26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
"Mejunjungan", Tradisi Unik Guyup Bugis Melayu Pesisir Pengambengan yang Masih Tersisa

"Mejunjungan", Tradisi Unik Guyup Bugis Melayu Pesisir Pengambengan yang Masih Tersisa

“Mejunjungan”, Tradisi Unik Guyup Bugis Melayu Pesisir Pengambengan yang Masih Tersisa

Eka Sabara by Eka Sabara
October 1, 2019
in Khas
109
SHARES

Menjunjungan merupakan tradisi unik mengantar nganten perenpuan setelah selesai acara selametan, sang nganten diantar sanak keluarga terdekat untuk ke rumah mempelai laki laki. Dengan membawa berbagai perlengkapan rumah tangga, yang dijunjung bersama sama ibu ibu mempelai perempuan. Komunitas Guyup Melayu Bugis Loloan yang tersebar di Desa Pengambengan, Cupel, Banyubiru, Tegalbadeng Timur, Tegalbadeng Barat, Loloan Timur Loloan Barat, hingga Kecamatan Melaya.

Hal itu dilakukan karena di tahun 1980 an, alat transportasi masih sangat jarang di Desa Pengambengan, sedangkan di Desa Loloan Barat dan Loloan Timur transportasi sudah menggunakan dokar, jadi saat itu yang masih melestarikan tradisi mejunjungan adalah di desa-desa yang masih jarang ada transportasi dokar, salah satunya adalah Desa Pengambengan yang terletak di pesisir selatan kota Negara.

Kalimat Mejunjungan merupakan asal kata dari kata Junjung, membawa sesuatu benda diletakan diatas kepala, sehingga meringankan beban yang dibawanya.

Lain mejunjungan, lain pula dengan pakaian yang dikenakan oleh pengantin perempuan pada saat mejunjungan, sang nganten justru masih menggunakan awik di tahun 1980 an tersebut, hal mana yang sudah sangat jarang sekali terjadi di Loloan. Di foto kedua tampak sang nganten perempuan menggunakan awik tersipu malu menutupi separuh wajahnya. Sejauh mana tentang awik akan penulis coba ulaskan beberapa hal tentang AWIK Loloanm sehingga dapat memberikan sedikit gambaran bagi para pembaca khususnya maupun generasi di masa mendatang.



Pengertian Awik adalah kain kecil penutup kepala dan badan, yang telah menjadi tradisi budaya sehari-hari komunitas guyup Melayu Bugis Loloan di Jembrana Bali yang telah ada sejak jaman kerajaan pada awal abad ke XVII. Awik merupakan kain songket (tenun dari bahan sutera) yang berkwalitas tinggi. Tata cara pemakaian awik loloan dengan memakai selembar kain yang dililitkan dari pinggang ke atas menutup ke seluruh badan dan sampai kebagian kepala perempuan.

Tradisi memakai awik ini di masa dahulu dilatar belakangi pakaian putri putri bangsawan Bugis dan Melayu di Loloan yang sangat ketat menjaga pergaulan di tengah masyarakat. Anak dare sebutan untuk gadis di Loloan, pada masa dulu tidak boleh keluar sembarangan turun dari rumah panggung. Sebagai tempat berkomunikasi hanyalah melalui tontongan (Jendela tanpa daun jendela) yang ada disamping rumah panggung. Kata-kata yang lazim didengar pada masa loloan jaman lama yaitu “ade anak dare ngintip dari tontongan”, artinya ada seorang gadis yang mengintip melalu jendela samping rumah panggung. Juga ada perkataan ataupun julukan yang umum disebut “Pingitan”. Kata “pingitan” di loloan dimaksudkan untuk anak gadis yang sudah dipinang sang pujaan hati, sehingga pihak keluarga perempuan berusaha membatasi gerakan anaknya kepada dunia luar.

Saat ini bukti pisik kain awik di loloan masih tetap dilestarikan oleh para generasi mudanya dimana para datuk datuk telah mewariskan peninggalan kain awik dimasa dahulu. Pemakaian awik di Loloan tergantikan dengan tren kain kerudung (kain penutup kepala), disebakan oleh semakin langka dan mahalnya kain songket. Hingga tahun 1900 an pemakaian awik mulai perlahan-lahan tergantikan dengan kerudung kepala yang lebih murah.

Dimasa Loloan jaman lame, merupakan hal yang tabu bagi anak dare Loloan untuk turun dari rumah panggung dan keluar bermain seperti anak dare di jaman sekarang. Karena pada masa itu tradisi dan budaya di Loloan merupakan adat istiadat yang tetap diajarkan pada saat mengaji diatas rumah panggung, oleh para datuk-datuk yang juga kebanyakan merupakan murid langsung dari para alim Ulama di Loloan. Para datuk yang mengajar mengaji tetap berpesan dan menjaga agar anak murid perempuan setiap saat haruslah menjaga atau menutup aurat.

Masyarakat guyup Melayu Bugis Loloan dimasa itu sangatlah ketat memegang adat istiadat Loloan, karena adat merupakan bersendi hukum, dan hukum bersendi dari ajaran syariat agama Islam yang tetap diajarkan kepada anak anak sebagai generasi masa mendatang. [T]

Tags: baliBudayajembranaKampung LoloanMuslim
Eka Sabara

Eka Sabara

Tinggal di Jembrana

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Google
Esai

“Chat Vs Surat” – Tentang Kesulitan Siswa Belajar Menulis

  PADA sore yang cerah, ruang kelas tempat saya mengajar semakin gerah. Jumlah siswa yang lebih dari tiga puluh orang ...

February 2, 2018
Liputan di areal bencana gempa-tsunami Kota Palu, Sulteng. (Foto-foto: Heyder Affan)
Perjalanan

Orang-orang Baik pada Duka Bencana – Cerita Kerja Jurnalistik Gempa-Tsunami Palu

KEMBALI ke Jakarta setelah lima hari (30 September- 5 Oktober 2018) melakukan kerja jurnalistik di kota Palu, Sulteng, saya merasa ...

October 12, 2018
Foto Dok. Disparbudkab Flotim.
Esai

Memulihkan Trauma Kultural – Catatan dari Flores Timur

Hari Jumat tanggal 28 Agustus tahun 1970 adalah hari yang teramat pahit bagi masyarakat adat Lewotala Lewolema Flores Timur NTT. ...

January 28, 2019
Muku Ego dari Flores
Khas

Kabar dari Flores# Tentang Saya, Godoh & Muku Ego

BAGI yang suka kuliner malam, tentu sudah akrab dengan gorengan yang bisa dengan mudah kita temui di pinggir jalan. Apalagi ...

February 15, 2018
Paguyuban Sameton PMI Desa Adat Kubu, Bangli
Khas

Terbentuk, Paguyuban Sameton PMI Desa Adat Kubu, Bangli – [Hikmah di Balik Wabah Covid-19]

Jika kita bicara keadaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di masa pandemi Covid -19 ini, pasti semua sudah tahu dan melihat, ...

June 7, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In