26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
tatkala/diolah dari gambar di google

tatkala/diolah dari gambar di google

Tahun Baru Kids Zaman Old: Bikin Lom Gede, Rambut Merah Disemir Buah Gondola

Komang Yudha by Komang Yudha
February 2, 2018
in Opini
87
SHARES

 

TAHUN Baru 2018 sudah dekat. Apa yang disiapkan kids zaman now? Kembang api dari ukuran sekecil dupa hingga ukuran segede meriam zaman Belanda. Mereka mempersiapkan motor paling canggih untuk konvoi di jalan raya. Rambut tak lupa disemir dengan warna kesukaan.

Tahukah ABG zaman now jika buah gondola yang tumbuh di semak-semak tepi sungai bisa digunakan sebagai semir rambut? Ah, mana mereka tahu. Pada zaman now semir bisa didapat di toko dengan mudah, bahkan tak takut dimarahi orang tua jika rambutnya tampak warna-warni dan perlu waktu khusus untuk menghilangkannya.

Aku, dulu, saat berstatus kids kampung, dan ingin ikut-ikutan heboh merayakan Tahun Baru, buah gondola adalah penolong penting untuk anak kampung agar bisa ikut bergaya. Aku dan teman-teman sekampung, menjelang Tahun Baru, akan turun ke tepi sungai mencari buah gondola untuk semir rambut. Rambut pun warna merah. Jangan cemas, orang tua tak akan marah. Karena habis bermain, rambut bisa dicuci dan semir pun hilang. Jika ingin mewarnai lagi, tinggal cari lagi buah gondola. Sungguh asyik dan menyenangkan.

Buah gondola itu berukuran kecil, bulat, mirip dengan buah boni. Namun sayangnya buah ini hanya memiliki satu warna, yakni merah saja. Namun saat kini, buah ini nampaknya sudah sulit untuk dicari.

Cara penggunaan buah gondola pun sangat sederhana. Cukup dengan memecahkan buahnya, lalu diaduk dan bilaskan pada rambut. Meski agak sedikit kasar dan tidak seperti semir rambut jaman now, namun daya tahan semir tersebut tiada tandingannya. Semakin kering daya tahanya semakin lama.

Tanaman gondola

Menambahkan keindahan pada rambut melalui semir alami hampir dilakukan setiap harinya pada waktu itu,dengan gaya-gaya yang masih terbilang norak. Dulu aku ingat sekali, gaya semir yang paling populer adalah menyemir di bagian ujung-ujung rambur bagian depan. Ditambah juga dengan gaya rambut belah dua.

Di desaku, biasanya kegiatan tersebut satu paket dengan kegiatan mandi di sungai. Karena saat mandi, rambut pun dicuci, dan semir hilang. Itu untuk menghindari amarah orang tua, yang pada waktu itu, kami tidak diijinkan menyemir rambut walupun dengan bahan alami.

ABG zaman now bahkan mengenal buah gondola pun tidak. Kini anak-anak sudah mulai patungan  untuk membeli semir yang bermerk dan dengan kualitas yang bagus.

Ditambah bersemir di saat hari libur panjang seperti saat ini, sudah pasti tidak dimarah oleh bapak/ibu guru di sekolah. Yaaa begitulah, namanya perkembangan zaman, harus tetap disyukuri dan dinikmati.

Bicara kembang api, pernahkan Anda yang masuk katagori ABG zaman old membuat lom atau lom-loman dari sebuah bambu? Lom adalah semacam senapan besar yang terbuat dari bambu yang bisa mengeluarkan suara letusan lumayan keras.

Dulu,aku sendiri harus bersusah payah,mencari sebatang bambu yang berukuran besar yang dipergunakan untuk membuat lom pada masa itu. Aku bersama teman-temanku harus menyusuri sungai untuk mendapatkan batang bambu yang berukuran besar dan tebal, demi membuat lom yang suaranya mampu membuat gendang telinga hampir pecah.

Bahkan karbit sebagai bahan utama tatkala itu harus aku beli seharga Rp.500 per bungkusnya. Aku pun harus menyisihkan uang bekal sekolahku untuk bisa membeli karbit dan menghibur teman-teman disaat jam pulang sekolah. Terakhir aku ingat, tahun itu sekitar tahun 2003,di saat aku duduk di bangku sekolah dasar.

Betapa bahagianya saat itu, dengan membawa lom berukuran besar, dipoles dengan semir alami berwarna merah,menyusuri sungai dan ladang milik tetangga, ibarat kita sudah menjadi anggota komandao pasukan khusus, walaupun bukan dengan baret merah,melainkan dengan rambut merah.

Lalu,bagaimana dengan anak-anak saat ini?

Anak-anak jaman now,sudah disibukkan dengan gadget, update status, buat story-lah, update foto sama pacar dan lainnya.  Jika dibandingkan,nampaknya anak-anak jaman now sudah tidak mengenal permainan tradisional seperti jamanku waktu tahun 2003 lalu.

Hmmmm,,,,jaman segitu cepatnya berubah. Namun,pada tahun 2015 permainan di waktu aku masih sekolah dasar, sudah mulai berevolusi. Entah dapat ide dari siapa dan darimana,anak-anak di desaku sudah mulai membuat lom dengan bahan dasar dari pipa plastik, dikombinasi dengan korek gas,berbahan bakar sepritus dan suaranya menyaingi lom yang aku buat tatkala itu.

Aku sendiri juga mempunyi  keponakan,entah dapat ilmu dari mana,keponakanku sudah bisa merakit lom pipa tersebut dengan mandirinya.

Awalnya aku tidak tahu,jika lom pipa tersebut menggunanakn salah satu dari elemen korek gas saat ini.Disaat aku membeli korek gas baru,dua harinya langsung hilang,tiga harinya hilang,begitupun seterusnya. Usut-punya usut,eh keponakanku yang nyolong, alasannya dipakai untuk mengapian senjata jaman now, katanya.

Entahlah pada perayaan tahun-tahun baru pada masa depan, permainan apa lagikah yang mewarnai masa anak-anak zaman future? (T)

 

Tags: floraGenerasi Zaman Nownostalgiatahun baru
Komang Yudha

Komang Yudha

Lahir di Buleleng., bercita-cita membangun desa, eh, bukannya jadi kepala desa, malah jadi wartawan

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Ilustrasi diambil dari Bappedalitbang BUleleng
Esai

Kebun Raya Desa Selat, Buleleng: Mungkinkah Dibangun? #Kolom Made Metera

PERSYARATAN utama membangun Kebun Raya adalah ada lahan yang statusnya tidak bermasalah. Kemudian dibuat Master Plan, maka sudah bisa disebut ...

November 3, 2018
Salah satu karya dalam Pameran Lukisan Sesananing Luh di Taman BUdaya Denpasar
Ulasan

Dari Pameran Lukisan “Sesananing Luh” – Kenyamanan, Kepasrahan dan Kekuatan Perempuan

Ada 23 pelukis perempuan yang memamerkan karya-karyanya di Gedung Kriya, Taman Budaya Denpasar sejak, 20 November sampai 4 Desember 2019. ...

December 5, 2019
Seni Silat Bugis Loloan
Khas

Rindu Kebangkitan Budaya Seni Silat Bugis Loloan

Seni Silat Loloan di Kabupaten Jembrana, Bali, merupakan warisan budaya dari pada datuk-datuk pendahulu yang terus diwariskan kepada generasi kemudian. ...

September 7, 2019
Pekerja Migran Indonesia (PMI) baru datang dari luar negeri
Esai

Kolaborasi LPD dan Pekerja Migran Membangun Desa

Berbicara desa membuat pikiran imajinatif pembaca mengarah pada sebuah kondisi yang memperihatinkan. Seperti rendahnya kualitas SDM, terbatasnya infrastruktur, sedikitnya pertokoan, ...

April 19, 2020
Ulasan

Buku “Rawi Tanah Bakarti” – Dalam Balutan Musikalitas yang Intens

Judul               : Rawi Tanah BakartiPenulis           : Kiki SulistyoTebal Buku    : 96 halamanPenerbit         : Diva PressCetakan          : November, Januari 2018ISBN               : 978-602-391-637-5 --- Diakui ...

April 15, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In