17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Ilustrasi: Hersa Swadharma

Ilustrasi: Hersa Swadharma

Bangsa Kita Telah Terlalu Lama Memberangus Kreativitas

Ketut Syahruwardi Abbas by Ketut Syahruwardi Abbas
February 2, 2018
in Opini
43
SHARES

Apakah yang paling membanggakan dari makhluk yang bernama manusia? “Kreativitas.” Itulah jawabnya. Manusia menjadi “lebih” ketimbang binatang karena memiliki ruang yang sangat luas untuk mengolah kreativitas. Manusia tidak menjadi binatang —antara lain— karena ia pandai mengolah pilihan-pilihan menjadi sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak linear. Itulah kreativitas. Tanpa kreativitas, sesungguhnya manusia tak beda dengan binatang.

Kreativitas menjadikan kita, manusia, tidak jemu. Kreativitas membuat kita menikmati hidup lebih dari sekadar sebuah perjalanan lurus. Kreativitas, terkadang, memang, membuat kita terbentur-bentur, jatuh-bangun, bahkan runtuh. Kreativitas memang bukan jalan aman. Tetapi, memilih hidup penuh warna dan keluar dari kekelaman memang memerlukan perjuangan: ada saat risiko harus dipikul. Tapi, paling tidak, kreativitas membuat kita bergerak, tidak beku dalam kehidupan yang sepi, kendatipun terasa aman.

Kreativitas hanya mungkin muncul dari pikiran merdeka, pikiran yang tak nyaman berada dalam belenggu “kebiasaan” dan “apa adanya”.

Hidup yang kita nikmati sekarang adalah buah kreativitas orang-orang yang merdeka, orang-orang yang terus bertanya, orang-orang yang terus mencari jawaban. Bagi pikiran merdeka, setiap jawaban selalu memunculkan pertanyaan baru dan pencarian baru. Karena itulah, manusia kreatif senantiasa bertanya dan tak pernah merasa telah sampai pada jawaban final.

Kreativitas, memang, senantiasa membuat orang gelisah ingin mengubah segala hal. Kita tahu, perubahan itulah yang membuat kehidupan berjalan, membuat hidup kita beranjak dari budaya berburu ke budaya agraris, dan kini sampai pada budaya industri. Kita menikmati perubahan itu, tetapi acap lupa bahwa ada orang-orang kreatif yang “menghidangkannya”. Kita pun lupa berterima kasih pada kreativitas.

Sungguh sedih mengakui, sebagai bangsa kita telah terlalu lama memberangus kreativitas. Kita memberangus pertanyaan-pertanyaan kritis, memberangus perubahan-perubahan, dan memberangus kemerdekaan berpikir. Kita, bangsa ini, lebih senang menjadi penindas kemerdekaan dengan cara “menghapus” penghargaan pada kreativitas itu. Kita lebih suka pada hal-hal biasa yang kasat mata. Kita lebih menghargai mesin pencetak ketimbang kreativitas di balik prosesnya.

Kita jauh lebih menghargai tenaga marketing yang menghasilkan uang ketimbang pendesain yang menghasilkan produk berkualitas. Kita jauh lebih menaruh perhatian kepada manusia gombal yang pandai bicara ketimbang kegelisahan para perenung. Kita bertepuk tangan kepada para penjual yang bisa membodohi konsumen dan menjual barang rongsokan dengan harga mahal, tetapi menyingkirkan para “pejuang” yang bersikukuh mengeksplorasi masa depan.

Sejarah mencatat, ada zaman manusia dikuasai oleh otot. Itulah masa ketika manusia berada dalam dunia serba liar, dunia yang dibangun di atas peradaban kebinatangan: siapa pun yang berotot dialah raja. Tapi kemudian kreativitas mengubah peta zaman. Manusia-manusia bertubuh rapuh seperti Einstein mampu mengubah dunia, mengubah arah kiblat manusia, dan mengubah pola pandang manusia sedunia. Kini pun dunia ditaklukkan oleh para perancang mode yang serba kemayu dan kenes.

Dunia ditaklukkan oleh sekumpulan orang yang dengan kreativitas luar biasa merancang arah perekonomian dan politik global. Dunia kini ditaklukkan oleh kreativitas para perancang pesawat terbang, perancang nuklir, dan perancang kampanye para presiden negara-negara besar. Dunia kini ditaklukkan oleh kreativitas, bukan oleh mesin. Mesin adalah alat. Aktor adalah alat. Tapi kita, sebagai bangsa, lebih memilih untuk hanya menghargai alat.

Terberangusnya kreativitaslah yang menjadikan kita, bangsa “besar” ini, dicibir orang sebagai bangsa pembajak, bangsa peniru, dan koruptor (karena kita hanya bisa membeli, tak pandai mencipta, maka kita merasa sangat penting mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya).

Kreativitas adalah perjuangan dan eksplorasi berbagai kemungkinan yang sangat melelahkan. Ketika ia tak dihargai sepantasnya, maka orang pun lebih baik tidur. Itulah yang terjadi di sini, di negeri ini, sehingga kalah oleh Mesir, Cina, India, Iran yang melahirkan manusia-manusia berprestasi nobel. Bahkan kita kalah oleh Malaysia dalam jumlah kepemilikan hak paten. Kita punya Borobudur, punya Bung Karno, punya gambelan yang dikagumi dunia, tetapi itu adalah kreativitas masa lalu. Kini kita hanya pandai berkoar dan membuat kerusuhan. (T)

 

Tags: BorobudurBung KarnoKreativitas
Ketut Syahruwardi Abbas

Ketut Syahruwardi Abbas

Wartawan senior, menulis puisi, esai dan cerpen. Pernah menjadi pemimpin redaksi di sejumlah media

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Melasti Desa Pakraman Buleleng, Minggu 3/3/2019 (Foto: Rika/Koran Buleleng)
Khas

Melasti Kekinian Tak Perlu “Ma-songket-an” dan “Nyalon”

Saat melintas di Jalan Gajah Mada, Delod Peken, Kelurahan Kendran, Singaraja, Minggu (3/4/2019) sore, tak  sengaja berpapasan dengan rombongan krama ...

March 3, 2019
Esai

Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

Masa Pagebluk bukan hanya jadi era peperangan antara manusia dan Coronavirus Disease 2019, tetapi juga antara Covid-19 dan COVID-19. Di ...

June 22, 2020
Ilustrasi diolah dari sumber Google
Esai

November dan Botol Limun – Tiba-tiba Teringat Timpal Dole Sumadi

  NOVEMBER, sebagaimana mungkin banyak orang lain, selalu mengingatkan saya pada sebuah lagu GunsN’Roses yang menggeram, dengan dentum drum dan ...

February 2, 2018
Petani menggarap sawah di antara bangunan di Desa Kediri, Kecamatan Kediri Tabanan. #Foto; koleksi penulis
Opini

Sawah di Tabanan Hilang 200 Ha per Tahun – Bali dalam Involusi Pertanian

ANTROPOLOG kebangsaan Amerika Serikat, Clifford Geertz dalam bukunya Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia mengupas tentang proses pertanian di Pulau ...

February 2, 2018
Puisi

Puisi-puisi Pilihan Lomba Baca Puisi Komunitas Mahima 2020 – Katagori SMA/SMK

PUISI-PUISI LOMBA BACA PUISI KOMUNITAS MAHIMA 2020 - KATAGORI SMA/SMK ----- Manik Sukadana PERNYATAAN KEPADA PEREMPUAN PENGAGUM WARNA Mengatakan cinta ...

October 12, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

MISIONARIS DE VROOM DIBUNUH DI BULELENG | Tragedi Kristenisasi di Bali

by Sugi Lanus
January 17, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1348) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In