LAUT menyambut senyum mentari pagi. Taman terumbu karang mengiringi nyanyian riang canda tawa ikan-ikan. Ada ikan warna-warni bermain petak umpet di balik lubang-lubang batu karang tatkala ikan-ikan pemangsa melintasi taman terumbu karang itu. Di antara ikan-ikan yang bersembunyi, ada kuda laut yang tampan rupawan ikut bersembunyi di celah rumput laut yang tumbuh lebat.
Ikan-ikan pemangsa itu berhenti sejenak memandangi dengan teliti kawasan taman terumbu karang itu.
“Ke mana perginya mangsa hari ini? Sungguh aneh?” pikir kawanan ikan pemangsa itu.
Ikan-ikan pemangsa kembali berkeliling di kawasan taman terumbu karang itu, tetapi tidak menemukan mangsanya.
“Mungkin hari ini kita tidak makan!” Kawanan ikan pemangsa pergi menjauh dari taman terumbu karang itu.
“Halo teman-teman, cepat keluar dari persembunyianmu! Kawanan pemangsa itu sudah pegi. kita aman,” kata Ikan Badut.
Taman terumbu karang kembali riang-riuh canda tawa nyanyian ikan-ikan itu. Berbeda dengan Kuda Laut, ia masih termangu dalam persembunyiannya. Ia terpesona dengan sesosok cantik yang tidak jauh dari tempat persembunyiannya. “Ini yang kucari selama ini,” ujarnya.
Ikan Badut memperhatikan tingkah Kuda Laut yang senyum-senyum sendiri menyembunyikan merah merona pipinya.
“Hai Kuda Laut! Mengapa kamu masih sembunyi di situ?” Ikan Badut memecah lamunan Kuda Laut. Kuda Laut tidak sadar kalau Ikan Budut udah cukup lama berada di sampingnya.
“Ah, mengagetkanku saja,” jawab Kuda Laut gelagapan.
“Kamu jatuh cinta ya dengan temanku yang cantik itu?” tanya Ikan Badut menggoda.
“Ya, aku jatuh cinta. Siapa namanya?” kata Kuda Laut dengan dentuman detak jantung kencang.
“Ia biasa dipanggil Inta. Inta memang gadis kuda laut yang cantik dan manis. Sayang dia masih bersedih.”
“Kenapa dia bisa bersedih?” Kuda Laut memotong ucapan Ikan Badut.
“Inta terdampar di laut kita ini dan kehilangan keluarganya karena laut tempat tinggalnya dulu ada bencana gunung meletus. Laut tempat tinggalnya menjadi panas. Sedihnya, hanya Inta yang selamat dan terdampar di tempat kita ini,” kata Ikan Badut sedih.
Mendengar cerita Ikan Badut, Kuda Laut tertunduk sedih, “Sungguh nasibmu, Inta sama dengan nasibku.”
Dari kejauhan, gadis kuda laut yang bernama Inta sedang asyik bermain dengan ikan-ikan kecil sebagai teman barunya. Inta melupakan sejenak kesedihan atas tragedi yang dialaminya. Inta merasakan menemukan tempat tinggal yang aman dan menyenangkan walaupun harus cepat-cepat sembunyi ketika melihat para ikan pemangsa. Inta merasa para ikan pemangsa tidak menjadi penghalang dirinya untuk tinggal di taman terumbu karang itu. Inta justru merasa di taman terumbu karang itu menjadi tempat persembunyian yang paling aman dari para ikan pemangsa. Di taman terumbu karang, Inta banyak melihat lubang-lubang kecil dan celah-celah kecil yang tidak bisa dijangkau oleh para ikan pemangsa.
Kuda Laut keluar dari celah-celah rumput laut dan mengabaikan candaan Ikan Badut yang semakin cekikikan. “Perlu kupanggil Inta? Berkenalan denganmu,” kata Ikan Badut menggoda.
“Tak perlu. Aku akan pergi sendiri. berkenalan dengan gadis cantikku,” jawab Kuda Laut dengan wajahnya semakin merona merah.
“Sana, lekas pergi! Dekati Inta.”
Kuda Laut mendekati Inta yang sedang bermain di celah-celah batu karang. Dentuman jantungnya semakin kencang, “Aku harus berani mendekatinya.” Sekali lagi, Kuda Laut meyakinkan dirinya bahwa kesempatan ini tidak bisa dilewatkan. Jika kesempatan hari ini dilewatkan, Kuda Laut merasa mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan seperti ini.
“Halo tampan! Kenapa kamu berdiri di situ? Ada yang aneh dengan diriku?” sapa Inta mengagetkan Kuda Laut. Kuda Laut tidak menyangka kalau Inta terlebih dahulu menyapa dirinya.
“Tidak ada yang aneh. Aku cuman ingin….”
“Perkenalkan namaku Inta. Aku baru berada di lingkungan taman terumbu karang ini. Bisa kita berteman? Siapa namamu?” ucap Inta. Kuda Laut gelagapan tidak bisa menyelesaikan ucapannya.
“Ternyata Inta adalah gadis kuda laut yang ramah dan santai,” pikir Kuda Laut.
“Hai, kok masih diam? Siapa namamu?”
“Aku biasa dipanggil Kuda Laut,” jawab Kuda Laut yang mencoba menghilangkan kegugupannya.
“Ya, bukannya kita sama-sama kuda laut? Aku kuda laut yang cantik. Kamu kuda laut yang tampan. Maksudku, namamu siapa?” kata Inta yang masih bingung dengan perkataan Kuda Laut.
Kuda Laut tidak menyangka Inta akan berbicara seperti tidak sedang sedih karena kehilangan semua keluarganya. Inta membuat Kuda Laut tidak lagi merasa gugup. Akan tetapi, Kuda Laut sedikit bingung memulai cerita tentang panggilan Kuda Laut padahal ia seekor kuda laut.
Mengapa ia dipanggil Kuda Laut? Panggilan itu menjadi nama resminya hingga sekarang.
Kuda Laut mulai menceritakan asal-usul panggilannya.
”Dulu, ketika baru menetas dari telur, aku dikelilingi ikan-ikan yang ramah di taman ini. Karena hanya aku satu-satunya yang lahir di taman ini, para ikan memanggilku Kuda Laut. Mereka meneriaku, ’Kuda Laut telah lahir di taman ini’. Mereka menganggapku keluarga di taman ini karena aku tidak memiliki keluarga. Aku pun tidak tahu keluargaku. Merekalah, para ikan di sini yang merawat dan menjagaku hinggga dewasa. Mereka selalu memanggilku Kuda Laut hingga sekarang. Panggilan itu aku kukuhkan sebagai namaku. Diriku kuda laut kujadikan nama Kuda Laut sebagai pelengkap keceriaan di taman ini.”
Inta terdiam sejenak mendengar cerita Kuda Laut yang begitu mengharukan, “Ceritamu hampir sama dengan….”
“Aku juga ikut sedih atas kehilangan anggota keluargamu. Aku dengar tentangmu dari Ikan Badut,” kata Kuda Laut yang ingin Inta tidak bersedih lagi.
“Ya, aku sangat beruntung bertemu Ikan Badut. Berkat dia, aku terselamatkan dan bisa melanjutkan hidupku,” ucap Inta yang mulai bisa mengatasi kesedihannya.
“Betul itu. Apapun kondisi yang dialami, kita tetap harus melanjutkan hidup,” jawab Kuda Laut mempertegas ucapan Inta.
Kuda Laut dan Inta larut dalam obrolan tentang kehidupan yang telah mereka lalui. Kuda Laut tidak lagi canggung. Mereka sudah seperti pasangan yang sudah ditakdirkan berjodoh. Mungkin saja, Kuda Laut dan Inta akan menjadi pasangan sehidup semati. Ikan-ikan yang melihat mereka berdua merasa senang. ”Akhirnya, Kuda Laut menemukan teman yang sama dengan dirinya. Semoga berjodoh dan taman terumbu karang ini ada banyak anak-anak kuda laut diajak bermain.”
“Inta, ayo kita pulang!” ajak Ikan Badut menghentikan obrolan mereka.
Inta menghampiri Ikan Badut. Kuda Laut terlihat kecewa harus berpisah dengan Inta. Kuda Laut tidak ingin jauh-jauh dengan Inta. Melihat raut wajah Kuda Laut yang sedikit kesal, Ikan Badut semakin ingin menggodanya dan segera mengajak Inta pulang.
“Kita ngobrol lagi nanti ya! Aku pulang dulu ya!” kata Inta sebagai salam perpisahan.
“Sampai jumpa lagi, Inta. Nanti aku ajak kamu tempat yang menyenangkan lainnya,” jawab Kuda Laut menyembunyikan kekesalannya kepada Ikan Badut.
Kini, Kuda Laut hanya duduk termenung membayangkan dirinya tertimpa keberuntungan yang tidak akan pernah terlupakan. Ia merasakan kenikmatan waktu berjalan begitu cepat berlalu. “Inta memang ditakdirkan menjadi jodohku. Aku ingin Inta menjadi istriku,” pikir Kuda Laut yang masih duduk termenung.
Kuda Laut berdiri dan mulai mundar-mandir memikirkan cara agar bisa memperistri Inta.
“Apa yang harus kulakukan? Mungkin aku meminta saran dari Ikan Badut,” kata Kuda Laut dalam hatinya.
Hari mulai terlihat gelap, air laut melepas lelah karena seharian menerima cahaya biru membantu awan melukis langit biru. Kuda Laut dalam keceriaan pulang melepas lelah dan ingin ada Inta dalam mimpi tidurnya.
Keesokan harinya, Kuda Laut bersiap menemui Ikan Badut. Ia meyakinkan diri bahwa menemui Ikan Badut adalah awal perjuangannya untuk menikahi Inta.
“Ikan Badut mungkin sudah berada di tempat biasanya ia bermain,” pikir Kuda Laut.
Kuda Laut buru-buru pergi ke taman terumbu karang di tempat biasa mereka kumpul main bersama.
Ikan Badut sudah berada di taman terumbu karang. Ia sedang asyik bermain dengan anemon-anemon yang seperti tumbuhan. Ia menggoyang-goyangkan ekornya bahkan seperti sedang bersembunyi di dalam animon-animon yang seperti tumbubuhan rerumputan.
“Ada apa Kuda Laut? Kamu terlihat gelisah. Cari Inta?” tanya Ikan Badut yang asyik meliuk-liuk diantara animon-animon itu.
“Nggak, aku cari kamu. aku ingin minta saranmu.”
“Saran? Sana minta saran sama Inta! Inta di sana dalam rumput-rumput laut main sama ikan-ikan lainnya,” ucap Ikan Badut sedikit menggodanya.
“Cepat keluar dari animon-animon itu!” pinta Kuda Laut yang tidak berani mendekat ke Ikan Badut.
Kuda Laut tahu bahwa anemon-anemon itu memiliki racun yang membuat ia pinsan bahkan mungkin bisa kehilangan nyawa. Racun animon-anemon itu tidak berpengaruh pada tubuh Ikan Badut. Anemon-anemon itulah yang menjadi tempat perlindungan yang paling aman bagi Ikan Badut dari para ikan pemangsa.
“Baiklah, aku akan keluar dari sini,” jawab Ikan Badut.
Ikan Badut dan Kuda Laut mejauh dari anemon-anemon itu. Mereka mencari tempat yang nyaman di antara terumbu karang.
“Bicara sekarang! Saran apa kamu inginkan?” kata Ikan Badut
“Aku ingin Inta menjadi istriku.”
“Apa? Inta jadi istrimu?” Ikan Badut kaget menyela ucapan Kuda Laut.
“Salah dengan kenginanku?” tanya Kuda Laut bingung.
“Tak salah dengan keinginanmu,” jawab Ikan Badut menyembunyikan kekhawatirannya.
“Sebenarnya ada apa? Sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu dariku,” tanya Kuda Laut semakin bingung dan penasaran dengan ucapan Ikan Badut.
“Nggak, tidak ada apa-apa. Aku bahagia mendengar keinginanmu itu. Aku mendukungmu!” Ikan Badut tidak ingin mematahkan semangat Kuda Laut.
“Besok aku akan menemuinya,” ucap Kuda Laut
“Semoga kamu beruntung,” sahut Ikan Badut menghilang di balik terumbu karang.
Kuda Laut pulang mempersiapkan dirinya dalam kondisi terbaiknya untuk mendapatkan hati Inta.
Keesokan hari, Kuda Laut sudah memakai pakaian terbaiknya. Ia merasa sudah pada kondisi yang paling ganteng dan gagah. Ia bergegas menemui Inta. Dari kejauhan, ia melihat Inta sedang duduk santai di atas kerang besar yang hampir menyundul permukaan air laut. Dengan perasaan cemas dan detak jantung semakin kencang, ia mendekati Inta.
“Pagi, Ta, apa kabarmu?” sapa Kuda Laut menyembunyikan kecemasannya.
“Haaa, kamu buat aku kaget. Aku senang, hari ini cerah, ” kata Inta. “Woww, hari ini kamu wangi dan semakin gagah. Kamu mau ke mana?”
Mendengar sanjungan Inta, Kuda Laut berpikir bahwa ini sudah ada kesempatan yang pas menyampaikan keinginannya. “Aah, aku tidak pergi kemana-mana. Aku aaaku ingin.”
“Ingin apa?”
“Aku ingin melamarmu. Aku ingin menikahimu. Apa kamu mau jadi istriku?” kata Kuda Laut melawan rasa takutnya.
Inta terdiam mendengar perkataan Kuda Laut. Ia masih terkejut dan belum percaya, “Kamu yakin dengan apa yang baru kamu katakan?”
“Aku sangat yakin dengan ucapan dan keinginanku untuk melamarmu,” jawab Kuda Laut penuh percaya diri.
Inta terdiam mendengar jawaban Kuda Laut yang penuh keyakinan dan cinta. Ia memandangi Kuda Laut yang masih menanti jawaban darinya. Ia kemudian mendongak ke atas permuaan air laut yang sedang memantulkan cahaya mentari pagi.
“Baiklah. Aku bersedia menjadi pasanganmu, tetapi kamu harus janji padaku…”
“Aku janji akan memenuhi semua permintaanmu,” jawab Kuda Laut memotong perkataan Inta yang belum menyelesaikan ucapannya.
“Baiklah. Ketika aku sudah memberikan kamu keturunan, aku mengalami perubahan yang tidak bisa kamu terima. Aku mungkin tidak akan mengingat diriku sendiri. Kamu harus terima semua itu. Kamu harus menepati janjimu,” ucap Inta menyembunyikan katakutannya. Inta tidak ingin merusak kebahagiaan Kuda Laut. Ia juga sudah menyadari dirinya bahwa sudah waktunya memiliki keturunan dengan lawan jenisnya.
“Aku janji. Aku mengikuti semua keinginanmu,” jawab Kuda Laut penuh rasa kebahagiaan.
Mereka menikah. Pernikahan mereka dirayakan bersama-sama ikan-ikan yang ada di terumbu karang. Mereka sangat bahagia menyambut pernikahan Kuda Laut dengan Inta. Ikan Badut juga ikut bahagia, tetapi juga sedikit sedih melihat Kuda Laut.
“Andai Kuda Laut tahu kalau kebahagiaannya hari ini tidak akan bertahan lama,” gumam Ikan Badut mengakhiri acara pesta pernikahan mereka.
Sudah beberapa bulan mereka merayakan kebahagiaan bulan madu pernikahannya. Inta sudah mulai mengandung. Kuda Laut penuh kasih sayang menjaga Inta sebagai istri yang ia sayangi. Namun, ia belum menyadari kebahagiaannya akan berahir.
“Ah, Perut mulai sakit. Sepertinya aku akan melahirkan telur-telur ini. Aku akan berubah jati diri,” pikir Inta menahan rasa sakit perutnya.
Inta memanggil-manggil suaminya, ”Ingat tepati janjimu! Setelah ini, apapun keputusanku, kamu harus menerimanya. Ingat, kamu harus menjaga anak-anak kita hingga dewasa.”
Kuda Laut mengiyakan semua permintaan istrinya. Inta melahirkan puluhan telur.
“Cepat masukan telur-telur itu di kantong perutmu. Telur-telur itu tetap hangat dan menetas di kantong perutmu,” perintah Inta.
Kuda Laut yang masih bingung segera memasukkan puluhan telur itu ke kantong perutnya.
“Ternyata di perutku ada kantong seperti kantong penyimpanan. Sejak kapan perutku ada kantong?” gumam Kuda Laut.
“Ini lagi, masukkan ke kantongmu! Ingat janjimu. Aku sudah tidak punya waktu lagi. Tinggal aku sendiri! Aku ingin sendiri dulu,” perintah Inta.
Kuda Laut yang masih bingung hanya menuruti permintaan istrinya. Ia bahagia mempehatikan telur-telur yang berada di kantong perutnya. “Kapan kira-kira telur-telur ini akan menetas? Kita pasti sangat bahagia membesarkan anak-anak ini,” ujarnya.
Kuda Laut ingat dengan istrinya yang masih istirahat. Ia melangkah pelan-pelan ingin melihat istrinya yang dipikir masih tidur, tetapi istri sudah tidak ada di kamarnya. Ia mencari-cari istrinya, tetapi ia juga tidak menemukan istrinya.
“Apakah ini yang maksud istriku? Janji yang harus kuterima apapun yang terjadi,” gumam Kuda Laut sedih.
Kuda Laut ingat dengan perkataan Ikan Badut yang seolah-olah memberi peringatan pada dirinya, “Aku harus bertanya kepada Ikat Badut. Sebenarnya apa yang terjadi pada istriku?”
Kuda pergi mencari Ikan Badut. Ia masih menjaga telur-telurnya di dalam kantong perutnya dengan aman.
“Ada apa kamu, Kuda Laut? Kamu ingin tanya tentang Inta?” tanya Ikan Badut yang tahu kalau Kuda Laut sedih ditinggal oleh Inta.
“Ya, sebenarnya apa yang terjadi dengan istriku? Mengapa tiba-tiba dia menghilang begitu saja?” jawab Kuda Laut segera duduk sedih di atas batu karang.
“Sekarang akan aku jelaskan. Kamu sebagai kuda laut laki-laki memang harus mengalami peristiwa ini.”
“Mengapa begitu?” tanya Kuda Laut memotong penjelasan Ikan Badut.
“Aku tidak tahu. Tapi semenjak dilahirkan sebagai laki-laki, kuda laut memiliki tanggung jawab menjaga telur-telur keturunannya hingga siap menjelajah sendiri. Sedangkan kuda laut yang dilahirkan sebagai perempuan, ia hanya bertanggungjawab hingga telur-telur mereka dilahirkan. Setelah itu, ia akan melupakan dirinya yang bersuami. Ia hanya akan mengingat dirinya perempuan remaja yang siap bertemu pasangan baru. Makanya, kamu harus menerima itu,” terang Ikan Badut.
“Oooh, jadi begitu. Pantas dia meminta saya berjanji. Janji yang dimaksudkannya,” ucap Kuda Laut sedih.
“Kamu dibesarkan sendiri bersama ikan-ikan lainnya di sini. Jadi kamu tidak tahu akan jati dirimu. Kami juga tidak menyangka kamu akan bertemu gadis kuda laut yang cantik” kata Ikan Badut.
“Yaaa, semestinya aku mencari asal-usulku sehingga aku siap menerima semua ini,” kata Kuda Laut.
“Aku juga salah tidak menjelaskan asal-usulmu,” terang Ikan Badut menyesal.
“Sudahlah, semua ini memang harus aku jalani. Hal yang terpenting adalah menjaga telur-telur ini hingga mereka menetas dan siap bertualang di lautan yang luas. Aku harus menepati janjiku. Aku tidak mau mengecewakan istriku tercinta walaupun dia tidak bisa mengingatku kembali,” ucap Kuda Laut yang sudah menerima keadaan dirinya.
Kuda Laut pulang dengan keteguhan hati menjaga telur-telur yang berada di kantong perutnya. Ia kini menjalani kehidupan sehari-harinya menyambut telur-telurnya menetas. Ketika anak-anak beranjak dewasa, Kuda Laut akan bercerita tentang tanggung jawab sebagai anak laki-laki ataupun anak perempuan. Kelak ketika mereka sudah dewasa, mereka sudah siap menghadapi kehidupannya. [T]