18 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto sebagai ilustrasi, diambil dari grup akun jual-beli di facebook

Foto sebagai ilustrasi, diambil dari grup akun jual-beli di facebook

Apa dan Siapa Intelektual Muda Hindu yang Dimaksud Ngurah Suryawan?

Made Gunawan by Made Gunawan
September 20, 2019
in Opini
53
SHARES

Tulisan Ngurah Suryawan berjudul “Saru Gremeng Intelektual Muda Hindu” di tatkala.co sungguh keren. Pertama, tulisan itu mengangkat kembali khasanah kosakata intelektual, apalagi ditambahkan kata muda dan Hindu. Siapa yang tak mau mendapat predikat intelektual muda dan beragama (Hindu), saya rasa hampir semuanya menginginkan itu. Pasti keren, deh, pokoknya.

Tapi sebentar dulu,  Ngurah Suryawan mungkin lupa menggambarkan apa, bagimana, dan siapa intelektual itu. Bukan dalam tulisan Ngurah Suryawan saja, begitu sering saya mendengar kata intelektual, tapi belum pernah betul-betul ingin cari tahu apa, bagaimana dan siapa intelektual itu. Pemahaman saya intelektual itu adalah orang pintar dan tulisanya sering muncul di koran-koran. Tapi apa benar seperti itu?

Sejauh penelusuran saya, intelektual itu bersanding dengan kata-kata intelektualitas, atmosfir intelektual, kerja-kerja  intelektual, tradisi intelektual, dan fungsi intelektual. Intelektual bukanlah difinisi tunggal, namun suatu yang kompleks karena bekerja pada ranah idea, pemikiran, gagasan dan hal-hal non material.

Tidak seperti kerja kebendaan seperti insinyur atau dokter misalnya, yang jelas fungsinya dan terlihat nyata kerjanya. Namun intelektual tidak seperti itu. Intelektual bekerja untuk membuat pandai dan cerdas sebuah bangsa dan masyarakat, dan kerja seperti ini kadang hasilnya tidak terlihat langsung, bahkan baru terlihat dan dirasakan jauh hari setelah sang intelektual tiada.

Siapakah intelektual itu?

Menurut Syed Hussain Alatas, ada enam ciri yang mengarah kepada kelompok yang pantas disematkan kata intelektual, diantaranya ;

  1. Mereka bukan berasal dari satu kelas tertentu, namun bisa berlatar belakang dari berbagai kelas sosial
  2. Mereka bisa berasal dari kalangan pendukung ataupun penentang berbagai gerakan kebudayaan atau politik
  3. Mereka umumnya bukanlah pekerja tangan, umumnya sebagai penulis, akademisi, penyair, seniman, wartawan dan sebagianya.
  4. Mereka khusuk dan tekun dalam kelompoknya, dalam batas tertentu agak menjauh dari masyarakat pada umumnya
  5. Mereka umumnya tertarik dengan ide-ide tentang agama, kehidupan yang lebih baik, seni, rasa kebangsaan, pembangunan ekonomi, kebudayaan, dan sejenisnya
  6. Golongan intelektual adalah golongan yang jumlahnya sedikit dalam masyarakat

Lebih jauh Syed Hussain Alatas menekankan bahwa intelektual adalah mereka yang mampu melihat dan menemukan suatu permasalahan dalam masyarakat dan mencarikan solusi untuk permasalahan itu.

Sedangkan Antonio Gramsci membagi intelektual menjadi dua, intelektual tradisional dan intelektual organik. Intelektual tradisional umunya mereka yang bekerja pada ranah teori, dan mendapatkan pengetahuan dari guru atau tetua mereka. Sedangkan intelektual organik adalah mereka yang bekerja berdasarkan teori dan menghubungkannya dengan realitas sosial tertentu, untuk sebuah tujuan dan kepentingan tertentu pula.

Intelektual dalam Tulisan Ngurah Suryawan

Dalam tulisanya Ngurah Suryawan seperti mengeluh bagaimana dalam program Dharma Pangasraman yang dilakukan sebuah organisasi mahasiswa Hindu, mahasiswa yang ikut dalam program tersebut tidak mampu mengaktualisasikan nilai Hindu untuk menerangi masalah konteporer dan kekinian. Ia menduga bahwa mahasiswa Bali kurang percaya diri dan terlalu asik dengan identitas kebalian yang identitk dengan budaya dan seni yang adiluhung, yang mana budaya dan seni tersebut steril dan tak akan rusak oleh pengaruh luar.

Disini Ngurah Suryawan kurang jelas, ia menyalahkan mahasiswa atau intelektual Bali yang sudah jadi dan mapan secara umum. Jika ia menyalahkan mahasiswa semata, tentu tak semuanya benar, karena mahasiswa menerima sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat. Jika senior mereka mewarisi tradisi intelektual, tentu mereka juga beprilaku intelektual.

Jika Ngurah Suryawan menyalahkan intelektual Bali yang sudah jadi, tentu mereka yang disebut intelektual akan melakukan kerja-kerja intelektual. Jika sampai mereka tidak dapat mewarisi tradisi intelektuaL, patutlah diragukan keintelektualitasanya.

Di konteks inilah saru gremeng hadir, tapi kita lupa bertanya “Siapakah yang salah terhadap situasi ini? Dan jawaban terhadap pertanyaan ini saya rasa tak usah dengan “melapaui Bali“ dalam arti keluar dari tema-tema dan persoalan budaya.

Biarlah intelektual budaya dan seni Bali tetap bekerja, di saat yang sama kita bisa melengkapi dengan membangun atmosfir intelektual yang baik, membangun kerja-kerja intelektua, dan mana akhirnya kita bisa mendirikan tradisi intelektual yang bisa diwarisi oleh generasi muda kemudian hari.

Melampaui Bali artinya mampu melewati atau melebihi pencapaian-pencapaian intelektual Bali sebelumnya. Untuk dapat melampaui capaian mereka perlu pikiran merdeka, kebebasan berpikir, dan inovasi. Semua itu menuntut keterbukaan pikiran dan kesediaan menerima hal baru tanpa harus tercerabut dari akar budaya dan tanpa pula harus terbelenggu dan terhegemoni tradisi intelektual barat. Benih intelektul Bali memang idealnya harus tumbuh di tanah kesadaran Bali sendiri.

Jka fungsi intelektual sudah berfungsi dengan baik, segalanya akan terang. Karena kehadiran intelektual ibarat matahari, yang memberi sinar dan mengusir kegelapan. Masyarakat yang kekurangan intelektual, apalagi masyarakat tanpa intelektual, pasti dalam kegelapan. Banyak permasalahan, banyak suara namun tanpa ada yang bisa memberi solusi dan jalan keluar.

Dalam filosofi Hindu, golongan intelektual adalah golongan brahmana. Dalam bagan varna asrama dharma, ia adalah kepala dan otak masyarakat. Para ksatria adalah  bahu dan lengannya, pinggang  dan kaki masyarakat vana asrama  adalah golongan waisya dan sudra. Idealnya semua bagian itu bekerja sesuai fungsi dan kedudukanya, yang mana sesuai guna karma yang diperoleh masing-masing orang. [T]


TULISAN TERKAIT:

  • “Saru Gremeng” Intelektual Muda Hindu
  • Bli Ngurah, Kami Mungkin Sedang Terpesona! – [Tanggapan atas Tulisan “Saru Gremeng” Intelektual Muda Hindu]


Tags: balihinduintelektualintelektual hindumahasiswapemudaPendidikan
Made Gunawan

Made Gunawan

Orang Negaroa, Jembrana Bali, aktivis jurnalisme warga yang menulis di berbagai media. Bisa ditemui di akun facebook bernama Gunawan Golokadas

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Pameran MilitanArt di Malang
Khas

“Letupan Erupsi Semesta Raga” – Pameran MilitanArt di Malang

Kelompok Perupa Bali yang selama ini kosisten berkarya dan berpameran, Militan Art adalah nama kelompok perupa yang dibangun mengairahkan insan ...

May 11, 2019
Esai

Dokter & Dukun, Tujuan Sama, Satu Naik Heli, Satu Naik Boat, Tidaklah Bertabrakan…

Kenapa dukun dan dokter bersaudara? Karena tujuan mereka sama, yaitu menyembuhkan orang sakit. Kalau tujuannya buruk, entah itu dukun entah ...

March 16, 2019
Esai

Terima Kasih, Singaraja…

2015, untuk kali pertama, saya menginjakkan kaki di Pulau Dewata, tepatnya di Kota Singaraja, Bali Utara. Sampai sekarang, terhitung, sudah ...

July 17, 2019
Ilustrasi: tatkala.co/Nana Partha
Esai

Kulit Putih, Wajah Glowing, Pakai High Heels – Ah, Cantik Itu Duka

Tempo lalu, di tengah merebaknya kasus Covid-19 lengkap dengan segala kekhawatiran banyak orang, saya keluar rumah untuk membeli hand sanitizer ...

March 22, 2020
Lukisan: Nyoman Erawan
Puisi

Zulkifli Songyanan# Lirik Kasmaran, Patah Hati, Kupandang Malam yang Lengang

LIRIK KASMARAN Manakala kau sentuh jiwaku pirus dan safir bertebaran di bawah kakiku matahari menyingkap kegelapan hatiku dan sebuah galaksi, ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi diambil dari Youtube/Satua Bali Channel
Esai

“Satua Bali”, Cerminan Kehidupan

by IG Mardi Yasa
January 18, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1350) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In