PASAR Banyuasri di Jalan Ahmad Yani Singaraja digarap pada November 2019, dan diresmikan Gubernur Bali pada 30 Maret 2021. Kini, pasar rakyat kebanggaan warga Bali Utara itu masih tampak berdiri megah dengan jargon gagah dan serius terpasang pada plang nama: Pasar Banyuasri, The Spirit of Sobean.
Pasar rakyat yang dibangun di atas areal seluas 2,4 hektar ini, selain diharapkan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat Buleleng, terutama pelaku UMKM, juga disematkan rencana-rencana lain di baliknya.
Sayangnya, bahkan setelah Bupati Buleleng berganti, rencana-rencana itu seolah hanya ungkapan spontanitas tanpa pikir panjang. Akibatnya, rencana hanya sekadar rencana─karena seolah Pemkab Buleleng kesulitan mewujudkannya, atau tak berniat untuk mewujudkannya.
Ada beberapa rencana Pasar Banyuasri yang masih menjadi rencana.
Pasar Banyuasri, ketika diresmikan, terjadi euforia masyarakat di media sosial. Banyak orang mengunggah foto-foto eksotis, Pasar Banyuasri dengan lampu kemerlap dan ada air mancurnya. Kini air mancur itu sepertinya sudah macet.

Pasar Banyuasri di Singaraja | Foto: tatkala.co/Son
Pasar Banyuasri, ketika dibangun, direncanakan sebagai daerah tujuan wisata utama kota Singaraja. Di situ, konon, lagi-lagi konon, akan dipajang produk kerajinan dan ekonomi kreatif serta produk kuliner, rooftop creative space, hingga yang terbaru, Mal Pelayanan Publik (MPP).
Daerah Tujuan Wisata
Pembangunan Pasar Banyuasri Buleleng awalnya ditargetkan menjadi pusat perekonomian dan daerah tujuan wisata di Kabupaten Buleleng. Hal itu disampaikan Putu Agus Suradyana yang saat itu menjadi Bupati Buleleng.
“Yang penting kita hitung dulu dari pembiayaan listrik, kebersihan, lalu stand-stand yang bisa membuat pasar ini bergairah. Kalau tidak ada yang menarik tentu masyarakat akan berpikir juga untuk datang. Misalnya stand makanan khas Buleleng kita gabungkan dengan stand makanan modern, jadi ini bisa jadi DTW. Karena di luar negeri pun pasar adalah Daerah Tujuan Wisata,” kata Agus Suradnyana sebagaimana dikutip banyak media massa saat itu.

Geliat pedagang di Pasar Banyuasri | Foto: tatkala.co/Son
Tapi hingga kini, hingga Bupati Buleleng dijabat oleh Nyoman Sutjidra (dulu wakilnya Agus Suradnyana), Pasar Banyuasri tetap sebagai pasar biasa tanpa ada turis berwisata ke tempat itu.
Sentra Produk “Sobean”
Pemkab Buleleng juga sempat mengeluarkan berencana untuk menata lantai tiga Pasar Banyuasri. Ruang yang didesain untuk parkir kendaraan roda empat itu disiapkan menjadi sentra produk sobean (unggulan) Buleleng.
“Rencana penataan ruang ini kami kerjakan keroyokan melibatkan Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perdagangan, pelaku ekonomi, ekraf, untuk menampilkan produk UMKM dan juga produk kuliner unggulan (sobean) Buleleng,” kata Asisten Ekonomi dan Pembangunan Buleleng Ni Made Rousmini, Selasa, 7 Desemebr 2021, sebagaimana ditulis NusaBali.com.
Kini, sepertinya orang Buleleng, terutama pejabatnya, lupa dengan kata sobean yang dulu seakan-akan menjadi kata “sakti” untuk menghidupkan Pasar Banyuasri.
Rooftop Creative Space (RSC)
Wacana Rooftop Creative Space sebenarnya sudah direncanakan jauh sebelum pembangunan Pasar Banyuasri rampung dan diresmikan.
Pemerintah Kabupaten Buleleng, pada saat itu, rencananya akan mendirikan Rooftop Creative Space (RSC) dengan memanfaatkan lahan parkir Pasar Banyuasri yang terletak di lantai 3.Hal itu dinilai sejalan dengan semangat Spirit of Sobean─yang diharapkan mampu menunjukkan keunggulan produk asli lokal Buleleng, tidak terkecuali produk ekonomi kreatifnya.
“Sudah mendapat dukungan penuh dari Bapak Bupati dari audiensi kemarin dengan Komite Ekraf Kabupaten Buleleng,” kata Gede Dody Sukma Oktiva Askara yang saat itu menjabat sebagai Plt. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, sebagaimana dikutip dari dewatapos.
Lebih lanjut, di lansir dari dewatapost, menurut Dody Sukma, pada saat itu, RSC rencananya akan dirampungkan pada Januari 2022 dengan dilengkapi dengan beragam fasilitas seperti kios-kios UKM kuliner, panggung pementasan, ruang workshop, dan skate park. Semuanya dikelola oleh Komite Ekraf Buleleng bersinergi dengan perangkat daerah terkait dan masyarakat yang tergabung dalam komunitas ekraf.
Hingga kini Rooftop Creative Space tak kelihatan bentuknya. Orang bahkan sudah lupa menanyakan apa arti dari Rooftop Creative Space itu.
Para pelaku ekonomi kreatif di Buleleng sepertinya masih punya keinginan untuk menjadikan Pasar Banyuasri sebagai ruang kreatif, terutama di lantai atas. Namun, meski pasangan Bupati Sutjidra dan Wakil Bupati Supriatna belakangan cukup kerap bicara ekonomi kreatif, namun bupati dan wakil bupati baru itu sepertinya tak punya rencana untuk membangun ruang ekonomi kreatif di Pasar Banyuasri. Setidaknya rencana itu tak disebut-sebut dalam pidato serah terima jabatan di Gedung DPRD Buleleng, Selasa, 5 Maret 2025.
Mal Pelayanan Publik (MPP)
Nah, ini yang lucu. Pemanfaatan lantai 3 Pasar Banyuasri berganti-ganti rencana, dan tak kunjung terwujud. Namun, tiba-tiba di lantai itu dibangun Mal Pelayanan Publik (MPP). Disebut “tiba-tiba”, karena pada awal-awal euforia Pasar Banyuasri, rencana MPP tak pernah tersebutkan.
Pemkab Buleleng beralasan, pembangunan MPP di Pasar Banyuasri bertujuan untuk mempermudah akses pelayanan masayarakat.
Pejabat (Pj.) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana kepada media menyebutkan ide memanfaatkan beberapa gedung pasar yang masih kosong menjadi MPP itu dilatarbelakangi sepinya kunjungan ke pasar.Ia khawatir, kondisi ini akan semakin parah dan pada akhirnya fasilitas itu akan mubazir.

Geliat pedagang di Pasar Banyuasri | Foto: tatkala.co/Son
Dikutip dari tatkala.co, Lihadnyana menjelaskan, MPP merupakan tempat terpusat untuk pelayanan publik. Tidak lagi terpencar dan cukup di satu tempat. Melalui diintegrasikannya MPP dengan tempat pemasaran produk-produk UMKM, pengunjung juga bisa langsung melihat-lihat produk itu.
Selama ini terdapat banyak produk-produk UMKM di Buleleng. “Tetapi, produk-produk UMKM belum terwadahi dengan baik,” kata Lihadnyana kepada tatkala.co.
Nah, MPP dengan mulus sudah berdiri hingga kini. Namun produk UMKM yang sedianya diurus dengan baik di pasar itu, hingga kini tampaknya masih belum ada geliatnya.
Pedagang Bermobil
Bupati Buleleng yang baru, Nyoman Sutjidra, sempat menyebut-nyebut penataan pasar dalam pidatonya pada acara serah terima jabatan dengan Pj. Bupati Ketut Lihadnyana di Gedung DPRD Buleleng, Rabu, 5 Maret 2025.
Namun yang disebut-sebut itu bukan Pasar Banyuasri, melainkan Pasar Anyar.
Dalam pidato itu, Sutjidra menyebutkan, setidaknya akan melakukan 6 hal pada 100 hari mereka menjadi pemimpin Kabupaten Buleleng.
Dari enam kerja prioritas itu, salah satunya adalah penertiban dan fasilitasi tempat kepada pedagang bermobil di Pasar Anyar Singaraja.
Lalu, apakah Sutjidra dan Supriatna tak punya niat untuk mewujudkan rencana-rencana agung dalam penataan Pasar Banyuasri? [T]
Reporter/Pengumpul Data: Jaswanto
Penulis/Editor: Adnyana Ole