16 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

Komang Puja SavitribyKomang Puja Savitri
June 16, 2025
inKhas
Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

Salah satu adegan dalam drama gong Sampik Ingtai yang dimainkan Sanggar Nong Nong Kling

TIDAK ada Petruk dalam Drama Gong Banyuning, Singaraja, yang bakal pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025. Tentu saja. Yang dimaksud Petruk ini adalah nama karakter punakawan yang diadopsi dari nama punakawan pewayangan Jawa.

Yang menggunakan nama karakter Petruk biasanya adalah drama gong khas Bali selatan. Namun, dalam drama gong khas Buleleng—lebih khusus lagi drama gong Banyuning—nama Petruk tidak pernah ada. Sejak dulu, sejak drama gong ada di Bali utara, hingga sekarang, tak pernah ada karakter Petruk.

Drama gong lawas Banyuning, tepatnya rekonstruksi drama gong lawas Banyuning, akan dipentaskan di Stage Tetaring (Stage Ayodya) di Taman Budaya Provinsi Bali, 3 Juli 2025. Drama gong ini akan dimainkan oleh Sanggar Nong Nong Kling dengan merekonstruksi Drama Gong Puspa Anom Banyuning yang pernah terkenal di seantero Bali pada tahun 1970-an hingga 1980-an.

Sanggar Nong Nong Kling akan membawakan kisah Sampik Intai, sebuah kisah yang membuat Drama Gong Puspa Anom menjadi legenda hingga kini. Dalam kisah Sampik Ingtai memang tak ada banyak memainkan punakawan.  

“Kami hanya memainkan satu punakawan yang mendampingi tokoh Sampik. Namanya, Cong Jit,” kata Nyoman Suardika alias Mang Epo yang bertindak selaku sutradara sekaligus pengelola Sanggar Nong Nong Kling.

Itu tentu berbeda dengan drama gong di Bali selatan. Di Gianyar, Bangli, atau Badung, drama gong memainkan setidaknya empat punakawan. Dua punakawan Raja Muda (protagonis) dan dua punakawan Raja Buduh (antagonis). Pasangan punakawan itu biasanya memiliki perbedaan fisik yang menonjol; satu gemuk, satu kurus. Yang gemuk biasanya pintar-pintar bodoh. Yang kurus, bodoh-bodoh pintar.

Mang Epo menjelaskan, drama gong Banyuning—terutama saat mementaskan Sampik Intai—tak dikenal adanya istilah Raja Muda dan Raja Buduh. Tokoh protagonisnya adalah Sampik yang didampingi satu punakawan, sementara tokoh antagonisnya, Subandar Macun, didampingi seorang patih, bukan punakawan. Patih ini tidak sepenuhnya melawak, tapi memang dipilih karakter yang bisa mengundang konyol dan lucu.

Drama gong Bali selatan biasanya memiliki dua patih. Satu patih protagonis yang disebut Patih Anom, dan satu patih antagonis yang disebut Patih Agung. Nah, Patih Agung, meski tampangnya serius dan serem, kerapkali juga ngelawak bersama punakawan di atas panggung.

Napas Tua Puspa Anom dalam Jiwa Muda Nong-Nong Kling

Nah, bagaimana kisah cinta klasik dari Tiongkok, Sampik Ingtai, itu dimainkan kembali oleh para seniman Buleleng di PKB 2025 nanti?

Sanggar Nong-Nong Kling dari Banyuning yang akan memainkan drama Sampik Intai itu bisa disebut sebagai reinkarnasi dari drama gong legendaris Puspa Anom. Para pemainnya memang tidak semuanya lawas, atau tak semunya pemain asli Drama Gong Puspa Anom.  Tapi mereka bertekad menghidupkan kembali roh drama gong legenrais itu di PKB 2025 ini.

Para pemain drama gong dari Sanggar Nong Nong Kling usai pentas di Pesta Kesenian Bali | Foto: Dok. Mang Epo

Dan tekad itu tampaknya bisa dilakukan dengan mudah. Tentu karena para pemain-pemain muda di Sanggar Nong Nong Kling sebagian besar adalah anak-anak atau cucu dari Wayan Sujana alias Jedur.

Wayan Sujana Jedur, almarhum, adalah salah satu pentolan drama Puspa Anom Banyuning yang masih diingat oleh penggemarnya hingga kini. Sebagai pemeran Sampik, Sujana Jedur membawa drama gong Buleleng menjadi legenda hingga kini.  

Mang Epo sendiri masih keluarga atau menantu dari Sujana Jedur. Sejumlah pemeran kunci di drama gong yang dimainkan Nong Nong Kling ini adalah anak dan cucu dari Sujana Jedur.  

Namun, meski banyak pemain muda, pertunjukan ini tentu saja tak hanya mengandalkan generasi milenial. Sutradara Nyoman Suardikamenggandeng para senior dari era Puspa Anom untuk ikut ambil peran penting. Di antaranya, Nengah Wijana sebagai Babah Suntiang, Nyoman Putriasih sebagai Men Sampik, Luh Sasi sebagai ibu Ingtai, dan Ketut Weker sebagai pengiring Subandar Macul.

“Mereka bukan hanya tampil sebagai pelengkap, tetapi sebagai pemeran inti. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka yang telah berjasa dalam sejarah Puspa Anom,” ujar Mang Epo.

Spirit kolaboratif ini memang telah lama hidup di Sanggar Nong-Nong Kling. Regenerasi dijalankan bukan hanya sebagai keharusan, tetapi sebagai prinsip kerja. “Ada pemain-pemain yang sudah senior dan kami libatkan juga pemain junior untuk belajar. Ini menjadi ruang pembelajaran bagi generasi muda supaya mereka tahu,” tambahnya. Bahkan sejak dahulu, Mang Epo telah membiasakan melibatkan anak-anak kecil melalui permainan atau dolanan dalam proses kreatif, dengan tujuan pelestarian.

Kembali ke Pakem dan Dekorasi Spektakuler

Pemilihan judul Sampik Ingtai sendiri bukan tanpa alasan. Mang Epo ingin mengajak penonton modern untuk bernostalgia dengan cerita yang sudah begitu melekat di hati masyarakat Bali. Namun, nostalgia itu akan dibungkus dengan visual yang tak main-main.

“Kami akan hadirkan kuburan yang bisa membelah menjadi dua, keluar kupu-kupu, ada unsur-unsur mistis—semuanya akan ditampilkan lengkap. Properti kami buat secara serius agar mendukung cerita secara maksimal,” tuturnya.

Sebelah kiri Ketut Weker tokoh patih sebagai pengiring Subandar Macun | Foto: Dok. Mang Epo

Pertunjukan ini juga menjadi penegasan atas pakem drama gong Buleleng yang diwariskan oleh almarhum Wayan Sujana alias Jedur, mertua Mang Epo. Pakem ini menuntut konsistensi emosi. Adegan sedih harus murni kesedihan, tanpa diselingi lelucon. Adegan tegang harus dibangun dengan ketegangan utuh.

“Saya ingat, pemeran Subandar Macun dulu, saking kuatnya membawakan karakter antagonis, sampai di kehidupan sehari-hari pun dicap negatif oleh penonton. Dia beli makanan saja tidak dilayani. Itulah keberhasilan akting yang mengesankan,” kenang Mang Epo bangga.

Suardika juga memegang teguh pesan mendiang Jedur, untuk menjaga pakem drama gong Buleleng, termasuk penggunaan Bahasa Buleleng. Meskipun punakawan boleh menyesuaikan konteks dalam adegan lucu, bagian cerita utama harus tetap sesuai pakem Buleleng.

Kata Mang Epo, soal kesan kasar dalam bahasa, sebenarnya tergantung konteks penyampaian. Kalau sesama punakawan, kasar dalam konsep seni masih dibatasi.

“Kata-kata seperti ‘cai’ atau ‘nyai’ itu masih bisa ditoleransi, tapi kalau ‘nani’ tidak kami pakai,” terangnya.

Tantangan di Balik Panggung Kolaborasi

Meski persiapan berjalan matang, Mang Epo mengakui ada tiga tantangan utama. Pertama, menyeimbangkan jadwal latihan dengan kewajiban sekolah para pemain muda. Pendidikan tetap menjadi prioritas.

Kedua, membangkitkan kembali gairah dan memori para senior yang telah puluhan tahun vakum dari panggung drama. “Jadi saya sebagai sutradara harus menghidupkan kembali semangat dan ingatan mereka. Saya perlu menyambungkan kembali cerita dan karakter-karakter agar mereka bisa menjiwai perannya lagi,” jelasnya.

Pemeran Sampik dan Ingtai saat latihan persiapan tampil di PKB 2025 | Foto: Dok. Mang Epo

Tantangan ketiga adalah soal waktu. Kedisiplinan para pemain muda yang sudah siap sejak pukul 7 malam kadang harus menunggu para senior yang baru tiba satu jam kemudian. “Namanya orang tua, kadang tidak bisa datang tepat waktu karena kondisi. Tapi saya maklumi, itu hal yang wajar,” paparnya ikhlas.

Pertunjukan drama gong oleh Sanggar Nong-Nong Kling selalu dinantikan. Setiap kali tampil mewakili Kabupaten Buleleng, penonton selalu membludak. Sebab masyarakat tahu, drama gong Buleleng punya daya tarik tersendiri. Intonasi bahasanya yang khas dan cerita yang kuat menjadi magnet tersendiri.

“Judul Sampik Ingtai saja sudah mendunia. Ditambah dengan dekorasi yang kami siapkan secara serius. Sudah pasti ini akan jadi tontonan yang menarik,” pungkas Mang Epo.

Begitulah cara drama gong Buleleng menjaga nyalanya, masih dirindukan, masih diperjuangkan, dan terus dicintai lintas generasi. [T]

Penulis: Komang Puja Savitri
Editor: Adnyana Ole

Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.

  • BACA JUGA:
Drama Gong
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Tags: drama gongdrama gong lawasPesta Kesenian BaliPesta Kesenian Bali 2025
Previous Post

Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

Komang Puja Savitri

Komang Puja Savitri

Mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

by Lintang Pramudia Swara
June 16, 2025
0
Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

BEGITU enigmatik dan diabolis, saya rasa Han Kang memberi tawaran segar di kancah sastra dunia. Sejak diumumkan sebagai pemenang Nobel...

Read more

Niskala Pancasila dan Tugas Besar Pendidikan: Menyemai Indonesia Raya dari Dalam Diri

by Dewa Rhadea
June 16, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

PERINGATAN Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni bukan sekadar momen seremonial. Ia adalah ajakan reflektif—untuk menengok ke dalam, menyatukan kembali...

Read more

Drama Gong

by I Wayan Dibia
June 16, 2025
0
Drama Gong

SEJAK pertengahan tahun 1960 kreativitas para seniman Bali telah melahirkan dua jenis seni drama. Salah satu seni drama yang dilahirkan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025
Khas

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

TIDAK ada Petruk dalam Drama Gong Banyuning, Singaraja, yang bakal pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025. Tentu saja. Yang...

by Komang Puja Savitri
June 16, 2025
Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja
Persona

Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

SETIAP Minggu pagi, Taman Kota Singaraja menjelma menjadi panggung kecil bagi berbagai aktivitas. Ada anak-anak berlarian, ibu-ibu berbincang sambil menemani...

by Arix Wahyudhi Jana Putra
June 16, 2025
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co