10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Toh Langkir dan Perang Itu | Cerpen Mas Ruscitadewi

Mas RuscitadewibyMas Ruscitadewi
November 16, 2024
inCerpen
Toh Langkir dan Perang Itu | Cerpen Mas Ruscitadewi

Ilustrasi tatkala.co

PENGADUKAN lautan susu, Ksirarnawa oleh para dewa dan raksasa dimaksudkan untuk mendapatkan tirta amrta yang berarti tidak mati atau abadi.

Raka Swari dan Adhi Swara pemilik panggung Ksirarnawa, kembali memainkan lakon pengadukan lautan susu.

Gunung Agung di pakai sebagai pusat adukan. Tak bisa kukenali mana kelompok dewa dan kelompok raksasa, semuanya sama, sama-sama memutar searah jarum jam.

“Hei kalian putar ke kiri, ” teriak Adhi Swara.

“Ya ya harus ada yang mau memutar ke kiri saling bertentangan agar terperas air susunya, baru akan mendapatkan amrta, ” Raka Swara berusaha memberi pengertian.

“Kami harus memutar ke kanan, karena kami orang-orang baik, kami orang-orang suci, ” kata sekelompok orang.

“Kamilah yang memutar ke kanan, kami serupa dewa-dewa bukan raksasa, ” teriak kelompok lain bergemuruh.

Adhi Swara dan Raka Swari saling pandang, lalu keduanya menjadi satu. Membuat goncangan hebat pada Gunung Agung, Hyang Tohlakir.

Orang-orang terkesima, melepas tali-tali yang dipegangnya. Beberapa diantaranya mulai berkonsentrasi, berdoa, mengerahkan segala kekuatannya. Ada yang menjadi besar dan sangat besar, ada yang menjadi tinggi dan sangat tinggi, menjadi manusia bertanduk, ada yang menjadi mahluk bersayap, ada yang tubuhnya menyala, dengan energi petir yang menyambar-nyambar.

“Sebagai wartawan tugasmu mencatat dan memotret”, kurasa suara Raka Swari di hatiku. Dan anehnya, seperangkat kamera dan alat tulis telah ada di tanganku.

Kulihat dengan jelas,kupotret dengan cepat, energi-energi api yang dikeluarkan orang-orang itu. Api-api itu,  kecil, besar, sangat besar, warna merah muda jinga, merang tua Semuanya  membentuk tali-tali halus sangat halus berwarna merah menyala. Tali-tali itu kita terlihat jelas mengikat Gunung Agung.

“Kau lihat tali-tali merah itu kan, perhatikan dan catat, dari foto-foto itu akan kau belajar mengenali warna dan bentuk energi ” bisik Adhi Swara di telingaku

“Sejak dahulu telah terjadi perebutan gelar “pendeta” utama di Gunung Agung. Menjadi pendeta utama di Gunung Agung seolah-olah menjadi orang yang paling suci di Bali, sehingga sering diperebutkan dan diributkan, justru oleh orang-orang yang katanya suci dan membela kesucian, ” jelas Raka Swari.

Ya, aku ingat kasus perpecahan lembaga umat Hindu Parisadha Bali tahun 1998 yang menjadi Parisadha kelompok Besakih dan Parisadha kelompok Campuhan. Aku melihat, mencatat, memotret, kengototan pengurus lama, cekcok, intimidasi dan stategi sekelompok lain yang ingin perubahan.

Raka Swari tersenyum, sambil menunjukkan foto-foto dan catatan lama saat aku sebagai wartawan yang bisa masuk kemana saja.

Kini perebutan itu mulai gencar dilakukan, terutama oleh pendeta-pendeta yang berasal  dari luar keluarga Ida Bagus.

“Kenapa bukan kita yang menjadi pendeta utama di Gunung Agung, ini jaman Republik bukan jaman kerajaan. Kenapa harus dari klain yang mengaku bramana. Kita juga brahmama. Para Ida Bagus  disebut berkasta brahmana oleh Belanda, oleh penjajah yang mau memecah belah bangsa, ” kata salah seorang pimpinan pendeta berapi-api. Para pendeta yang lain mulai berani mengeluarkan uneg-unegnya.

“Kalau masalah kesucian, pengetahuan Weda, pendeta klain lain juga tak kalah hebat, ” tambah pendeta muda yang tampan.

“Ritual itu suci, seharusnya juga tulus, adil, tidak memberatkan  dan mengikuti perkembangan jaman, ” kata pendeta muda yang terlihat agak pendiam.

Para pendeta yang lain menoleh padanya, mengangguk-angguk dan mulai agak riuh.

Pertemuan para pendeta itu sebenarnya juga didengar para pendeta keluarga Ida Bagus dan keluarga mereka. Tapi mereka tak terlalu khawatir, karena mereka sangat yakin dengan anugrah Bhatara Lelangit di Toh Langkir yang memang menugaskan klain mereka sebagai pemegang ajaran kependetaan di Bali. Selain itu mereka juga sudah menyiapkan struktur dan sistem pewarisan ajaran pada generasi penerus dalam sebuah organisasi klain yang solid yang dipimpin seorang walaka yang ahli sastra, dosen, sakti, sekaligus politikus andal.

Yang bergerak aktif dan kreatif menguasai, yang tak bisa dikuasai, ahli telikung, dan pencuri handal pusaka-pusaka suci demi misi suci. Katanya.

Perang antar para pendeta berbeda klain itu terus berlangsung, dalam kehidupan kasat mata dan yang tak kasad mata.

Raka Swari dan Adhi Swara melirikku.

“Tidakkah kau lihat tali-tali yang mengikat Gunung Agung dari arah yang berlawanan itu. Coba perhatikan baik-baik, lihat saja, jangan difotret, tak akan terlihat, hanya bisa kau rasakan di hatimu,” bisik Raka Swari begitu dekat di jantungku.

Seketika jantungku seperti berhenti berdetak.

Adhi Swara seperti masuk ke dalam rongga jantungku, bersatu dengan Raka Swari, lalu perlahan jantungku berdetak kembali, pelan, makin lama makin cepat. Gunung Agung bergetar hebat.

Tubuhku seperti menjadi Gunung Agung yang diputar dengan tali-tali halus merah dan putih, sambil memotret dan mencatat semua yang terjadi.

Pendeta Utama menghadap Dewa Wisnu meminta agar Gunung Agung tidak meletus. Tetapi Dewa Wisnu tidak berkenan dan tetap akan meletuskan Gunung Agung. Terjadi silang pendapat diantara para Dewa, ada yang tidak setuju. Ya, Naga Basuki tidak setuju, ia sedang menikmati penyerahan diri seorang pendeta perempuan penguasa esensi air yang bersedia melayaninya asal Gunung Agung tidak meletus.

“Saya bersedia melayan Tuanku, menjadi pendamping Tuanku, asal Gunung Agung tidak meletus, Tolonglah Tuanku, ini demi Bali, demi Pariwisata Bali. Tolonglah hamba, tolonglah Bali, tolonglah Pariwisata Bali, tolonglah rakyat Bali yang menggantungkan hidupnya dari pariwisata, ” pendeta itu memohon.

Aku kasihan pada Pendeta itu,  yang telah berbohong, yang memuja Naga Basuki atas permintaan gubernur yang tak takut kunjungan pemimpin negara besar asing gagal. Tindakannya didorong oleh banyaknya uang yang diberikan dan rasa kecewa pada kekasihnya ingkar janji,

Dewa Wisnu marah, memutus ikatan tali-tali nafsu Naga Basuki. Naga Basuki berteriak, dan lemas.

Pendeta Perempuan itu juga dihukum, diambil kemampuannya menguasai esensi air. Pendeta muda itu menangis, memohon ampun, tapi Dewa Wisnu tak bergeming. Sebenarnya beliau kasihan pada kesayangannya itu, tapi uang dan rasa kecewa telah menggodanya.

Aku prihatin dengan pendeta perempuan itu. Kemudaan membuatkannya kurang bijak sebagai pendeta, sehingga mudah tergoda iming-iming keduniawian.

Pendeta muda itu sesungguhnya sangat istimewa, mempunyai anugrah penyembuhan cepat dengan media air. Puja puji menjeratnya pada percintaan yang rumit. Mematangkan karmanya.

Upaya pendeta utama, memperalat pendeta perempuan muda gagal.

“Pokoknya Gunung Agung tak boleh meletus, ” begitu kesimpulan rapat para pendeta keluarga Ida Bagus. Kesimpulan itu sesungguhnya berisi banyak pengecualian yang tak boleh ketahui umum.

Hentah dengan strategi apa, atau karena ada kepentingan yang sama agar Gunung Agung tidak meletus. Tiba-tiba para pendeta bersatu, tak ada perbedaan klain lagi.

Semuanya ke langit berdemo. Mereka tidak mau menghadap Dewa Brahma, Dewa Wisnu atau Dewa Siwa. Mereka hanya mau bertemu Sang Hyang Acintya.

Gerbang Sang Hyang Acintya berwarna cahya putih keperakan. Saat gerbang terbuka, cahya putih berkilat memantul ke tubuh para pendeta-pendeta itu. Memperlihatkan gambaran seperti film perbuatan dan dosa-dosa yang mereka telah lakukan.

Para pendeta itu bubar seperti merasa malu pada dirinya sendiri. Hanya ada 10 pendeta yang bercahaya bening, laki-laki dan perempuan, termasuk yang sudah dikatakan meninggal dunia.

Para pendeta itu masih berusaha dengan segala macam cara agar Gunung Agung tidak meletus.

Masing-masing pendeta dan kelompok punya alasan sendiri-sendiri, yang dikatakan ataupun yang dirahasiakan.

Pendeta keluarga Ida Bagus menduga meletusnya Gunung Agung sebagai pertanda berakhirnya era kepemimpinan spiritual klain mereka, juga sebagai bagian dari kutukan kematian dari Dewa Brahma yang telah mereka laksanakan dengan penggelar upacara dan puja di pura-pura yang menjadi petilasan Hyang Lelangit.

Perang tak kasat mata terus terjadi antara orang-orang sakti yang menjadi anak buah para pendeta.

Seorang pendeta kelompok baru yang vokal dan digadang-gadang untuk memimpin kelompok baru dikroyok, berlari, bersembunyi dan berlindung ke Gunung Agung, ia tidak ikut berupaya agar Gunung Agung tidak meletus. Pendeta yang juga dosen itu hanya memasrahkan dirinya pada Hyang Tolangkir

Kelompok pendeta yang lain,    bertujuan meraih kepercayaan penguasa, menjaga Bali dari bencana, menunjukkan eksistensinya. Ada juga melakukannya dengan kepentingan sendiri-sendiri, misalnya agar rumah, keluarga dan artha bendanya selamat.

Pendeta sakti itu, bergerak sendiri, membuat lubang-lubang energi yang mengelilingi kaki gunung menebus ke pusat magna Gunung Agung.

Berhari-hari dia lakukan sendiri demi desanya yang menjadi jalan aliran lahar, demi keluarga, sanak saudara dan artha bendanya. Ia berperang dengan keinginan duniawinya, sampai Hyang Tolangkir menegur dan mengambil kesaktianya.

Ada juga pendeta yang hanya menjadi pengontrol aktivitas Gunung Agung dan para sakti yang mendekatinya untuk dilaporkan kepada kelompoknya.

Kadang mereka berkerja sama dengan alasan sendiri-sendiri untuk membuat Gunung Agung tidak meletus.

Maha Kuasa Tuhan yang mengatur segalanya, Gunung Agung tidak meletus hebat seperti yang ditakutkan. Hentah apa sebabnya, tetapi semua yang terlibat tak lepas dari karmanya, atau memang sudah menjadi bagian dari perjalanan karmanya.

Para pendeta-pendeta muda sakti yang masih labil seringkali dipakai sebagai tameng untuk menyerang pihak lain. Pendeta-pendeta muda itu sangat mudah dimainkan psikologinya oleh pendeta-pendeta senior. Jadilah kependetaannya berguguran.

Perang antara pendeta kelompok lama dan kelompok baru masih saja terjadi menjatuhkan korban, pendeta-pendeta yang tak tahu apa-apa, atau anak istri dan sanak saudara yang diharapkan.

Sebagai pencatat dan pemotret seringkali emosiku terlibat. Merasa sakit yang teramat sakit, luka-luka itu bahkan menembus kulitku. Tapi syukurnya Adhi Swara maupun Raka Swari selalu mengingatkan tugasku sebagai penulis dan juru foto.

“Gunung Agung telah menjalankan fungsinya, memutar lautan susu. Pendeta-pendeta itu orang-orang itu telah melakukan tugasnya, menarik dengan kuat tali-tali pengikat gunung. Tali warna merah energi dari nafsu, keserakahan, keduniawian. Tali yang tak bisa kau lihat, yang hitam adalah energi ketulusan dan kepasrahan, yang hanya bisa kau rasakan. Merah dan hitam bukan baju, bukan nama, bukan gelar, hanya warna, proses menjadi putih dan kuning.”

Lalu, Amerta? [T]

  • BACAcerpen laindi tatkala.co
Dunia Jero Sekarini | Cerpen I Made Ariyana
Maling Pratima | Cerpen I Made Ariyana
Toleransi 2 Hari | Cerpen I Made Ariyana
Made Merta dan Kisahnya Menabung
Rumah Tusuk Sate | Cerpen Putri Santiadi
Cintaku dan Cinta Kawanku | Cerpen Kadek Susila Priangga
Untuk Mamah dan Nenek | Cerpen Alfiansyah Bayu Wardhana
Tumbal Politik | Cerpen I Made Sugianto
Hyang Ibu
Jerit Padi Luka Pesisir | Cerpen Gede Aries Pidrawan
Arus Pelayaran | Cerpen Karisma Nur Fitria
Sejak Itu Samsu Berubah | Cerpen Khairul A. El Maliky

Sumbi Tak Mengandung Anak Tumang | Cerpen Amina Gaylene
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Kilian Surya | Balada Buruh Kecil

Next Post

Program Gelis Diksi Toska, Usaha Merawat Pohon Literasi

Mas Ruscitadewi

Mas Ruscitadewi

Sastrawan, dramawan, pecinta anak-anak. Penggagas berbagai acara seni-budaya di Denpasar termasuk Bali Mandara Nawanatya yang digelar pada setiap akhir pecan selama setahun.

Next Post
Program Gelis Diksi Toska, Usaha Merawat Pohon Literasi

Program Gelis Diksi Toska, Usaha Merawat Pohon Literasi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co