SEKAA GONG kebyar yang cukup tua dan legendaris dari Kabupaten Karangasem adalah Sekaa Gong Semadhi Yasa, Banjar Abianjero, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Duta Kabupaten Karangasem. Sekaa itu terbentuk sejak 16 Agustus 1928 dan hingga kini masih tetap bersuara.
Pada Rabu malam, 28 Juni 2023, Sekaa Gong Semadhi Yasa tampil dalam Parade Gong Kebyar Legendaris di pangung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali di Denpasar, serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2023. Sekaa ini tampil bersama Sekaa Gong Saraswati dari Desa Menyali, Buleleng.
Sesuai dengan namanya sekaa gong ini memang setia pada jalur karawitan di Bali meski markasnya jauh dari pusat kota Denpasar. Semadhi berasal kata dari Semedhi yaitu meditasi. Sementara kata Yasa adalah pageh atau kuat jadi, sehingga “Semadhi Yasa” dapat diartikan dengan melakukan meditasi suatu organisasi sekaa gong yang anggotanya selalu bermental kuat atau pageh dan tersetruktur untuk mempertahankan seni budaya yang telah dimiliki.
“Penabuh yang tampil di PKB kali ini merupakan generasi ke 7,” kata kelian Komang Minggu yang didampingi pembina tabuh, I Ketut Darma.
Sekaa Gong dari Ababi ini didukung kurang lebih 75 orang yang merupakan generasi ke 7 dan ke 8. Sekaa gong ini mengawali penampilan dengan Tabuh Pepanggulan “Sasaronan”.
Tabuh ini cukup sederhana, sehingga tampak terbentuk suatu tabuh atau gending tanpa memakai struktur yang lengkap. Tabuh ini diciptakan oleh Ida Wayan Ngurah (Alm), seorang komponis musik dan pemain gamelan Bali yang terkenal dari Geriya Jelantik, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem pada 1983.
Tabuh pat ini lembali dipentaskan sebagai persyaratan tampil dalam parade gong kebyar legendaris.
Disamping itu, gong legendaris harus menampilkan tabuh-tabuh yang ada ada di Karangasem, bahkan lebih baik yang diciptakan di wilayah diri sendiri. Kalau dari segi hukum tabuh, jajar pageh tabuh dalam hal ini memang tidak lengkap, seperti tabuh-tabuh lainnya.
Kalau dari segi sruktur menyajikan pengawit dan pengawak, tetapi tidak ada prinsip, tetapi langsung ke tabuh telu lalu pekaab. “Leluhur kami tidak berani menambah ataupun mengurangi gending. Namun, kali ini ada sedikit penambahan pengawit, sehingga durasinya agak lama dan telihat bagus,” imbuh Ketut Darma.
Penyajian kedua, menampilkan Tabuh dan Tari Candra Kanta. Ide dan konsep garapan tari ini berpola tari palegongan atau tari lepas tetapi bukan murni tari palegongan. Tabuh ini digarap I Wayan Rindi (Alm) dari Banjar Lebah Kota Denpasar pada 1950.
Candra berarti rembulan, sedangkan Kanta berarti Permata atau Kristal dengan aneka warna. Maka Candra Kanta berarti Suatu Permata yang berkilau seindah rembulan.
Di Abian Jero dulu, Tari Candra Kanta merupakan tari kreasi, tetapi disebut juga legong. Para pelingsir di Abian Jero bertemu Bapak Rindi di Sanur, maka ada kesepakatan untuk membuat garapan baru.
“Saat itu, memang satu satunya sekaa gong yang aktif di Karangasem ada di Abian Jero, sebelum akhirnya berkembang ke daerah-daerah lain di Karangasem. Maka, boleh dibilang Semadhi Yasa” paling tua di Kabupaten Karangasem,” katanya.
Penampilan selanjutnya Tabuh Kreasi Kosalya Arini yang diciptakan di Abian Tiying, Bebandem oleh Bapak Berata. Tabuh ini merupakan sebuah konsep tabuh instrumental yang digarap oleh Bapak I Wayan Beratha pada tahun 1969, bersama Sekaa Gong Desa Abian Tiying, Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem.
Tabuh Kreasi Kosalya Arini merupakan sebuah tanaman obat-obatan yang diexpresikan kedalam musik gamelan gong kebyar dikemas menjadi sebuah Kreasi Kekebyaran.
Sajian terakhir Tari Widya Karana, sebuah garapan tari menjelang Hari Kesehatan Se-Dunia. Tari ini menceritakan “Tradisi Mebat” kumpulan orang kerja dengan peralatan khas serta berbagai daging bahan lauk dan bahan bumbu ciri khas Karangasem dalam pembuatan lawar. Proses pembuatan ini disebut Mebat atau Ngelawar.
Pada saat itu, datang berbagai jenis lalat dan hinggap diadonan lawar yang sedang dibuatnya. Si Tukang Ebat ini mencicipinya, salah satu terjadi musibah sakit perut. Lalu, dicarikanlah obat atu pil menghilangkan sakit perut. [T][Ado/*]