10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mendem: Totalitas Komunikasi Transendental dalam Berkesenian

ChusmerubyChusmeru
June 20, 2023
inEsai
Memaknai Perbedaan Komunikasi Antarbudaya: Bukan Sekadar Wacana

INDONESIA MEMILIKI RAGAM kesenian rakyat yang begitu banyak di setiap daerah. Berbagai kesenian itu pada umumnya bersifat menghibur. Meskipun ada beberapa kesenian rakyat yang dipandang sakral.

Kesenian yang menghibur dapat juga menjadi sakral ketika unsur magis menyertai penampilan kesenian itu. Mendem atau kesurupan dalam kesenian dianggap sebagai bagian dari hiburan sekaligus magis. Kesurupan atau kerasukan di Bali disebut kerauhan, yaitu proses transendental ketika roh atau makhluk gaib merasuk dalam diri pemain kesenian.

Ragam kesenian yang disertai mendem di Indonesia cukup banyak. Di Jawa Timur ada Jathilan atau Jaranan. Jawa Tengah memiliki Ebeg dan Sintren. Jawa Barat kesenian Kuda Lumping juga ditandai dengan kesurupan. Sedangkan di Bali, kesenian tari Barong dan Kecak kadang diwarnai dengan kerauhan pemainnya.

Mendem adalah fenomena yang terjadi pada beberapa kesenian rakyat. Tidak semua kesenian rakyat diwarnai dengan kesurupan. Unsur hiburan tetap menjadi tujuan kesenian rakyat. Mendem biasanya dianggap sebagai totalitas komunikasi transendental para pemain dalam berkesenian.

Terhimpit Tiga Budaya

Sesungguhnya kesenian rakyat adalah simbol egalitarian dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kesenian rakyat selalu digelar dalam ruang terbuka secara melingkar. Khalayak dalam kesenian bersifat homogen, saling mengenal; kecuali bagi penonton yang berasal dari luar. Karena kesenian rakyat bersifat egaliter, maka tidak ada penonton dengan kategori VIP.

Kesenian rakyat juga merupakan simbol komunikasi sosial. Bahkan di masa lalu kesenian rakyat sering digunakan sebagai simbol perlawanan dan heroisme rakyat. Banyak gerakan kesenian yang menghentakkan kaki ke bumi sebagai eskpresi perlawanan. Selain itu, kesenian rakyat sering dijadikan kamuflase penggalangan rakyat untuk melawan penjajah.

Sayangnya, kesenian rakyat kini kurang digemari lagi di masyarakat. Utamanya kesenian rakyat yang dahulu banyak terdapat di Jawa. Kesenian rakyat terhimpit di antara tiga budaya, yaitu budaya Barat, budaya K-pop, dan budaya Timur Tengah.

Budaya Barat banyak menawarkan modernitas kepada masyarakat. Serba baru, serba teknologi, dan serba bernilai ekonomis serta praktis adalah beberapa ciri budaya Barat. Sedangkan kesenian rakyat dipandang sebagai bagian dari budaya yang ahistoris. Kesenian rakyat dianggap terlalu njelimet, tak pernah berubah, dan kuno.

Budaya K-pop yang merupakan turunan dari Korean Wave telah menghasilkan histeria baru pada individu maupun kelompok musik dari Korea Selatan. Generasi milenial dan generasi Z banyak yang tergila-gila dengan artis K-pop. Bahkan kadang bertindak irasional dalam menggandrungi penyanyi maupun grup band Korea.

Sedangkan budaya Timur Tengah menjajakan simbol-simbol religiusitas. Pengaruhnya cukup signifikan bagi perkembangan kesenian rakyat. Budaya lokal dan kesenian daerah dianggap bertentangan dengan agama tertentu. Bahkan pernah terjadi tindak kekerasan dan persekusi terhadap kelompok dan simbol-simbol tradisi, ritual, adat, dan kesenian rakyat yang dilakukan oleh kelompok tertentu atas nama simbol religiusitas.

Fenomena Mendem

Mendem dalam kesenian rakyat biasanya merupakan salah satu bagian dari sekuen pertunjukan. Memahami mendem atau kerasukan tidak cukup hanya dari peristiwa hilangnya kesadaran diri pemain kesenian pada satu saat.

Kajian fenomenologi dapat digunakan untuk mengetahui lebih jauh tentang mendem, baik dari proses menjadi (becoming), motif penyebab (because motives), maupun motif masa depan (in order motives). Seseorang dapat menjadi mendem saat pertunjukan kesenian melalui proses yang panjang.

Penelitian terhadap pelaku kesenian rakyat di Jawa Tengah menunjukkan, bahwa agar dapat mendem seseorang harus memiliki Indang, sejenis roh halus atau makhluk gaib yang setiap pentas dapat dipanggil untuk merasuk dalam tubuhnya (Chusmeru, 2011).

Proses untuk mendapatkan Indang juga tidak begitu mudah. Seseorang harus melakukan tirakat atau ritual tertentu. Langkah awal biasanya dengan menjalankan puasa selama tiga hari untuk membersihkan diri. Dilanjutkan dengan berendam di malam hari pada sendang atau sungai yang dianggap keramat, seperti tempuran; yaitu pertemuan dua sungai menjadi sungai utama.

Setelah itu dilanjutkan dengan mendatangi tempat-tempat angker, seperti makam seorang tokoh atau pohon besar yang dikeramatkan masyarakat. Tempat-tempat seperti ini dipercaya dihuni oleh para leluhur yang memiliki kesaktian di masa lalu. Di tempat inilah seseorang meminta untuk diberikan Indang.  

Banyak alasan kenapa seseorang menjadi pemain kesenian dan bersedia untuk mendem. Salah satu penyebabnya (because motives) adalah totalitas berkesenian. Menghibur masyarakat dengan berkesian perlu totalitas. Dan hal itu bisa diperoleh melalui komunikasi secara transendental dengan leluhur saat Indang merasuk dalam tubuhnya. Tanpa mendem, seorang pemain kesenian rakyat seperti Ebeg maupun Sintrendianggap tidak total. Masyarakat juga kurang terhibur jika ada pemain kesenian yang tidak mendem.

Sedangkan yang menjadi alasan ke depan (in order motives) para pelaku kesenian rakyat yang rela kesurupan adalah untuk melestarikan ragam kesenian yang ada di daerahnya. Selain itu juga sebagai upaya untuk menghormati para leluhur. Kesenian rakyat banyak yang mulai dijauhi oleh generasi muda. Oleh karena itulah para pemain berharap kesenian tetap lestari.

Apa yang dilakukan para pemain kesenian di daerah sesungguhnya patut diapresiasi. Mengingat budaya nasional adalah adalah puncak dari budaya-budaya daerah. Jika mendem dalam kesenian rakyat dicibir sebagai sesuatu yang irasional; lantas apa bedanya dengan histeria massa pendukung penyanyi dan grup band K-pop? [T]

  • BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU

[][][]

Esai-esai lain tentang Ilmu Komunikasi

Ilmu Komunikasi di Perguruan Tinggi Hindu, Untuk Apa?
Ruang Komunikasi dalam Seni Rupa
Komunikasi sebagai Kunci Interaksi Lintas Budaya | Catatan dari Inggris [2]
Strategi Kampanye Pemilu: Antara Komunikasi Persuasif dan Pencitraan
Sentuhan Komunikasi dalam Pariwisata
Tradisi Bayen di Wonosobo: Komunikasi Antarpersona Mewujudkan Women Support Women
Teknologi Komunikasi: Analisis Trade Policy Marketplace di Indonesia
Komunikasi dan Revitalisasi Kesenian Tradisional
Menjaga Reputasi Melalui Interaksi dengan Netizen
Tags: ilmu komunikasikomunikasikomunikasi informasiSeniUniversitas Jenderal Soedirman
Previous Post

Berwisata Sambil Belajar dari Kehidupan Desa Senaru : Ada Rumah Tua dan Guide Perempuan

Next Post

Pesan-pesan Megawati Kepada Wayan Koster

Chusmeru

Chusmeru

Purnatugas dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP, Anggota Formatur Pendirian Program Studi Pariwisata, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Penulis bidang komunikasi dan pariwisata. Sejak kecil menyukai hal-hal yang berbau mistis.

Next Post
Pesan-pesan Megawati Kepada Wayan Koster

Pesan-pesan Megawati Kepada Wayan Koster

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co