Menandai 17 tahun terbentuknya “10 Fine Art”, digelarlah sebuah pameran seni rupa di Gedung Dharma Negara Alaya, Jalan Mulawarman 1 Denpasar, Bali. Pemeran dibuka 9 Desember 2021 pukul 17.00 WITA dan berlangsung sampai tanggal 23 Desember 2021.
Pengantar katalog pameran seni rupa tersebut ditulis oleh Made Susanta Dwitanaya, dan pameran akan diresmikan oleh artis dan politikus Rieke Diah Pitaloka.
10 Fne Art adalah kelompok seniman yang berjumlah 10 orang pelukis Bali, yaitu I Made Dolar Astawa, I Wayan “Apel” Hendrawan, I Wayan “Anyon” Muliastra, I Made Budi Adnyana, Ida Bagus Putu Purwa, A A. Ngurah Paramarta, I Wayan Paramarta, I Made “Romi” Sukadana, I Ketut Teja Astawa dan Vinsensius Dedy Reru.
Pameran kali ini menampilkan 33 karya seni lukis dengan berbagai macam ukuran dan 12 seni patung, yang mengambil model babi, yang di lukis oleh masing masing seniman tersebut, juga dua karya karya patung yang berbahan anyaman kawat anti karat.
Terbentuknya Ten Fine Art berawal dari Tragedi Bom Bali yang melanda Bali pada tahun 2002. Para Seniman tersebut terpukul melihat situasi yang terjadi dengan adanya bom Bali berkat serangan teroris, dengan situasi yang melanda Bali, yang menyebabkan pariwisata sekejap senyap dibuatnya, ekonomi runtuh, banyak pelaku pariwisata alih profesi.
Made Dollar Astawa, berinisiatif mendatangi kawan kawanya sekedar bersilaturahmi dan menanyakan kabar, dengan adanya bom Bali, berharap kawan-kawanya tidak ada yang menjadi korban, banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan yang mana dari mereka banyak menggantungkan pekerjaannya di pariwisata melalui karya seni.
Misalnya Made Dollar Astawa yang masih bekerja sebagai pelukis layang-layang, Ida Bagus Putu Purwa yang masih bekerja menjadi pelukis keramik di salah satu perusahan keramik kenamaan di Bali, lalu Made Romi Sukadana, Anyon Muliastra, I Gusti Ngurah Paramarta dan Made Budiarsana, selain memperjuangkan gaya lukisnya sekarang, sesekali masih menggantungkan hidupnya dengan menjadi pedagang acung ke berbagai art shop di Ubud.
Lalu ada juga Dedy Reru selain melukis masih bermain music di beberapa restoran di Lovina, I Wayan Paramarta sendiri yang sudah menjalin kerja sama dengan salah satu art gallery kenamaan di Singapura, sedangkan I Wayan “Apel” Hendrawan yang baru sembuh dari sakit jiwa, yang selalu aktif dalam kegiatan karang taruna dalam pembuatan ogoh ogoh, yang masih menjadi tukang sablon.
Ada juga Teja Astawa, yang masih aktif dalam penulisan cerpen di salah satu media di Bali, dan menawarkan lukisan di art shop dengan dukungan pariwisata, sekedar menyambung hidup karena sebagian dari mereka menjadi keluarga muda, dan ada pula yang masih lajang.
Dengan semangat kekeluargaan dan obrolan panjang, dua tahun lamanya, yang mana mereka masih tertatih-tatih untuk menghidupi keluarga mengerjakan berbagai macam hal yang berkaitan dengan dunia kreatif hanya sekadar bisa menanggung keluarga untuk makan.
Pada tahun 2004 akhirnya mereka sepakat membentuk “10 Fine Art” dengan mengontrak sebuah ruko di kawasan Sanur di jadikan Art Gallery, yang mana awalnya mereka kontrak dengan harga 15 juta, pembentukan awal 10 Fine Art itu sendiri, juga karena gagasan sederhana yang hanya memfokuskan biar bisa mengontrak ruko tersebut selama dua tahun, dengan mengumpulkan sepuluh pelukis, biar beban mengontrak ruko tersebut tidak menjadi beban banyak.
Dengan ada ruang alternative tersebut sebagai tempat untuk sharing ide dan rasa kepedulian mengenai seni dan budaya di Bali. Dengan ruang alternative yang mereka miliki. Untuk mengakomodir kegelisahan mereka atas kepeduliannya terhadap Bali melalui seni dan kebudayaan, juga sebagai tempat nongkrong dan membangun networking seniman Bali di Sanur
Kelompok 10 Fine Art, dalam perjalanan berkesenian sudah melakukan pameran di berbagai kota di Indonesia, seperti Jogja Malang dan Jakarta, begitu pula pameran di luar negeri salah satunya di Melbourne Australia, secara perorangan mereka aktif berpameran di dalam dan luar negeri
Pameran perdananya pun dilakukan dengan mengadakan tema telanjang, dengan, melukis diri masing masing dengan telanjang, sebagai pameran perdananya. Ruang seni alternatif sebagai artist initiative mendirikan art gallery.
Setahun setelah dibentuknya 10 Fine Art dan diresmikannya ruang alternative space yang diberi nama 10 Fine Art, sepuluh pematung Bali mengadakan pameran yang di beri tema 10 Balinese Sculpture yang terdiri dari Carola Vooges seniman patung berkebangsaan Belanda, I Nyoman Erawan, I Ketut Muja, I Made Suagata, I Wayan Sukenada, I Wayan Jana, I Ketut Selamet, I Wayan Gawiarta, Pande Wayan Mataram, IB Nyoman Darma Putra.
Dari sekian pematung tersebut yang lazim menggunakan bahan kayu dan Batu, seniman patung kontemporer I Wayan Gawiarta yang alumni ISI Yogyakarta menampilkan karya patung yang berjudul sexy II patung tersebut menggunakan bahan alternatif berbahan tali tambang berbahan plastic yang tidak lazim digunakan di seni patung. Begitu juga karya seni objek art Nyoman Erawan yang merespon bekas bangunan tradisional yang berbahan kayu jati antic yang direspon sedemikian rupa.
Beberapa pameran berikutnya pun di 10 Fine Art juga dapat berpameran oleh kelompok Jagor yang terdiri dari I Wayan Danu, I Wayan Santyasa, dan I Wayan Arnata, juga pameran berdua oleh I Wayan Wirawan, dengan I Kadek Susila Dwiyana, dalam pameran ini pula I Wayan Wirawan mengenalkan salah satu promotor seni rupa kepada Ida Bagus Putu Purwa, dan menjadi titik awal karya karya seni lukis Ida Bagus Putu Purwa mulai diminati oleh beberapa pecinta seni di Indonesia.
Dengan modal nekat dan tertatih- tatih mereka membuat sebuah art gallery, untuk mempromosikan karya mereka, selain memberi ruang kepada seniman lain untuk berpameran, bahkan salah satu curator dan pemerhati seni dari Jerman Thomas Freitag menjuluki mereka sebagai produsen gallery, yang mana mereka yang mengelola gallery, mereka pula yang menghasilkan karya seninya.
Hasil dari penjualan lukisan tersebut pula dimanajemen secara kekeluargaan, dan hasilnya selain digunakan untuk membayar kontrakan berikutnya dan mensponsori kegiatan kesenian, juga digunakan untuk membantu seniman yang tergabung di 10 Fine Art yang istrinya melahirkan, menikah, dan membantu kawannya untuk membayar uang administrasi sekolah pada saat anak mereka mulai memasuki Sekolah Dasar. Semua itu dilakukan dengan cara kekeluargaan.
Oleh karena itu mari saksikan pameran mereka dari 17 tahun perjalanan 10 Fine Art dengan menghadirkan karya karya segar dan terbarunya di akhir tahun ini. [T]