26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Ilustrasi: Komang Astiari

Ilustrasi: Komang Astiari

Pelestarian Bahasa Bali Hanya “Sebates Munyi”

I Putu Supartika by I Putu Supartika
February 2, 2018
in Opini
385
SHARES

Sebagai orang yang tidak berkompeten dalam bidang bahasa Bali, mungkin saya akan tulah idup karena apa yang akan saya paparkan barangkali banyak bohongnya. Saya bukan orang yang lahir dari jurusan Bahasa Bali yang katanya berkompeten dalam bidangnya walaupun dalam kesehariannya mereka berbicara dalam bahasa Indonesia  bahkan dengan teman sejurusannya. Atau saya juga bukan guru maupun dosen bahasa Bali yang dengan seenaknya bisa memberikan teori kepada anak didik dengan tanpa atau minim praktik. Namun salahkah jika saya sedikit berbicara tentang perjuangan pelestarian bahasa Bali yang katanya tinggal satu generasi ini?

Berbicara bahasa Bali, sudah pasti tak semudah menghapal pemeran Anak Jalanan atau pemain JAV ataupun pemain American Naughty, apalagi menghitung jumlah jenggot tetangga.  Kalau tidak percaya, lihat saja bagaimana perjuangan pakar bahasa Bali yang sibuk menyusun kurikulum bahasa Bali berhari-hari, dan bagaimana pula perjuangan orang-orang yang koar-koar di medsos mengajak unjuk rasa gara-gara bahasa Bali mau dihapus dari kurikulum.

Tapi itu dulu, mungkin baru lewat beberapa bulan, dan karena keneh-nya sudah misi dan bahasa Bali tidak jadi dihapus dari kurikulum, maka mereka malas koar-koar untuk mengajak berunjuk rasa lagi.

Saya pikir mereka orang aneh. Saya yakin mereka melestarikan bahasa Bali hanya karena tuntutan profesi, dan takut pekerjaannya hilang hanya gara-gara bahasa Bali dihapus dari kurikulum.  Tak lebih dan tak kurang. Padahal bahasa Bali tidak cukup kalau hanya masuk kurikulum sekolah saja, ada hal lain yang perlu dilakukan seperti memperbanyak referensi yang menggunakan bahasa Bali, menerapkan hari berbahasa Bali di sekolah, atau menuntut siswa untuk membaca minimal satu cerita berbahasa Bali dalam seminggu dan ketika ada pelajaran bahasa Bali paling tidak satu siswa menceritakan kembali apa yang telah mereka baca di depan kelas.

Anadaikan saja mereka benar-benar ingin melestarikan bahasa Bali, harusnya hari inipun mereka masih harus koar-koar mengajak untuk unjuk rasa. Coba saja lihat ke toko buku, berapa sih ada buku referensi yang berbahasa Bali? Coba lihat ke perpustakaan sekolah atau ke perpustakaan daerah atau perpustakaan kampus sekalipun, berapa sih ada buku yang berbahasa Bali? Dan kenapa juga mereka tidak unjuk rasa saat buku-buku berbahasa Bali sangat minim di perpustakaan dan tidak laku di pasaran, atau mengapa mereka tidak sekalian saja menerbitkan majalah berbahasa Bali. Bukannya itu lebih baik daripada sekadar koar-koar di medsos tanpa ujung pangkal dan tahunya hanya: kenken keneh pemerintahe ne, jeg grebeg ndasne, dan ketika keneh-nya misi mereka mencari aman dengan bersembunyi di selangkangan ibunya.

Sekarang coba kita lihat ke kampus. Lebih tepatnya ke Jurusan Bahasa Bali. Apa peran mahasiswa bahasa Bali dalam melestarikan bahasa Bali. Apakah hanya untuk gaya-gayaan bahwa dengan masuk Jurusan Bahasa Bali mereka sudah terlihat seolah-olah ikut melestarikan bahasa Bali walaupun saat ngobrol dengan teman sejurusan masih menggunakan bahasa Indonesia. Apakah hanya datang ke kampus mendengarkan materi dari dosen, presentasi, buat tugas, ikut ujian, buat skripsi, terus tamat, lalu melamar jadi guru bahasa Bali, kemudian di kelas memaparkan teori yang membosankan dan minim praktik. Sing pocol to, luungan jumah pulesang ibane!

Sebenarnya saya sangat senang kalau ada yang masih memperjuangkan bahasa Bali semisal Aliansi Peduli Bahasa Bali. Tapi apakah lembaga itu saja yang bisa kita andalkan? Lalu kemana yang lainnya? Kemana mahasiswa bahasa Bali kita? Kemana guru bahasa Bali kita? Tidurkah? Sibuk memberikan materi yang membosankan di kelas-kah? Jadi kalau saya menyimpulkan bahwa pelestarian bahasa Bali hanya sebates munyi, tidak salah kan?

Tapi sebentar dulu, saya dengar tahun ini sudah dilakukan seleksi tim penyuluh bahasa Bali yang akan diterjunkan kurang lebih ke 700-an desa yang ada di Bali. Itu mungkin akan mematahkan opini saya yang mengatakan bahwa: pelestarian bahasa Bali hanya sebates munyi. Semoga saja opini saya benar-benar terpatahkan dan yang lolos seleksi menjadi tim penyuluh bahasa Bali yang memang benar-benar melaksanakan tugasnya dan bukan hanya formalitas semata.

NB: Cang nulis apa ane tepukin cang di malun batun matan cange, yen ada ane sing sejalan utawi ane sing setuju ajak tulisan cange, lawan cang baan tulisan, diolas gati da lawana cang mejaguran krana cang pasti lakar kalah. (T)

Tags: BahasaBahasa Bali
I Putu Supartika

I Putu Supartika

Pengamat cewek teman dan peternak sapi ulung yang tidak bisa menyabit rumput. Belakangan nyambi menulis cerpen

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Peristiwa

Di Jakarta Kalah, di Buleleng Menang – Cerita Mini Tentang Agus

PADA Pilkada serentak, 15 Februari 2017, orang Bali, terkhusus di Kabupaten Buleleng, silih-berganti mendengar nama Agus. Sebagian besar dari mereka ...

February 2, 2018
Ade Putri & Dibal Ranuh dipandu Wena Wahyudi  di Jah Megesah #02
Khas

Menghapus Jarak Idealisme dan Komersialisasi Bersama Ade Putri & Dibal Ranuh di Jah Megesah #02

SEBUAH foto menyimpan seribu kata. Sementara teks memberi penekanan pada pemaknaannya. Segalanya bersinergi untuk menciptakan sesuatu yang lebih memiliki nilai. ...

November 20, 2018
Esai

Semua Adalah Rumah

Menjelang Hari Nyepi kemarin, saya menikmati liburan di kota kelahiran sahabat saya di Bondowoso. Bagaimana pun, bagi saya, liburan tetaplah ...

March 11, 2019
Foto-foto koleksi penulis
Esai

Cara Asyik Mengajar Sejarah bagi Anak Paud – Imajinatif Tanpa Melenyapkan Fakta

PRAMOEDYA Ananta Toer menyatakan bahwa, Negara yang tidak tahu sejarah adalah negara budak, budak di antara bangsa dan budak bagi ...

February 2, 2018
Ilustrasi: IB Pandit Parastu
Cerpen

Peri Kecilmu Pergi, Ibu

  Cerpen: Ni Putu Purnamiati “Ibu, pernah sesekali aku membuat bulir-bulir air matamu jatuh karena aku tak bisa membungkam mulutku ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In