SEKAA Janger Waringin Emas dari Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, tampil memukau dengan gending-gending yang kadang syahdu, kadang riang. Tema gending (lagu) yang dibawakan sarat dengan pesan moral yang berkaitan dengan relegi, cinta tanah air, cinta alam, kemanusiaan dan nasionalisme.
Sekaa janger itu tampil serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB), Kamis sore, 4 Juli 2024, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar.
“Kami sudah sangat siap menampilkan janger sebagai tari pergaulan di Bali,” kata pembina IAA Yuliaswathi Manuaba didamping pembina Gede Putra Arya Bagus Gunawan di sela-sela pentas janger itu.
Sekaa Janger Waringin Mas menampilkan Janger Malampahan (bercerita) yang tetap pada pakem janger sebagai jenis tari pergaulan. Ditarikan secara berkelompok dan berpasangan dengan penuh kegembiraan. Ciri khasnya, yakni para penari menari sambil membawakan gending-gending yang saling bersahutan antara para penari wanita yang disebut janger dan penari laki-laki ang disebut kecak.
Janger (penari perempuan) pada Sekaa Janger Waringin Emas dari Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar | Foto: Ist
Gending-gending yang dibawakan sebagian besar memang mengajak manusia untuk menjalani kehidupan seutuhnya dalam konsep Tri Hita Karana, yaitu berbakti kepada Tuhan, menjaga hubungan baik dengan sesama dan hubungan manusia harmonis dengan alam.
“Kami menampilkan janger tradisi sebagai bukti generasi muda Bali tetap menjaga kelestarian janger,” kata Yuliaswathi.
Sebagai warisan budaya yang adiluhung, pakem-pekem janger wajib hukumnya untuk tetap dijaga, namun penting pula merevitalisasi gending-gending Janger yang telah lama ditinggalkan.
Janger itu menampilkan 14 pasang muda dan mudi dari Sekaa Teruna Dharma Bakti Banjar Pesalakan yang merupakan sekaa janger pertama kali muncul di Kecamatan Tampaksiring.
Menurut Yuliaswathi, gending-gending Janger yang disajikan memiliki ciri khas serta mengandung nilai-nilai pendidikan spiritual, sosial, kebersamaan, toleransi, cinta kasih, tanggung jawab, sopan santun, dan kebangsaan. Dengan begitu, sajian janger ini tak hanya menghibir, tetapi dapat memetic pesan yang ada.
“Ini menjadi salah satu media mempersatukan generasi muda Bali, sekaligus menjadi bukti generasi muda tetap mencintai dan melestarikan seni warisan leluhurnya,” katanya.
Janger Waringin Mas mengambil lakon “Tri Lingga Murti” yang mengisahkan diutusnya oleh Senopati Kuturan yang diutus oleh Sri makuta Wangsa Wardana untuk menyelesaikann sengketa 9 sekte yang sedang berkonflik di Bali. Dalam penyajiannya, diawali dengan Pengaksama Janger, seperti memperkenalkan diri, sekaligus menyampaikan ucapan selamat datang dan ungkapan terima kasih atas kehadiran para penonton yang menyaksikan pertunjukan janger.
Kecak (penari laki-laki ) pada Sekaa Janger Waringin Emas dari Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar | Foto: Ist
Kemudian Pepeson Janger Gending Medabdaban yang ditandai dengan keluarnya penari janger, menari dan membawakan gending. Lalu Pepeson Kecak, yakni keluarnya penari kecak (laki-laki) dan menari dengan tarian sangat sederhana menyuarakan kebersamaan mereka cermin para pemuda di pedesaan.
Selanjutnya Gending Manah Iseng, Gending Dong Dabdabang, Mula Kutuh, Stambur Kecak I, Titiang Lacur, Gending Pesta Kesenian Bali, Gending Putih Putih Saput Anduk, Stambur Ii, Gending Nguyeg Kacang, kemudian menampilkan Lakon “Tri Lingga Murti”.
Setelah itu dilanjutkan dengan Gending Mulih. Janger ini diiringi dengan gong barungan Semar Pegulingan yang melibatkan 30 orang penabuh. [T][Pan]