17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Foto: koleksi penulis

Foto: koleksi penulis

Senang Matematika, Karena Bapa Tidak Pukul

Putu Hendra Wirawan by Putu Hendra Wirawan
February 2, 2018
in Khas
72
SHARES

Ini pengalaman ketika saya mengajar di sebuah sekolah dasar di Alor, NTT, sebagai guru dalam program SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal). 

SEPERTI biasa jika listrik menyala, saya siap dengan laptop dan beberapa alat-alat yag berhubungan dengan listrik seperti HP yang tiap hari mesti di-charge dan tentunya kamera saya yang tiap hari saya gunakan untuk merekam beragam kejadian di Alor ini mulai dari pendidikan, budaya, serta keindahan alam yang tersembunyi dari pulau ini.

Pagi-pagi saya sudah ada di sekolah dan tidak ada satupun murid yang saya lihat berpakaian sekolah. Jam menunjukkan pukul 06.10 pagi. Pagi yang sangat terang. Rupanya itu bukan waktu yang tepat untuk ke Sekolah karena terlalu sepi. Tapi yang saya lihat adalah beberapa kelompok warga yang terlihat sedang mempersiapkan bulan keluarga yaitu lomba memasak masakan tradisional khas Alor.

Beberapa menit saat hari makin terang, beberapa siswa saya lihat sedang menuju ke kelas masing-masing dan segera membersihkan ruangan kelas mereka. Tentunya jika saya mengambil laptop ini, maka saya tidak hanya menulis laporan tahunan saja atau sekedar melihat BSE (Buku Sekolah Elektronik) atau sekedar melihat RPP untuk persiapan besok pagi. Bukan itu saja. Namun menuliskan cerita yang saya dapatkan hari ini.

Ada yang berbeda dengan pendidikan di Alor. Saya kira dunia sudah tampak modern. Di sini semua yang berbau modern memang sedikit. Maka saya simpulkan ketika melihat kejadian tadi, pendidikan di Alor memang tidak ada yang berubah dari pendidikan kuno yang dulu sempat saya dapatkan. Saya masih ingat ketika hendak mendapatkan pelajaran Matematika di SD, jantung saya sudah terasa berdenyut kencang.

Guru Matematika di SD saya memang terkesan horor walaupun wajahnya tidaklah mirip dengan kuntilanak atau sundel bolong yang saya lihat di TV. Namun, ketika dia masuk, maka anak-anak tidak dapat berkata apa-apa selain diam karena saking takut dengan guru ini. Kami kerap dipukul, dijitak, dicubit, dan diberi omongan-omangan kasar pada saat itu.

Saya yakin, itu bukan pendidikan yang baik dan benar. Itulah yang menyebabkan pelajaran Matematika ditakuti oleh siswanya. Sebenarnya, kesan Matematika itu sulit adalah ketika guru tidak pandai menyampaikan pelajaran sehingga anak menjadi tidak mengerti. Maka kebanyakan siswa terlihat bodoh ketika mereka ‘sukses’ memperoleh nilai 0 (nol) besar.

Sejenak, tinggalkan dulu cerita itu.

Tadi pagi sekelompok siswa ternyata tidak mandi karena alasan dingin. Dan diantara dari mereka tidak menggunakan sepatu dan juga kaos kaki. Mereka dihukum. Dicubit telinganya satu-persatu oleh Ibu Guru.

Sebuah pemandangan yang baru sekali saya lihat. Sebelumnya memang saya pernah memperhatikan guru melakukan kekerasan kepada siswanya, namun itu karena alasan si anak memang sangat sulit untuk diatur. Di SD Negeri Kapila, anak-anak masih tergolong lugu jika dibandingkan dengan anak-anak yang pernah saya ajar di Bali.

Mereka masih tampak polos namun cara mendidik guru memang seharusnya diperbaiki. Saya tidak tega untuk menerapkan kekerasan kepada siswa sekalipun mereka nakal. Biasanya saya hanya menghukum mereka dengan cara menyuruh mereka menulis: “SAYA TIDAK AKAN NAKAL LAGI” di bukunya sebanyak sepuluh halaman.

Atau hanya mengandalkan mulut saya untuk mengomel kepada siswa sehingga besok mereka tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Banyak yang segan, ketika saya menerapkan hal itu kepada siswa. Namun, dengan itu saya juga tidak menutup diri untuk bergaul dan berbaur dengan mereka karena mereka sebenarnya anak-anak yang unik.

Setelah kejadian itu tadi, siswa masuk ke kelas masing-masing dan mempersiapkan diri untuk belajar. Dan seperti biasa saya masuk ke kelas lima. Saya memberi pengumuman kepada siswa agar ketika mereka hendak ke sekolah, mereka sudah rapi dan mandi walaupun jika mereka mandi badannya masih terlihat kumal dan tampak tidak kena air. Karena itu kewajiban siswa, jadi saya mengajarkan mereka untuk disiplin. Dan mereka menerimanya.

Saya lanjut mengajarkan pelajaran matematika saat itu, tentang bilangan bulat. Dan tampaknya banyak yang suka dengan cara saya mengajarkan pelajaran yang banyak ditakuti itu. Yaitu dengan memberikan permainan. Satu yang paling berkesan ketika saya hendak beranjak meninggalkan kelas itu. Saya bercakap dengan mereka:

– Senang belajar Matematika?

SENANG….

– Kalian senang diajar oleh Bapak?

SENANG…

– Kenapa kalian senang?

KARENA BAPA TIDAK PUKUL….

Saya tersenyum melihat keluguan anak-anak itu…

Tags: alorNTTPendidikan
Putu Hendra Wirawan

Putu Hendra Wirawan

Lahir di Selumbung, sebuah desa tua di Karangasem Bali. Memulai karirnya sebagai guru di daerah terpencil di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2012, namun kini ia aktif mengajar di SD N Hindu 1 Bukian, salah satu Sekolah Dasar di Payangan, Gianyar. Kesibukannya saat ini selain melanjutkan Study Magisternya di Universitas Pendidikan Ganesha, ia juga menyalurkan keisengannya memproduksi Podcast dari rumah.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Cerpen

Lelaki yang Mengendap-endap di Kamar Kos Putri

Cerpen: Putri Budiastini Malam itu, tak ada suara. Terlihat lampu bohlam kuning, itulah satu-satunya penerangan di depan gerbang kontrakan. Cahayanya ...

March 14, 2020
Opini

Hati-hati Tombol “Share” di Medsosmu, Pikir Matang Dulu Sebelum Klik

HATI-HATI dengan tombol "share” atau “bagikan" di beranda profil medsosmu. Apa yang kamu bagikan mencerminkan pemikiran, argumen, bahkan sikapmu. Berbagi ...

February 2, 2018
Esai

Skripsi dan Si Mahasiswa “Bodo Amat” yang Duluan Tamat

Memasuki semester tua, kecemasan-kecemasan itu muncul ketika sudah berhadapan dengan masalah skripsi yang dimulai biasanya dengan mengajukan ide penelitian atau ...

July 12, 2019
Esai

Surat untuk Pak Gubernur – “Bisakah Proses Balik Nama Kendaraan Bermotor Disederhanakan?”

YANG terhormat Bapak Gubernur Bali Wayan Koster. Pertama-tama, izinkan saya mengenalkan diri. Saya hanya salah satu warga yang berdomisili di ...

June 11, 2019
Acara

Mantap, 4 “Tukang Gebeg Lontar” Mengajar Nulis Lontar di Perpusnas RI

Empat  sekawan sepenanggungan yang selama ini dikenal sebagai tukang gebeg lontar (tukang gosok lontar): Ida Bagus Ari Wijaya, I Nyoman ...

April 24, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Lukisan di atas kardus. Karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.
Esai

Pariwisata Macet, Jalan Raya Lancar

by Doni Sugiarto Wijaya
January 16, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1347) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In