8 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

I Gusti Made Darma PutrabyI Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
inEsai
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

I Gusti Made Darma Putra

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama kali style ini dipentaskan? atau siapa pencetus utamanya? Sebab yang jauh lebih menggugah bukanlah penanda waktu ataupun tokoh tunggal, melainkan bagaimana perjalanan budaya di wilayah Kabupaten Badung secara kolektif mampu membentuk, mematangkan, dan akhirnya mengukuhkan style ini hingga berdiri sejajar bahkan turut memberi pengaruh nyata pada panggung pewayangan Bali secara keseluruhan.

Kabupaten Badung sendiri dikenal sebagai daerah yang kaya akan talenta seni, terutama dalam bidang Seni Pedalangan. Para Dalang di Badung memiliki keahlian yang beragam mulai dari tetikesan yang angigel, sesendon yang khas, hingga penguasaan rasa dan teknik ngantawacana yang mumpuni. Namun dalam tulisan ini, kita tidak sedang membahas kehebatan satu per satu dalangnya, melainkan hendak menelaah Style Bebadungan sebagai sebuah entitas kultural yang merepresentasikan identitas kedaerahan.

Pertama penting untuk membedakan antara style dan gaya. Style Bebadungan merujuk pada prinsip-prinsip estetika yang tumbuh dari akar budaya di Badung, ia adalah ekspresi kolektif, hasil dari dialektika ruang dan masyarakat. Sedangkan gaya dalam arti sempit lebih condong pada kepribadian masing-masing seniman dalang. Oleh karena itu, style Bebadungan adalah bingkai besar yang menjadi wadah ekspresi, sedangkan gaya adalah cara unik individu setiap dalang menghidupkannya di atas kelir.

Dengan pemahaman ini, kita akan mampu membaca wayang kulit style Bebadungan bukan sekadar sebagai wahana variasi bentuk, melainkan sebagai pancaran jiwa suatu wilayah yang telah melahirkan gaya pewayangan yang istimewa dan berkarakter kuat.

Nama “Bebadungan” sendiri menyimpan muatan geografis sekaligus identitas kultural. Ia lahir dari kata dasar “Badung” nama kabupaten yang memiliki denyut seni yang kuat serta berdampingan erat dengan kehidupan spiritual masyarakatnya. Dibingkai dengan awalan be- serta akhiran –a­n yang membentuk satu nomenklatur khas yaitu Bebadungan. Istilah ini tidak hanya menandai letak geografis semata, tetapi menjadi lambang jati diri yang kini dijunjung oleh dua entitas administratif Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, yang dahulu merupakan satu kesatuan wilayah.

Lebih dari sekadar sebuah penamaan, Wayang Kulit Style Bebadungan adalah prinsip estetik yang istimewa. Keistimewaannya tidak hanya terletak pada kekuatannya sebagai identitas lokal yang mengakar, tetapi juga pada kemampuannya membentuk karakter pewayangan yang khas, berdaya adaptasi tinggi terhadap penikmat, namun tetap berwatak dan bercorak.

Style ini lahir dari rahim masyarakat Badung yang terbuka terhadap dinamika zaman, tetapi tidak pernah melepaskan genggamannya pada nilai-nilai luhur budaya Bali. Di sinilah daya hidup Wayang Kulit Style Bebadungan, ia bukan sekadar prinsip pertunjukan, melainkan representasi dari semangat budaya yang lentur namun berprinsip.

Lakon Populer dalam Wayang Kulit Style Bebadungan

Wayang kulit style Bebadungan tidak hadir sebagai satu bentuk tunggal yang kaku, melainkan menjadi payung estetika bagi berbagai lakon dalam dunia pewayangan. Ia luwes, namun tetap berpijak pada karakternya yang khas. Dalam geliat panggung dan praktik kesehariannya, Wayang kulit style Bebadungan paling kentara dikenali melalui lakon Parwa atau dalam tradisi lokal kerap disebut sebagai pemarwan yang berakar kuat dari orbit epik Mahabharata.

Selain Parwa, Wayang kulit style Bebadungan ini juga mapan dalam membawakan kisah Ramayana, atau yang dalam istilah pewayangan Bali dikenal sebagai Pangramayanan. Kedua lakon ini menjadi ladang ekspresi yang subur bagi style Bebadungan untuk menampilkan kekuatan narasi, kedalaman nilai moral, dan spiritualitas, sekaligus mempertontonkan keahlian dramatik yang khas dalam balutan estetika pewayangan style Bebadungan.

Wayang Kulit style Bebadungan tidak hanya hidup dalam bentuk, namun juga bernapas dalam isi menjadi jembatan antara kisah luhur dan sensitivitas kultural masyarakat penikmat yang terus berproses dan berkembang dari masa ke masa.

Pemarwan dalam Style Bebadungan

Dalam praktik pementasan secara tradisi, Wayang Kulit Style Bebadungan dengan lakon Parwa senantiasa menghadirkan empat tungguh gender wayang sebagai instrumen iringan utama, lengkap dengan perangkat pernak-pernik panggung sebagaimana lazimnya dalam pertunjukan Wayang Kulit Bali. Namun demikian, yang membedakanWayang Parwa Style Bebadungan dengan daerah lain bukan semata-mata terletak pada jumlah instrumen, kelengkapan panggung, atau pun struktur dramaturgisnya.

Secara umum, struktur alur pementasan tetap mengikuti pakem tradisi yang pada dasarnya sama, yang dimulai dengan tabuh petegak, dilanjutkan dengan tari kayonan, kemudian nyejer wayang, disusul dengan rangkaian dramatik seperti alas arum, paruman, pangkat, isen-isen, bapang delem, konflik atau siat, dan diakhiri dengan konklusi atau pesan moral.

Namun, kekhasan Wayang Kulit Style Bebadungan bukanlah sekadar variasi teknis, melainkan pancaran estetik yang menjadikannya begitu istimewa. Keistimewaan itu terletak pada beberapa elemen yang hadir dengan cita rasa yang khas dan menggugah, terutama dalam pola pengalang dan bebaturan yang menjadi ciri identitas tak terbantahkan.

Sebut saja bentuk pengalang ratu atau pengalang tualen/parekan melahirkan nuansa tersendiri yang sarat pesona. Terdapat pula gaya tutur “senuk samita” yang dilontarkan oleh tokoh prabhu dengan wibawa yang anggun serta sesendonan saat pangkat yang menciptakan atmosfer khas Bebadungan. Semua ini membentuk sebuah harmoni style yang bukan hanya membedakan, tetapi mengukuhkan posisi Style Bebadungan sebagai salah satu mahakarya pewayangan Bali yang patut dirayakan.

Melalui berbagai upaya yang konsisten Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Kebudayaan dan LISTIBIYA Kabupaten Badung, gema kekhasan Wayang Kulit Style Bebadungan terus diangkat sebagai warisan budaya yang tidak hanya layak dibanggakan, tetapi juga wajib dijaga dan dilestarikan. Program-program pelestarian, dokumentasi, hingga panggung-panggung pertunjukan menjadi bukti konkret bahwa style ini bukan sekadar warisan, melainkan denyut hidup budaya yang terus berlanjut.

Unsur-unsur khas seperti pengalang ratu, pengalang tualen, bebaturan, sedon, hinggagending angkat-angkatan menjadi elemen penting yang diwariskan dan dikembangkan. Gerakan ini telah menjadi pondasi kokoh bagi generasi seniman muda di Badung untuk melanjutkan, menggali lebih dalam, serta mengembangkan style Bebadungan dengan semangat zaman tanpa kehilangan akar tradisi.

Sang Legenda

Tokoh sentral yang tak bisa dilewatkan dalam membicarakan perkembangan dan pembakuan Wayang Kulit Style Bebadungan adalah (alm) Ida Bagus Ngurah Buduk, dalang kawakan dari Griya Buduk, Kabupaten Badung. Beliau bukan sekadar pelaku tradisi, melainkan poros estetika yang menjelma sebagai kiblat Wayang Kulit Style Bebadungan masa kini. Peran beliau dalam membumikan gaya ini tidak terlepas dari jejak pengabdiannya yang tercatat melalui dokumentasi audio, sebuah pencapaian yang tergolong langka pada masanya serta akses terhadap teknologi perekaman belum semudah hari ini.

Rekaman suara beliau kini menjadi referensi otoritatif yang acapkali dijadikan rujukan dalam pembelajaran seni pedalangan, baik secara informal maupun formal. Lembaga-lembaga pendidikan seni seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan jurusan pedalangan di Bali, hingga Program Studi Pedalangan di Institut Seni Indonesia Bali menjadikan gaya pembawaan beliau sebagai materi rujukan penting. Melalui dokumentasi tersebut, generasi muda dapat mengakses bentuk Wayang Kulit Style Bebadungan yang otentik, langsung dari sumber yang memiliki otoritas kultural.

Gaya pembawaan Dalang Ida Bagus Ngurah Buduk memang sangat khas. Selain menyajikan materi yang kontekstual dengan situasi sosial pada masanya, kekuatan utama beliau terletak pada warna suara yang memiliki vibra istimewa yang dalam, lembut, dan magis. Nuansa vokal inilah yang memperkaya dramatika pertunjukan dan memberikan sentuhan estetika tersendiri, menjadikannya inspirasi bagi para dalang masa kini dalam memperindah penampilan mereka.

Apa yang ditinggalkan oleh beliau bukan hanya jejak suara, melainkan spirit. Sebuah semangat yang terus menghidupi keberlangsungan Wayang Kulit Parwa Style Bebadungan, agar tidak sekadar dikenang sebagai warisan, tetapi terus bergerak sebagai gaya hidup budaya yang relevan, hidup, dan penuh jiwa.

Wayang Kulit Style Bebadungan bukan sekadar produk budaya daerah, tetapi sebuah entitas estetik yang hidup dan dinamis. Ia lahir dari percampuran antara tradisi yang kokoh dan inovasi yang halus, tumbuh dari denyut kehidupan masyarakat Badung yang sarat talenta seni, serta dibentuk oleh para maestro seperti Ida Bagus Ngurah Buduk yang memberikan fondasi sekaligus arah perkembangan gaya ini.

Penutup

Dalam lintasan sejarahnya, Wayang Kulit Style Bebadungan telah menunjukkan bahwa sebuah gaya bisa menjadi napas kolektif daerah, ia bukan hanya tentang teknik atau pakem, melainkan juga tentang rasa, karakter, dan kemampuan untuk menyampaikan zaman melalui simbol dan suara. Di sinilah letak keistimewaannya, ia tidak hanya bertahan, tapi juga menginspirasi, membentuk narasi baru di tubuh pewayangan Bali masa kini. [T]

Penulis: I Gusti Made Darma Putra
Editor: Adnyana Ole

BACA artikel lain dari penulis I GUSTI MADE DARMA PUTRA

  • BACA JUGA:
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya
“Pengalangkara” : Apakah Hanya Pembuka atau Penentu Nyawa Pertunjukan Wayang Bali?
Dalang Dalam Sekat Gaya dan Style: Kreativitas yang Terkungkung atau Tradisi yang Dimuliakan?
Integrasi Dharma Pawayangan dan Kreativitas Dalang: Manifestasi Seni Yang Sakral dan Mendalam
Tags: Badungwayangwayang Bali
Previous Post

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

I Gusti Made Darma Putra

I Gusti Made Darma Putra

Seniman pedalangan, kreator wayang Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co