2 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas

Nyepi Teater Kalangan – Membaca Ulang dan Meragukan Diri

Agus Wiratama by Agus Wiratama
January 25, 2020
in Khas
40
SHARES

Sebagai catatan akhir sekaligus awal tahun Teater Kalangan, saya ingin mengandai-andai mengenai saya dan Kalangan. Saya coba mengembalikan kalangan sebagai kata dengan makna yang dekat dengan diri saya. Ketika menghilangkan kata “teater” pada “Teater Kalangan” dan tersisa “Kalangan”, yang terbayang adalah tempat tajen (sabung ayam). Padahal, kalangan berarti ruang, tentu tidak hanya berarti tempat tajen. Kalangan tempat tajen disebut kalangan tajen, ada juga kalangan-kalangan lain tentunya.

Mengingat soal tajen, seorang teman pernah berkata dan saya sepakat, katanya tajen adalah ruang untuk menyalurkan hasrat perang yang tersendat. Sementara itu, apakah Teater Kalangan adalah ruang penyaluran? Hasrat apa yang disalurkan? Bagi saya jawabannya iya. Tapi hasrat yang disalurkan tidak hanya hasrat bertarung, tepatnya hasrat bermain-main, yang serius tentunya.

Ketika tajen berlangsung, bermain-main yang serius pun terjadi. Pada akhirnya permainan yang seperti itu membuat orang untuk datang. Datang dengan tujuan berjudi misalnya, berdagang, membeli babi guling, main mongmongan, bola adil, bahkan ada yang datang untuk mencari teman ngobrol hingga selingkuhan.

Pada tajen di Teater Kalangan, saya barangkali adalah seorang bebotoh (penjudi) yang mempertaruhkan beberapa hal dalam permainan. Mempertaruhkan waktu, tenaga, sesekali pikiran, bahkan meninggalkan pacar.

Sesekali, saya berangkat dari Singaraja menuju Denpasar untuk terlibat pada pertunjukkan. Jarak yang lumayan jauh, tetapi tetap saja ditempuh. Kalau dipikir, saya memang bertaruh, tetapi tak ada yang kalah atau pemenang, yang ada perasaan ingin bertemu teman lain dan bersenang-senang terpenuhi.

Khayalan saya semakin larut, apa jadinya bila kalangan tajen diliburkan dalam waktu lama, satu tahun misalnya? Saya pikir, tidak ada yang salah dengan itu, meskipun para bebotoh akan gelisah. Namun, para bebetoh memiliki waktu luang untuk merawat ayam-ayamnya dan memilih mana yang tepat sebagai aduan atau dipanggang ketika odalan. Para pedagang bisa memilih tempat berjualan lain, dan para penggemar bola adil akan aman dari kejaran apparat karena fokus bekerja. Sementara itu, ibu-ibu yang biasa marah-marah karena suaminya selalu berjudi bisa diredakan.

Bila tajen selalu digelar, mungkin berpotensi kehilangan esensinya sebagai permainan. Ia harusnya tetap sebagai sebuah permainan meski dijalankan dengan serius seperti tajen dalam artian sesungguhnya. Tapi bila terus digelar ia justru bisa meninggalkan kesan permainan dan hanya tersimpan keseriusan. Sekali lagi, ini bukan sesuatu yang salah.  Tetapi, apa jadinya sebuah permainan kehilangan kesannya itu sendiri? Mungkin menjadi tegang sehingga dahi mengkerut, rambut rontok satu per satu.

Dalam konteks teater kalangan, nyepi adalah pembacaan ulang terhadap diri, meragukan posisi yang sementara dipilih, belajar di ruang lain kemudian membawa cerita sebagai oleh-oleh, dan sudah barang tentu merencanakan hal-hal yang semestinya dikerjakan pada tahun selanjutnya. Romantis, bukan?

Romastisme semacam itu memang tetap penting dijaga seperti hubungan bebotoh dengan ayamnya. Meski begitu, waktu luang dari pentas ini menjadi bahan pertanyaan dari beberapa teman saya. “Mengapa tidak ada kegiatan sekarang?” Saya jawab saja dengan cengengesan, lagi libur Panjang dan menunggu tamasya.

Barangkali, sangat jarang ada seorang penjudi yang hanya mengerjakan tajen sebagai ruang bermain satu-satunya. Sebab mereka memiliki tempat lain yang perlu juga digarap. Seperti kesepakatan di awal terbentuknya Teater Kalangan, disepakati bahwa semua anggota harus memiliki dan mencari identitasnya sendiri. Hal seperti itu sedikit tidak terwujud, Semisal Jacko Wahyu Rizki sebagai penari, Aguk Noval Rivaldi sebagai penulis dan pemain film, pun yang lainnya.

Bebotoh atau penjudi, akan susah lepas dari kalangan. Ikatan dengan teman dan keinginan berkumpul pasti akan menarik pada saat yang tepat. Terlebih tajen ini tidak menentukan pemenang, semua mendapat be cundang. Bertemu teman-teman kemudian membicarakan perjalanan selama menyepi, kegiatan yang dilakukan ketika libur sepanjang itu. Dan pertanyaan atas diri yang sudah terangkai atau belum rampung yang diceritakan satu sama lain. Waktu menyepi sudah hampir habis walau tamasya tak kunjung tiba, sehingga para bebotoh akan segera datang, pedagang, pemain judi yang lain, bahkan apparat yang siap membubarkan. [T]

Tags: TeaterTeater Kalangan
Agus Wiratama

Agus Wiratama

Bernama lengkap I Wayan Agus Wiratama. Lahir di Pejeng Kangin Pengembungan, Gianyar. Kini kuliah di Undiksha jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hobinya tak karuan, tapi kini mulai senang menulis, terutama menulis status di facebook

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi

Puisi-puisi IGA Darma Putra | Kematian Siapa Hari Ini?

by IGA Darma Putra
February 28, 2021
Potongan gambar film dokumenter Petani Terakhir karya Sutradara Dwitra J. Ariana
Ulasan

Melihat Nasib Petani di Bali dalam Gemerlap Pembangunan

Judul Film: Petani Terakhir # Sutradara: Dwitra J. Ariana # Produser: Maria Ekaristi & Agung Bawantara # Produksi: Sanggar Siap ...

February 2, 2018
Esai

Berbahagia di Hari Kasih Sayang Padahal Tak Punya Pacar? Gampang!

Pagi itu seperti biasa aku bangun dengan perasaan kaget. Bukan perihal memenangkan undian bernilai jutaan rupiah, bukan tentang dosen yang ...

February 15, 2020
Foto: Lambang kesuburan, salah salah benda koleksi Museum Bali
Opini

Titik Tengah Tempat Keramat – Renungan Kecil Tentang Kesuburan

  SIMBOL kesuburan itu organ vital lelaki. Ia bisa digambarkan dengan sedemikian indah, dalam karya rupa semisal lukisan dan patung. ...

February 2, 2018
Esai

PLASTIK

KOPLAK beringsut dari meja kasir sebuah swalayan terbesar di Bali. Hatinya bungah. Senyumnya terus diumbar entah untuk siapa, jika diperhatikan, ...

January 7, 2019
Acara

Buku Puisi “Laila Kau Biarkan Aku Majnun” Karya Kambali Zutas di Bentara Budaya Bali

Rabu, 3 April 2019, pukul 18.30 WITA Program Pustaka Bentara kali ini akan membincangkan buku antologi puisi berjudul “Laila Kau ...

April 2, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co | Vincent Chandra
Esai

Di Nusa Penida, Ada Gadis Menikah dengan Halilintar

by I Ketut Serawan
March 1, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1418) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In