30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Historical 65 City Tour”: Sisi Kelam Gemerlap Pariwisata Bali

ChusmerubyChusmeru
December 8, 2024
inEsai
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

Chusmeru

JIKA ada yang beranggapan bahwa Bali memiliki pantai yang indah, sawah yang asri, dan budaya yang lestari; tentu tidak keliru. Namun anggapan itu belum seutuhnya lengkap. Bali juga memiliki sejarah yang tak kalah seru untuk dipahami wisatawan.

Di balik gemerlap pariwisata Bali, ada sisi kelam sejarah masa lalu yang memilukan. Pariwisata Bali terbangun atas sejarah masa lalu di awal tahun 1900 hingga tahun 1965. Banyak kisah heroik masyarakat Bali, namun ada pula tragedi kemanusiaan yang tidak terlupakan hingga kini.

Tahun 1965 – 1966 terjadi pembantaian massal terhadap orang-orang yang dituding sebagai komunis dan Soekarnois. Tanpa proses pengadilan, sekitar 80 ribu orang Bali harus kehilangan nyawa oleh kekejaman rezim Orde Baru. Jumlah tersebut sepadan dengan 5% penduduk Bali saat itu, dan merupakan jumlah terbanyak dibanding daerah lain di Indonesia.

Menyikapi tragedi 1965, dua bersaudara Agung Alit dan Degung Santikrama mendirikan Taman Baca Kesiman (TBK) dan Taman 65 di Jalan WR Supratman, Kesiman, Denpasar Timur, tempat tinggal mereka. Taman yang mereka dirikan sebagai upaya melawan lupa atas peristiwa pembantaian massal di Bali pada tahun 1965.

Bukan tanpa alasan mereka mendirikan TBK dan Taman 65 itu. Ayah mereka, I Gusti Made Raka yang berprofesi sebagai seorang guru, dan lima anggota keluarga lainnya tewas dalam pembantaian tahun 1965 – 1966. Tanpa proses pengadilan dan tanpa tahu apa kesalahan mereka, ayah dan keluarga mereka dibunuh secara sadis.

Tidak hanya TBK dan Taman 65, Agung Alit juga memprakarsai Historical 65 City Tour, sebuah program wisata dalam kota untuk menapaki jejak kelam Bali di masa lalu. Wisatawan yang kebanyakan bule diajak untuk melihat Bali bukan hanya dari sisi gemerlap pariwisatanya saja.

Apa yang digagas Agung Alit sesungguhnya mirip dengan dark tourism atau wisata kegelapan. Banyak negara yang mengembangkan dark tourism ini untuk mengenang suatu tragedi. Kekuatan wisata sejarah dan wisata kegelapan terletak pada narasi yang menjelaskan secara detail sejarah setiap tokoh, tempat, dan peristiwa.

Ide Awal Coba-Coba

Historical 65 City Tour tidak dirancang secara serius. Komunitas 65 dan Agung Alit awalnya menggagas Alternative City Tour pada tahun 2018. Agung Alit sekadar mencoba saja ide program tour itu. Ternyata gagasan tersebut direspons secara positif oleh wisatawan asing. Sebagian besar peserta tour ini adalah mahasiswa dan teman-teman bule Agung Alit yang mengetahui tentang peristiwa tahun 1965.

Kepada penulis, Agung Alit menjelaskan Historical 65 City Tour ini mencoba untuk menyajikan info yang balance tentang Bali, tidak hanya romantic side-nya saja, namun juga sadistic side- nya. Menurut Agung Alit, tour ini spiritnya total pembelajaran sejarah untuk tidak dilupakan dan demi keadilan dan kebenaran sejarah, bahwa pariwisata Bali juga dibangun di atas tetesan darah korban genosida.

Perjalanan pariwisata Bali yang gemerlap kini, tidak lahir begitu saja. Perjalanan industri pariwisata Bali berangkat dari massacre-mass grave menuju mass tourism dan akhirnya menciptakan mass problem, begitu Agung Alit menggambarkan.

Rute Tour

Perjalanan Historical 65 City Tour hanya memakan waktu sehari. Berwisata keliling kota diawali dari Taman Baca Kesiman (TBK), memberi penjelasan kepada peserta tentang masa lalu Bali yang ditampar kolonialisme dan imperialisme Belanda yang menyusup lewat pantai Sanur dengan kapal Sri Komala tahun 1904, selajutnya memicu Perang Puputan Badung pada tahun 1906.

Perjalanan dilanjutkan menuju monumen Bajra Sandhi yang terletak di kawasan Renon, Denpasar. Monumen yang dibangun tahun 1987 itu berbentuk seperti Bajra atau Genta, yang digunakan oleh para pendeta Hindu dalam ritual keagamaan. Dibangun untuk mengabadikan perjuangan rakyat Bali melawan penjajahan.

Setelah itu wisatawan diajak menuju bekas penjara Pekambingan yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1916. Lokasi bekas penjara itu kini menjadi pusat perbelanjaan modern di Jalan Diponegoro, Denpasar. Alih fungsi bekas penjara menjadi pusat perbelanjaan itu menurut Agung Alit semacam perilaku pelenyapan memori sejarah oleh ketidakpedulian akan memori masa lalu.

Dari bekas penjara Pekambingan wisatawan diajak menuju kota tua Denpasar untuk merasakan sentuhan Jalan Gadjah Mada, yang pernah dilewati Charlie Chaplin dan Rabindranath Tagore, serta menikmati keriuhan pasar Kumbasari yang dulu dikenal dengan nama Peken Payuk.

 Kemudian wisatawan menuju alun-alun Puputan Badung yang dipercaya sebagai  tempat leluhur orang-orang di Denpasar, laki-laki dan perempuan yang marah mengusung keris, dan melempari wajah kolonialis Belanda dengan uang logam pada 1906. Setelah itu singgah sejenak melihat keunikan pasar burung, menyaksikan burung dan aneka unggas dikerangkeng seperti layaknya tahanan politik 65 yang dikerangkeng tanpa proses pengadilan.

Perjalanan menelusuri sejarah kelam Bali belum berakhir. Wisatawan diajak melacak perjalanan sejarah bengis Orde Baru (Orba) melakukan pembantaian orang-orang yang dituding komunis dan Soekarnois. Mereka diparadekan dari alun-alun menuju Jalan Patimura-Kesiman dan menuju ladang pembantaian massal di kuburan desa adat Tembau, Denpasar.

Historical 65 City Tour  berakhir di Taman 65. Acara diisi dengan minum kopi sore dan nonton film pendek karya anak-anak komunitas Taman 65, dan diisi dengan sedikit questions and answer atau tanya jawab untuk pembelajaran sejarah yang adil dan benar kepada peserta tour, sembari melawan lupa.

Donasi

Agung Alit dan komunitas 65 tentu tidak hendak larut dalam hingar-bingar gemerlap pariwisata Bali. Historical 65 City Tour tidak bermaksud hanyut dalam turisfikasi sejarah. Apalagi sisi kelam tragedi 65 tidak dapat ditakar dengan besaran materi apa pun. Maka, wisata sejarah ini tidak dipromosikan secara masif seperti layaknya objek dan daya tarik wisata lain di Bali yang kapitalistik.

Wisata sejarah 65 dalam kota Denpasar itu semata bertujuan untuk menyajikan informasi yang berimbang tentang Bali yang sudah mendunia. Bali tidak cukup hanya dilihat dari sisi romantisnya saja, namun juga sisi sadisnya. Keindahan pariwisata Bali juga diwarnai oleh kelamnya tragedi 1965.

Untuk itulah, Historical 65 City Tour tidak menetapkan tarif bagi wisatawan. Apalagi mereka yang tertarik dalam program wisata ini adalah wisatawan yang memang sudah memiliki preferensi tentang sejarah.

Wisatawan yang mengikuti tour selama ini berasal dari berbagai negara. Mereka hanya memberikan donasi secara sukarela. Besarnya donasi berkisar 30 dollar AS per orang, dengan peserta sekitar 5-8 orang. Hampir semua wisatawan yang menikmati tour ini merasa terkesan, karena Bali yang selama ini menjadi destinasi wisata populer di dunia juga menyimpan sejarah menyedihkan.

Historical 65 City Tour hendak mengabarkan kepada dunia, bahwa di balik gemerlap pariwisata Bali ada kisah kelam yang mungkin dimaafkan, tetapi tidak pernah dilupakan. Sebagaimana semboyan Taman 65: Forgive But Never Forget. [T]

BACA artikel lain dari penulis CHUSMERU

Meraba Kecenderungan Pilihan Destinasi Wisata
Wisata Ziarah Berharap Berkah
Manajemen Penanganan Bencana dalam Pariwisata
Badan Intelijen Keuangan: Urgensi dan Tantangan Komunikasi
Menguak Janji Prabowo jadikan Bali sebagai “The New Hong Kong”
Wisata Halal, untuk Siapa?
Harapan Pariwisata Indonesia di Tangan Prabowo-Gibran
Tags: city tourdenpasarHistorical 65 City TourPariwisatapariwisata bali
Previous Post

Giri Prasta, Kambing, dan PR Bupati Badung Selanjutnya

Next Post

Ini tentang Bandara Bali Utara: Bukan Debat Politisi atau Akademisi, Jangan Baper!

Chusmeru

Chusmeru

Purnatugas dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP, Anggota Formatur Pendirian Program Studi Pariwisata, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Penulis bidang komunikasi dan pariwisata. Sejak kecil menyukai hal-hal yang berbau mistis.

Next Post
Ini tentang Bandara Bali Utara: Bukan Debat Politisi atau Akademisi, Jangan Baper!

Ini tentang Bandara Bali Utara: Bukan Debat Politisi atau Akademisi, Jangan Baper!

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co