26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Sekaa Gong Br. Serongga Tengah Tempo Doeloe  [Foto: Dok Penulis]

Sekaa Gong Br. Serongga Tengah Tempo Doeloe [Foto: Dok Penulis]

Upah “Negen Blesengan” Jadi Gamelan Gong Kebyar – [Nostalgia dari Serongga Tengah, Gianyar]

A.A. Ngurah A. Windara by A.A. Ngurah A. Windara
April 11, 2020
in Khas
90
SHARES

Tibalah hari bersejarah itu, hari yang membahagiakan seluruh warga banjar, ketika satu set perangkat gambelan gong kebyar sudah ditata rapi di balai banjar. Hanya dari obrolan singkat antar warga secara getok tular, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, seluruh warga tanpa dikomando ramai-ramai hadir di balai banjar. Tanpa beralas kaki, saya pun ikut berlari dan segera menginjakkan kaki di balai banjar. Tentu saja balai banjar kami tidak semegah sekarang ini.

Orang-orang sudah pada berkerumun. Saya liat wajah-wajah sumringah warga melihat “jerih payah” mereka, kini sudah nyata di depan mata. Namun ada yang aneh,  saya lihat pada beberapa instrumen gambelan tersebut, ada yang sepertinya belum 100 persen selesai, terutama pada aksesorisnya. Setengah lebih ukiran pada bagian pelawah masih kosong, tidak ada ukirannya.

Kemana gerangan ukiran tersebut? Belakangan saya tahu, kalau hal tersebut adalah bagian dari kesepakatan banjar kami dengan pihak Pande Gableran, pihak yang memproduksi dan menyuplai perangkat gambelan tersebut. Pande Gableran secara bertahap melengkapi semua aksesoris ukiran tersebut, seiring dengan pelunasan cicilan warga.

Walapun kami punya seperangkat gambelan yang masih tonden pragat, toh setiap malam seka gong banjar sudah bisa berlatih, latihan megambel dengan bibir selalu mengembangsenyum. Kami bahagia.

Itu adalah kisah sekitar tahun 70-an, tepatnya sekitar tahun 1972, menurut ingatan saya, ketika itu saya baru kelas satu SD. Saat itulah, untuk pertama kalinya  warga banjar kami memiliki seperangkat gambelan gong atas nama organisasi banjar sendiri.

Sebelumnya, untuk keperluan di pura dan acara-acara lainnya, banjar kami menggunakan  ‘Gong Gumi’, sebutan untuk seperangkat instrumen gambelan yang dimiliki Desa Adat Serongga, yang dipakai secara bergilir oleh 4 banjar.

Saya yang kurang memiliki kepekaan terhadap seni karawitan, sama sekali tidak tertarik atas megahnya ukiran pada semua piranti gambelan, tidak pula tertarik atas merdunya suara gambelan baru itu, saya justru tertarik pada proses, bagaimana cara warga banjar mendapatkannya. Kas banjar jauh dari cukup, uniknya lagi  warga banjar tidak mengeluarkan serupiah pun untuk membayar cicilan.

Lalu, dari mana warga banjar mendapatkan uang cicilannya?  Masalahnya, zaman dulu belum dikenal malam amal  dengan menjual kupon bazar kepada teman, saudara atau pejabat yang bisa kita todong. Juga belum kenal cara instan mendapatkan uang dengan menjual kupon ayam goreng cepat saji.

Tidak pula mengenal tabuh rah bodong dengan alasan upacara di pura.  Masyarakat masih “bodoh”, tak bisa membuat proposal walau menyontek sekalipun untuk mendapatkan uang bansos yang ujung-ujungnya rela “dibarter dengan suara” bila musim pemilihan legislatif tiba.

Kembali kepada pertanyaan tadi, “Dari mana mendapatkan uang ?”

Jawabannya, “‘Dari jasa memanen dan mengantar blesengan !”

“Bagimana bisa ?”

“Ya bisalah!!!”

“Begini ceritanya!”

Kala itu, kehidupan masyarakat Serongga, khususnya warga di banjar saya, Banjar Serongga Tengah kebanyakan berprofesi sebagai petani dan buruh. Ada juga yang berprofesi sebagai PNS, tentara, guru, dan itu sangat sedikit.

Sebagai warga banjar, tanpa kecuali, semua warga wajib melaksanakan kerja ‘buruh tani’ ketika ada salah satu warga yang sawahnya panen. Semua warga turun ke sawah, menyabit padi yang telah menguning sampai mengangkut hasil panen ke rumah yang punya sawah. Sebagai jasa memanen dan mengangkut blesengan, yaitu hasil panen tadi, banjar mendapat piakan atau pembagian hasil panen. Oleh pengurus banjar, piakan tersebut dijual. Hasil penjualan inilah yang dipakai membayar cicilan gambelan tersebut.

Ini sesuatu bingitssss, istilah anak muda zaman milenial. Betapa kreatif dan mulianya pemikiran pengurus dan warga. Membangun relasi kehidupan sosial yang sangat bermartabat, jauh dari nilai-nilai ‘melacurkan’ diri’ (maaf) seperti pada masyarakat umumnya sekarang ini. [T]

Tags: Banjar Serongga Tengah GianyarGianyargong kebyarnostalgiapertanian
A.A. Ngurah A. Windara

A.A. Ngurah A. Windara

Pernah menulis di Majalah KANAKA (FakSas UNUD) th. 1987-1990. Penulis Lepas di ‘SAHABAT PENA’ (terbitan POS & GIRO) Th. 1985. Menulis ‘apa saja’ pada blog pribadi ‘MATA ANGIN’ : gungwin.blogspot.com (sampai saat ini). Script Writer di ELKOGA Radio Bali untuk berbagai program & iklan (sampai saat ini)

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Foto sebagai ilustrasi, diambil dari grup akun jual-beli di facebook
Opini

Apa dan Siapa Intelektual Muda Hindu yang Dimaksud Ngurah Suryawan?

Tulisan Ngurah Suryawan berjudul “Saru Gremeng Intelektual Muda Hindu” di tatkala.co sungguh keren. Pertama, tulisan itu mengangkat kembali khasanah kosakata ...

September 20, 2019
Ilustrasi diolah dari sumber foto  Pinterest.com
Esai

Maha Berat Beban Sosial Seorang Sarjana untuk Pulang ke Kampung Halaman

Hallo para sarjana, bagaimana kabarnya? Masih dengan perasaan riuh suasana hari wisuda yang banjir bunga dan ucapan Congratulations dari teman, ...

December 24, 2019
Mahasiswa KKN Undiksha di Desa Puhu 2019
Khas

Anak-anak yang Terpanggil dan Memanggil-manggil – [Catatan Terakhir KKN Undiksha di Desa Puhu 2019]

tamu akan pulang ke rumahnya mengutuk pertemuan dengan perpisahan karena yang datang akan pergi, dan yang hidup akan mati. Sebagaimana ...

August 8, 2019
Bersiap kumpulkan sampah di Desa Tulamben, Karangasem
Khas

Generasi Peduli Lingkungan dari Tulamben: Bank Sampah & Komunitas Rare Segara

Tiap kali saya diajak berbicara tentang sampah, membaca berita-berita yang mengulas sampah di media sosial, tau melihat langsung sampah di ...

May 20, 2019
Pementasan Puisi-Musik dari Tan Lioe Ie
Esai

“Puisi-Musik”, – Misi Agar Puisi Menjangkau Publik yang Lebih Luas.

PADA dasarnya sebuah ideal punya potensi berubah. Apa yang ideal pada suatu ruang, waktu, tertentu potensial bergeser pada ruang dan ...

July 5, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Wayan Eka Artana Putra, pengelola kedai kopi mini di Pecatu, Badung
Khas

Pandemi, Bule jadi “Tamu Lokal”, Ngebon pun Biasa | Cerita dari Sebuah Kedai Kopi

by Nyoman Nadiana
January 26, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Made Adnyana Ole [Ilustrasi Nana Partha]
Esai

Filosofi Luluh Sate

by Made Adnyana Ole
January 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1362) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (311) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In