26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Made Sumanasa belajar berjalan menggunakan kaki palsu dari bahan sampah plastik

Made Sumanasa belajar berjalan menggunakan kaki palsu dari bahan sampah plastik

Ada Sampah Plastik, Ada Kepedulian, Terciptalah Kaki Palsu dari Sampah Plastik

Jaswanto by Jaswanto
February 2, 2021
in Khas

Kita mulai cerita ini dari Made Sumanasa (50), warga Kubutambahan, Buleleng, Bali. Oleh sebab yang tak diinginkannya, ia terpaksa menggunakan kaki palsu. Dan kaki palsu yang digunakannya bisa disebut sesuatu yang mengagumkan. Sesuatu yang bagi sebagian orang mungkin jauh lebih mengagumkan daripada kaki Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi saat mencetak gol. Sesuatu yang lebih spektakuler daripada kaki iblisnya (diable jamble) Sanji dalam serial manga One Piece karya Eiichiro Oda.

Kaki palsu mungkin masih terdengar biasa. Tapi kaki palsu yang dikenakannya terbuat dari sampah plastik, bukan terbuat dari resin, fiber, atau katalis. Kaki palsu ini ia dapatkan dari Yayasan Kaki Kita Sukasada (YKKS).

Nah, proses panjang penciptaan kaki palsu ini — mulai dari niat baik untuk menciptakan hingga produksi berkualitas tinggi yang dihasilkannya – memang mengagumkan.

Untuk membuat satu kaki palsu, YKKS membutuhkan dua kilogram sampah palstik yang sudah dicacah. Sampah plastik yang dipakai pun tak sembarangan karena hanya botol plastik saja yang bisa digunakan.

YKKS merancang kaki palsu dari botol plastik itu disebabkan karena selama ini kaki palsu memiliki kisaran harga yang cukup mahal, sementara kebutuhan terhadap kaki palsu terbilang banyak. Di sisi lain, banyak penyandang disabilitas di Buleleng masih dalam usia produktif.

“Kami melihat di mana penyandang disabilitas kencing manis (diabetes) di Buleleng sebagian besar dengan ekonomi menengah. Sehingga hati kami terdorong untuk membantu mereka,” tutur I Made Aditiasthana, pendiri Yayasan Kaki Kita Sukasada.

Tentang kaki palsu yang digunakan Made Sumanasa punya riwayat yang cukup panjang. Lelaki itu awalnya menderita luka pada kaki karena diabetes. Aditiasthana-lah yang merawat Sumanasa sejak awal. Ketika masuk, dokter menyarankan amputasi. Sumanasa menolak dan stress. Tapi Aditiasthana berhasil membuat lelaki itu tenang dan paham.

Sumanasa pun bersedia kakinya dipotong. Dan Aditiasthana memberinya kaki palsu secara gratis. Kaki itu dipakai hingga sekarang, dan lelaki dari Kubutambahan itu pun bisa berjalan ke mana-mana seperti manusia lain.

I Made Aditiasthana, foto paling kanan

Bermula dari Kepedulian

Yayasan yang sudah berdiri sejak 2019 ini membandrol kaki palsu dari sampah plastik ini seharga 1 hingga 1,5 juta rupiah per buahnya. Harga ini masih lebih murah dibandingkan kaki palsu fiber-resin yang mencapai 6 juta rupiah bahkan lebih. Namun, khusus penyandang disabilitas yang tak mampu membelinya, yayasan akan memberikannya secara cuma-cuma⸺atau gratis, tanpa biaya sepeser pun.

“Pembuatan alat sekitar satu bulan, setelah itu kami akan masuk pada proses eksperimen karena produk ini sudah pernah ada yang buat di NTB, tapi tidak booming,” imbuhnya.

Penggunaan metode daur ulang limbah plastik untuk kaki palsu ini sebenarnya sudah mulai sejak 2004. Tetapi baru menemukan  momentumnya pada 2019 saat Yayasan Kaki Kita Sukasada resmi didirikan⸺dan berbadan hukum.

Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa, pengolahan sampah plastik untuk kaki palsu ini berawal dari rasa kepedulian Adit terhadap penderita diabetes yang kakinya sampai diamputasi. Berdasarkan data dari Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Kabupaten Buleleng, pada tahun 2018 penderita diabetes militus di Buleleng mencapai 4.493. Sedangkan pada tahun 2019 mengalami kenaikan hingga 15.399 penderita diabetes militus. Hal ini menjadikan penyakit tidak menular ini berada di urutan ketiga setelah hipertensi primer di urutan pertama dan ISPA di urutan kedua dari sepuluh besar Penyakit Kabupaten Buleleng.

Masyarakat penderita diabetes jika terluka pada bagian kaki, biasanya akan berujung pada amputasi. Mau tidak mau, bagi mereka yang kakinya diamputasi pasti memerlukan kaki palsu. Sedangkan harga kaki palsu di Tokopedia, misalnya, tak ada yang di bawah 2 juta. Seorang dokter spesialis fisik dan rehabilitasi Prof. Dr. dr Angela BM Tulaar, SpKFR(K) juga mengatakan bahwa harga kaki palsu atau prostetik sekitar 2 jutaan (detikhealth, 2019). “Tentu hal ini sangat memberatkan pasien penderita amputasi (khususnya diabet) yang kebanyakan berada di kelas menengah ke bawah,” ujar Adit.

Berawal dari masalah inilah Adit bersama seorang rekannya, Beni Ariadi⸺sang pembuat kaki palsu, sedangkan Adit hanya mengonsep⸺akhirnya fokus pada pembuatan kaki palsu dari sampah botol plastik.

Karena merasa memiliki visi-misi sama, yaitu rasa kepedulian, mereka berdua pada Oktober 2019 mendirikan Yayasan Kaki Kita Sukasada. Tak hanya memiliki program pembuatan kaki palsu saja, yayasan yang berlokasi di Jl. Pratu Mas No 7 ini, juga memiliki program perawatan untuk pasien kencing manis yang tidak mampu dan pemberdayaan penyandang difabel.

Belajar Peduli pada Aditiasthana

Di Pakistan kita mengenal sosok Abdul Sattar Edhi, pekerja sosial yang wafat 8 Juli 2016 lalu., yang  yang memulai kerja-kerja sosialnya dengan membuka toko obat kecil di samping rumahnya, yang meawarkan obat-obatan sederhana, berapa pun bayarannya. Tempat itu kini masih menjadi rumahnya, yang ditinggali juga oleh istri dan empat anaknya. “Saya kira itu kewajiban saya sebagai manusia,” kata Edhi mengenang langkah-langkah awalnya dulu. “Saya dapat pastikan bahwa pemerintah kami tidak akan mengurusi layanan-layanan sosial seperti itu.

Pada 1957, dia mendirikan Yayasan Edhi untuk menerima donasi dalam rangka membangun tenda-tenda rumah sakit bagi korban flu Hong Kong yang mengancam kala itu. Dari seorang pengusaha, dia memperoleh dana untuk membeli mobil ambulan yang dibawanya sendiri untuk menjemput orang-orang sakit. “Itulah pertama kalinya saya memperoleh kepercayaan yang bersar,” katanya.

Pada 1965, Edhi menikahi Bilquis Bano, seorang perawat di satu klinik miliknya. Dinahkodai Biquis, Yayasan Edhi lalu membangun rumah bersalin gratis dan membantu proses adopsi anak-anak yatim atau bayi-bayi “terbengkalai”. Mereka menyiapkan keranjang bayi di banyak tempat untuk siapa saja yang tak menghendaki bayinya. Mereka juga mengumumkan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk tujuan yang sama, tanpa minta keterangan siapa sang ibu atau lainnya. Di samping kantornya ada ayunan bayi dan tulisan: “Jangan Bunuh Anakmu.”

Salah satu periode paling mengerikan bagi Edhi dan Balquis adalah perang 1965 antara India dan Pakistan, ketika Karachi dibom. Selain merawat mereka yang terluka dan sekarat, keduanya harus memandikan 45 mayat (Edhi yang laki-laki, Bilquis perempuan) dan menyiapkan pemakaman mereka. Dalam memoarnya, A Mirror to the Blind (1996), Edhi terang-terangan mengecam mereka yang merasa jijik dan terlalu suci untuk menyentuh tubuh orang-orang mati.

Pemerintah Pakistan wajib malu kepada Edhi dan yayasannya, karena yayasan itu kini merupakan organisasi layanan sosial terbesar di negara itu. Sejak didirikan, yayasan itu telah menampung sekitar 20.000 bayi yang ditelantarkan, merawat sekitar 50.000 anak yatim, dan melatih lebih dari 40.000 perawat. Dan yang paling Edhi kagumi: jumlah armada ambulansnya kini terbesar yang dijalankan organisasi non-pemerintah di dunia. Jika Anda ke Pakistan dan sekarat tanpa sejawat sama sekali, telpon saja Yayasan Edhi!

Tetapi ini bukan tentang Edhi. Ini tentang I Made Aditiasthana, sosok di balik terciptanya kaki palsu dari sampah plastik untuk para penderita diabetes yang kakinya sampai diamputasi. Adit (panggilan akrabnya), menyulap sampah plastik menjadi sesuatu yang luar biasa⸺dan tak terduga. Adit memang bukan Abdul Sattar Edhi, tapi apa yang dilakukannya sepertinya sama.. Seperti kata Edhi, “Saya kira itu kewajiban saya sebagai manusia.” Adit memiliki YKKS, Edhi memiliki Yayasan Edhi.

Kepedulian Adit seperti narasi Injil Lukas tentang orang Samaria yang murah hati (Luk. 10: 25-27). Seperti dikisahkan Yesus, orang Samaria memiliki sikap peduli terhadap sesama yang menderita. Sikap keberpihakan yang ditunjukan oleh orang Samaria ini amat berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh seorang imam dan seorang Lewi. Imam dan Lewi mengabaikan begitu saja orang yang sedang menderita di pinggir jalan. Mereka mengabaikan realitas penderitaan yang ada di hadapan mereka. Mereka lebih mementingkan ego pribadinya dan mengambil jalan untuk menghindar dan membiarkan sang korban yang tergeletak, bergulat dan bergelut dengan penderitaannya sendiri.

Tentu saja, Adit dengan YKKS-nya bukan termasuk orang yang ‘neurosis’ (suatu kondisi di mana orang berusaha melarikan diri dari dirinya sendiri) seperti kata Fritz Perls. Orang neurosis mengorbankan diri mereka sendiri untuk mengembangkan dirinya. Akibatnya, mereka merasa hampa, kering, dan tidak bermakna. Sedangkan YKKS tidak. YKKS berani untuk menjadi diri sendiri⸺karena itulah sumber kebahagiaan.

Seperti halnya Yayasan Edhi di Pakistan, YKKS yang didirikan Adit juga dikenal imparsial, tidak memihak kelompok mana pun. Mereka melayani semua orang tanpa pandang bulu, tanpa mendahulukan yang Hindu maupun yang Muslim, atau agama lainnya. Barangkali, bagi Adit maupun Edhi, agama mereka adalah mengabdi kepada kemanusiaan dan percaya bahwa semua agama di dunia punya dasar-dasar kepercayaan.

Pada diri Adit, kita menyaksikan contoh bagaimana agama yang benar, yang merupakan rahmat bagi siapa pun, dijalankan dengan baik. Dengan sendirinya tanpa pamrih dan kesombongan. Terima kasih, Adit. [T]

Jaswanto

Jaswanto

Kader HMI Cabang Singaraja, penulis novel Munajat Hati.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Foto-foto: Eka
Ulasan

Pameran Lontar: Tidak Semua Sakral – Ada juga Falsafah Islam

SINTHA Pramadewi terlihat serius melihat aksara demi aksara yang tertulis di atas selembar daun lontar. Dengan terbata-bata ia berusaha membaca ...

February 2, 2018
Pementasan Jayaprana Layonsari oleh Komunitas Mahima di Pesta Kesenian Bali, Taman Budaya Denpasar, 21 Juli 2017./ Foto-foto: Dea Chessa LS
Ulasan

Jayaprana Layonsari Rasa Rujak Campur – Sebuah Catatan Kecil

DI tengah sajian kesenian bernuansa konservasi budaya konvensional Pesta Kesenian Bali ke-39 di Art Centre Denpasar. pementasan Jayaprana Layonsari oleh ...

February 2, 2018
Upacara munggah bhawati Putu Bagiada dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat di Puri Celukbuluh, kawasan Lovina, Buleleng, Sabtu, bertepatan dengan Tumpek Landep, 13 Februari 2021.
Khas

Putu Bagiada | Dari Bupati ke Bhawati, Dari Riuh Politik ke Hening Pengetahuan

Tak banyak kabar terdengar, Putu Bagiada, yang dikenal sebagai Bupati Buleleng periode 2002-2007 dan periode 2007-2012, kini sudah menyandang status ...

February 15, 2021
Foto: Putu Eka
Opini

Buleleng Terkaya di Bali, Sesungguhnyalah Tak Perlu Investor

DI Bali hanya dua kabupaten yang memiliki danau sekaligus laut: Buleleng dan Tabanan. Bangli punya danau besar tapi tak punya ...

February 2, 2018
Esai

Yudistira dan Botol Minumannya – Bermain Sains Sederhana tentang Tekanan Udara

BELAJAR tekanan udara, tentu kita akan belajar masalah faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan udara, alat ukur, dan rumusnya. Kemudian, diberi pemahaman ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dedek Surya Mahadipa
Esai

Cerita-Cerita Biasa dan Tak Biasa Semasa Pandemi

by Dedek Surya Mahadipa
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1412) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In