menata Cinta dalam Kehidupan Realita

Iya, cinta itu memang unik. Satu kata yang memiliki makna penuh. Apa sih sebenarnya  definisi CINTA itu ? Ada orang ...

May 22, 2020
youtube
Opini

Najwa Shihab dan Jalur Indie – Apakah Televisi akan Mati?

  EPISODE perdana “Catatan Najwa” yang diunggah ke berbagai lini sosial media sangat menarik. Setelah berakhirnya acara “Mata Najwa” di ...

February 2, 2018
Ulasan

Perempuan yang Keluar dari Cangkang – Bedah Buku “Kutang Sayang Gembel Madui”

SELALU menyenangkan membaca cerpen yang mengajak pembacanya berpikir dan menunjukkan usaha penulisnya dalam bereksplorasi. Terasa makin istimewa bila itu didapat ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ni Nyoman Sri Supadmi
Esai

Teknologi Berkembang, Budaya Bali Tetap Lestari

by Suara Perubahan
January 23, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1355) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In