12 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto: Putu Hendra Wirawan

Foto: Putu Hendra Wirawan

Sekar Sumawur: Dialog Kosong Tentang Rawa-Rawa Magha Masa

IGA Darma Putra by IGA Darma Putra
February 2, 2018
in Esai
33
SHARES

TIDAK ada hujan ketika tulisan ini mulai saya ketik. Maka tidak ada nama yang dapat ditulis pada bulir-bulirnya. Itu cita-cita yang lama saya pendam diam-diam, dan kini tidak menjadi rahasia lagi. Mungkin masih rahasia, hanya saja sudah umum. Ternyata ada rahasia yang diketahui oleh umum.

Rahasia umum macam apa lagi yang diketahui bersama oleh semua orang, tapi dengan bersama pula semua orang pura-pura tidak punya? Jangan dijawab sekarang. Nanti, akan ada saatnya jawaban itu diperlukan. Bukan untuk orang lain, tapi untuk kita yang sengaja menyimpan rahasia.

Bukan rahasia matahari di Lembongan sedang terik, kulit serasa ditusuk ribuan jarum. Saya biarkan matahari membuat kulit bertambah hitam. Apa guna menghalangi? Bukankah segalanya akan dimakan waktu? Matahari adalah penanda waktu. Waktu ada untuk mengatakan kematian itu ada. Semua yang hidup akan mati. Tapi matilah dengan cara yang benar. Bagaimana caranya? Entahlah. Hiduplah dengan cara yang benar. Bagaimana caranya? Mungkin dengan makan, minum dan berbahagia. Bagaimana menjadi bahagia?

Kebahagian datang ketika dengan sepeda motor sewaan, saya telusuri jalan Jungutbatu Nusa Lembongan menuju satu tempat: Rawa. Saya ingin mengenal rawa sebab sejak lama saya diajarkan, ada beberapa tumbuhan yang tumbuh di lumpur. Salah satunya teratai. Teratai selalu saja istimewa, sebab bunganya digambarkan sebagai tempat duduk para dewa dan dewi, maka disebut Padmasana. Sampai sekarang pun saya selalu takjub jika membayangkannya. Pada sekuntum bunga, para dewa sedang duduk dan tersenyum.

Tentu saya tidak berharap menemukan teratai di rawa-rawa Jungutbatu, apalagi bertemu dewi atau bidadari yang turun dari kahyangan lewat pelangi, saya hanya ingin melihat tumbuhan bakau. Seorang bapak-bapak mengantar saya memasuki rawa. Namanya Bapak Sindhu.

Saya tidak tahu, bagaimana namanya dieja, mungkin dengan ‘dh’ atau ‘d’ saja. Keduanya akan dibaca berbeda oleh sekelompok orang, dan dibaca sama saja oleh sekelompok lainnya. Jika kedua kelompok itu bertemu, mungkin akan ada perdebatan. Saya memutuskan mengeja namanya dengan ‘dh’ saja, sebab saya suka tekanan ketika mengucapkannya.

Entah dengan ‘dh’ atau tidak, Bapak Sindhu tetap memainkan tongkatnya. Menghantarkan saya memasuki belantara rawa ketidaktahuan. Itu berarti, Bapak Sindhu akan saya jejali dengan pertanyaan-pertanyaan, yang mungkin tidak penting baginya. Tapi tiap orang tentu punya kepentingan sendiri. Kepentingan saya bertanya, untuk mengetahui.

Dengan sabar Pak Sindhu menjawab segala pertanyaan yang saya ajukan. Saya sungguh seperti anak kecil yang baru melihat dunia rawa. Satu kali, saya melihat akar-akar putih yang meruncing ke atas. Saya tercengang. Itu pohon Prapat, begitu keterangan Pak Sindhu. Akar putih yang entah kenapa saya bayangkan seperti lidah api.

Akar itu seperti rindu pada langit. Di atasnya, ada juga akar-akar hitam yang meruncing ke bawah. Itu akar pohon Cangkah, Pak Sindhu menjelaskan. Akar hitam yang tidak juga saya ketahui kenapa, saya bayangkan seperti tetesan air. Akar yang rindu pada bumi. Atau mungkin saja, akar putih dan hitam itu saling merindukan satu sama lain. Akar api dan air yang saling rindu bertemu untuk menjadi kukus [asap].

Saat itu Pak Sindhu seperti dewa bagi saya. Memberikan penerang ketika saya digelapkan pertanyaan-pertanyaan. Dewa yang berdiri di atas perahu, bukan teratai atau padma, bersenjata tongkat bambu. Mengapa dewa? Karena Dewa konon berarti cahaya. Apalah yang menerangi jika bukan cahaya.

Sampai pada sebuah kelokan, dengan nada kecewa ia berkata bahwa perjalanan tidak bisa dilanjutkan, karena air sedang surut. Tapi ia juga menyarankan, untuk datang lagi nanti. Saat air laut pasang, dan berjanji mengantar saya berpetualang. Kami berbalik arah.

Bapak Sindhu, mengingatkan saya kepada nama Indhu. Indhu berarti bulan. Kata Indhu mengingatkan saya kepada permaisuri raja pada masa Bali Kuna yang ditulis dalam beberapa prasasti, ialah Indhuja. Kata Indhuja juga sama artinya dengan Sasangkaja. Keduanya sama-sama berarti puteri bulan. Raja Bali Kuna yang beristri dua puteri bulan itu, bernama Arkaja, yang berarti putra matahari. Satu matahari mempunyai dua istri rembulan. Rembulan terang bernama Purnama, sedangkan ketika ia sama sekali redup bernama Tilem. Bulan yang satu itu, bernama dua, dan keduanya berhubungan dengan air.

Air pasang jika bulan sedang Purnama, dan surut jika Tilem. Tubuh manusia, juga berhubungan dengan Purnama-Tilem. Sebab ada darah cair yang mengalir. Tubuh juga mengalami pasang surut. Mengingat purnama, pikiran yang liar ini, mengarah pada purnama Waisaka [April-Mei]. Waisaka atau Kadasa adalah nama salah satu bulan, tepatnya bulan kesepuluh. Nama Waisaka, mungkin berhubungan dengan Waisak? Saya tidak tahu. Tentu ada penjelasan untuk pertanyaan itu. Tapi belum saya temukan.

Ketika bulan akan mati, di Bali orang-orang menjaga kesadaran dengan tidak tidur. Tepatnya sehari sebelum Tilem Kapitu atau Magha Masa [Januari-Februari]. Menjaga agar tetap terjaga itu tidak mudah. Tidur seperti godaan yang menjajikan kebahagiaan. Ketika saya mengingat kata Bulan, saat itu pula saya melihat kalender. Ini bulan Januari 2018, dan saat tulisan ini selesai saya ketik, masih tidak ada hujan.

Melihat Januari, saya mengingat ulang tahun seseorang. Selamat ulang tahun kepadanya, yang entah telah dimana. Terimakasih kepada Pak Sindhu dan perahunya. Perahu Bulan yang menghantarkan saya ke dalam rawa-rawa pada Magha Masa.(T)

BACA JUGA: 

  • Sekar Sumawur: Dialog Kosong Tentang Keranjang Ular
  • Sekar Sumawur: Dialog Kosong Tentang Jalan Seribu Tanda Tanya
  • Sekar Sumawur: Dialog Kosong Tentang Laut yang Tak Selamanya Asin
  • Sekar Sumawur: Dialog Kosong Tentang Hujan Tubuh dan Macan dalam Pikiran
  • Sekar Sumawur: Dialog Kosong Tentang Kemarau yang Kehujanan
  • Sekar Sumawur: Dialog Kosong Tentang Tunjung Tutur Danau Tamblingan
  • Sekar SumawurL Dialog Kosong Tentang Batu-batu Ponjok Batu
Tags: alamkalenderNusa Lembonganrenungan
IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Sejumlah wartawan yang sedang meliput berpose dengan latar Gunung Agung. Foto: Dok Kardian Narayana
Opini

Gunung Agung Meletus? Ah, Kata Siapa?

  PARIWISATA Bali sedang terpuruk. Itu karena sejumlah negara memberlakukan travel warning. Konon gara-gara pemberitaan media massa soal Gunung Agung. ...

February 2, 2018
Esai

Salam Hormat, Dokter Tjipto!

“Kalau nanti aku harus menanggung segala akibat dari kata-kata keras yang kukeluarkan dari jiwa yang pedih, aku akan bersyukur kepada ...

August 13, 2019
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

AKU DAN PERTIWI, PERCAKAPAN DI DEPAN API Api menjulur-julur mengkabutkan pandangan        Orang-orang kian menjadi bayangan        Oleh lelehan air ...

January 23, 2021
Foto: Mursal Buyung
Esai

Di Bali Utara Cuaca Panas-Dingin, Hatiku Juga

Saya merasa bahwa cuaca sedang menguji standar humor saya. Ya bagaimana tidak,  cuaca terus saja 'berkomedi' setiap hari, dan tentu ...

November 15, 2019
IGA Darma Putra memainkan naskah monolog Rakyat di Umah Bata, Bangli
Ulasan

Hari Ibu, Celoteh Politik Celoteh Rakyat – Ulasan Dua Monolog dari Bangli

  IBU adalah nama yang selalu kita sebut, setiap kali berada dalam kesulitan. Kata ibu kerapkali muncul dari panggilan tak ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In