26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto: koleksi penulis

Foto: koleksi penulis

Anakmu Bukan Hak Milikmu – Tak Mestilah Pintar Berhitung

Wayan Purne by Wayan Purne
February 2, 2018
in Opini
19
SHARES

Tidak ada pohon yang mematangkan buahnya sebelum waktunya.
Jika kita tidak membiarkan itu terjadi,
Tidak akan pernah bisa memetik buah yang manis.
Begitu juga kita, tidak akan pernah memandang cahaya bintang disenyum anak.
Hanya kebanggaan semu yang kita nikmati.

SUDAH terlalu lama orang tua bangga terhadap hak milik akan kehidupan anak mereka. Atas kebanggaan itu, orangtua mulai gelisah ketika anak-anaknya mulai memasuki sekolah Paud/TK.

Bagaimana seandainya anakku tidak bisa membaca? Bagaimana seandainyanya anakku tidak bisa menulis? Bagaimana seandainya anakku  tidak bisa berhitung?

Bagaimana anakku nanti bersaing di SD maupun sekolah di tinggkat selanjutnya? Bagaimana masa depan anakku nanti?

Orang tua pun dengan pedenya mencari guru les bagi anak mereka yang masih berumur antara 5 tahun sampai 7 tahun. Namun, orangtua tidak menyadari sudah terjebak pada mitos: “Anakku harus bisa membaca, menulis, dan berhitung sebelum masuk sekolah SD”.

Inilah yang membunuh masa-masa bermain anak. Daya imajinasi anak pupus tertelan oleh slogan “harus bisa menulis, membaca, dan berhitung”.

Ketika orang tua sudah membunuh masa bermain dalam imajinasi anak-anak, terlihat sebuah kepintaran yang semu tanpa pemahaman konsep. Lalu, kejadian-kejadian ini akan terus ditemukan ketika kita menemukan seorang anak menulis sebuah kata “bola” dengan baik tetapi tidak tahu huruf yang ia tulis.

Kemudian, ketika anak mampu menyebutkan angka dari 0 sampai 10 dengan lantang, anak tidak bisa menunjukkan lambang angka maupun jumlah benda sesuai lambangnya. Apakah kita sebagai orang tua akan terus terjebak dalam permasalahan ini?

Orangtua pun semestinya meninggalkan pandangan bahwa rangtua memiliki hak penuh terhadap kehidupan mereka. Sebab, Khlil Gibran mengungkapkan, “Anakmu bukanlah milikmu. Mereka adalah putra-putri Sang Hidup, yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau. Mereka ada padamu, tetapi bukan milikmu….”

Dengan demikian, masa bermain dalam pengembangan imajinasi anak semestinya tidak dibatasi, tetapi bermain menjadi pengalaman belajar yang mengagumkan. Sebab, semua permainan yang dimainkan oleh anak akan selalu diingat dalam imajinasi yang tidak terbatas.

Coba renungkan, seorang anak masa Paud sedang memainkan seruling, terompet, dan harmonika. Ia senang meniup alat musik itu. Ketika ia meniupnya, ada udara yang bergerak keluar hingga terdengar suara yang indah.Ternyata, ia merasakan ada getaran udara yang sampai ke telinganya.

Jadi, alat musik memerlukan bantuan udara supaya sampai ke telingan. Ia juga akan mudah mengetahui perbedaan antara angin dan udara. Angin itu udara yang bergerak. Tumbuhan bergoyang ketika ada angin. Layangan perlu angin agar bisa terbang. Sebab, ketika ia memainkan layangan di halaman, layangan tidak mau terbang.

Ternyata, ia menyadari bahwa pada saat itu tidak ada angin. Jadi, ia hanya menarik layangannya sambil berlari. Di samping itu, ia membuat roket balon. Mulanya, ia meniup balon dan menempelnya ke pipet. Tali sudah siap untuk tempat pipet dan roket pun meluncur. Apa yang akan terjadi kalau mulut balonnya dilepas?

Wah hebat sekali, balonnya meluncur karena udara di dalam balon keluar dan mendorong balon ke depan. Ia sangat senang bisa membantu temannya si alien dengan membuatkan roket balon. Sebab, pesawatnya rusak.

Tidak hanya selesai sampai di situ, ketika ia masuk ke kelas, suasana seperti restoran yang dirasakannya. Ia mendapat buku menu dengan gambar dan huruf-huruf. Ia memesan menu  yang paling disukai.

Tetapi, makanannya tidak datang karena kompornya tidak mau menyala. Tidak ada api. Ia membantu koki agar kompor bisa menyala. Ia minta koki untuk mencari korek api, arang, kayu bakar dan gas. Ia juga memikirkan dengan teman-teman darimana datangnya api? Apa itu api? Bagaimana cara membuatnya? Dan bagaimana bisa terbakar?

Kita sering mengatakan “apinya mati”. Apakah itu artinya api bisa hidup? Seperti kita, api juga butuh makan. Makanan api adalah kayu, kertas, daun kering, minyak gas dan lain-lain.

Pengalaman belajar sains sederhana ini tentu sangat luarbiasa dimasa-masa perkembangan anak. Sebab, anak tidak menyadari kalau sedang belajar karena yang dirasakan hanya sedang bermain.

Apakah kita sebagai orangtua masih mau tenggelam pada kebanggaan yang keliru? Memang menjadi orangtua adalah takdir. Mewarnai anak-anak dengan cinta adalah kewajiban. Membiarkan siklus masa anak mencapai puncaknya sebuah keharusan. Tetapi, memaksakan kehendak dalam pikiran anak adalah pelanggaran HAM.

Sebab, kertas kosong itu milik anak itu sendiri. Kita tidak punya hak untuk mengisinya, tetapi hanya bisa menyediakan fasilitas pendukung. Menyediakan pensil, penghapus, pensil warna, dan cat warna yang berkualitas tinggi. Itulah kesempatan untuk membuktikan kita sebagai orang tua mempuyai peranan penting dalam kehidupan di bumi ini. Jika tidak, apakah kita masih pantas dikatakan sebagai orangtua? (T)

Tags: anak-anakPendidikanpendidikan usia dinisekolah dasar
Wayan Purne

Wayan Purne

Lulusan Undiksha Singaraja. Suka membaca. Kini tinggal di sebuah desa di kawasan Buleleng timur menjadi pendidik di sebuah sekolah yang tak konvensional.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Opini

Indonesia itu Seperti Pelangi

“Walau kita berbeda-beda namun kita tetap bersatu dalam bingkai NKRI, yang punya sifat fanatisme minggir dulu jangan usik ketentraman ibu ...

February 2, 2018
Bu Herma menyiapkan persembahan saat Imlek
Khas

Merayakan Imlek di Keluarga Bu Herma – Serasa Main Film Khas Tionghoa

Perayaan Imlek kali ini ya seperti biasa saja. Tetap bernuansa merah (bukan partai lo ya), umat Konghucu datang ke Klenteng ...

February 6, 2019
Sukardi Rinakit (Staf Khusus Presiden RI bidang politik dan pers), bersama  Ari Dwipayana(Staf Khusus Presiden RI bidang politik dan pemerintahan),  berfoto bersama Sugi Lanus, Carma Citrawati, Suka Ardiayasa dan IB Ari Wijaya serta  I Gede GP Arsaputra
Kilas

Diskusi Lontar di Kantor Staf Khusus Presiden RI

Puluhan manuskrip lontar dibuka dan digelar di atas meja Kantor Staf Khusus Presiden Republik Indonesia. Kegiatan ini berlangsung Kamis 25 ...

April 30, 2019
Esai

Hantu Itu Bernama Ateisme

Tak banyak yang mau berdiskusi soal ateisme. Sebab, di negeri yang agamis ini, ateisme jelas menakutkan, ibarat hantu. Maka, menjadi ...

April 6, 2019
Lukisan: Komang Astiari
Cerpen

Kambing-Kambing

Di mana-mana tebalnya langit selalu sama, begitu juga jaraknya dengan bumi, baik dengan bumi bagian selatan maupun bagian utara. Yang ...

February 16, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In