18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Merandai Cakrawala Sinema: Membangun Karakter Generasi Milenial hingga Alpha

Petrus Imam Prawoto JatibyPetrus Imam Prawoto Jati
November 19, 2024
inEsai
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

Petrus Imam Prawoto Jati

TAHUN 2024 FFI atau Festival Film Indonesia kembali digelar. Dengan tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia”, Festival Film Indonesia (FFI) 2024 dimulai dari tanggal 22 April 2024  dan berakhir dengan malam Anugerah FFI tanggal 20 November 2024. Festival Film Indonesia (FFI) adalah ajang penghargaan yang memiliki peran penting dalam memperkuat industri perfilman tanah air.

Tidak hanya sebagai sarana untuk mengapresiasi karya sinematik terbaik, FFI juga berfungsi sebagai wadah untuk menampilkan keberagaman tema, cerita, dan teknik perfilman yang mencerminkan kekayaan sosial, budaya, serta sejarah Indonesia. Melalui berbagai jenis penghargaan yang diberikan, FFI mendorong para sineas Indonesia untuk terus berkarya dan menciptakan film yang berkualitas.

Tidak hanya itu, lebih jauh lagi, festival ini tentu dapat menjadi medium yang strategis untuk turut serta ambil bagian membangun karakter generasi muda, mengingat film memiliki kekuatan besar dalam membentuk cara pandang dan sikap seseorang terhadap realitas sosial.

Dalam konteks ini, teori resepsi dari Hans Robert Jauss (1977), memberikan perspektif yang relevan, dimana penonton dipandang tidak hanya sebagai penerima pesan pasif, tetapi juga aktif dalam menafsirkan makna dari sebuah karya. Film-film yang diputar dalam FFI yang sering kali mengangkat isu-isu sosial dan budaya Indonesia, memberikan ruang bagi penonton terutama generasi muda, untuk merefleksikan realitas kehidupan mereka.

Hal ini sejalan dengan pandangan Stuart Hall tentang representasi, yang menekankan bahwa media, termasuk film, tidak hanya menggambarkan dunia, tetapi juga membentuk cara kita melihat dan memahami dunia tersebut. FFI, dengan ragam film yang diperlombakan, tentu saja dapat berfungsi sebagai sarana menyemarakkan pembelajaran sosial yang dapat mempengaruhi cara generasi muda dalam memahami nilai-nilai, norma, dan identitas mereka sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Dengan demikian, FFI tidak hanya berperan sebagai festival, tetapi juga turut berperan sebagai katalisator pembentukan karakter para penontonnya, terutama generasi muda Indonesia,  melalui kekuatan seni film.

Film Sebagai Penghubung Nilai dan Moralitas Antar Generasi

Berbicara tentang generasi muda, generasi milenial, Gen Z, dan Gen Alpha kita terbiasa mendengar adanya cap negatif seperti “mager,” “terlalu tergantung pada digital,” “kurang mandiri,” hingga “apatis.” Seolah-olah saja generasi ini adalah simbol dekadensi moral, jauh dari nilai tanggung jawab dan pribadi tangguh, yang diklaim dimiliki oleh generasi sebelumnya. Namun, apakah stigma ini sepenuhnya adil? Atau, mungkin saja sebenarnya generasi ini hanyalah hasil dari perubahan kemajuan teknologi, pergeseran nilai-nilai sosial, serta perkembangan globalisasi yang begitu cepat, yang menciptakan tantangan baru yang tak pernah dihadapi dan juga dipahami generasi sebelumnya.

Di tengah dunia yang semakin cepat dalam arus informasi dan teknologi, penulis yakin adalah tidak mudah, bagi generasi apapun itu, untuk bisa menyeimbangkan kebutuhan moral dengan tuntutan realitas digital saat ini. Bisa saja label ini muncul dari fakta, atau memang sekadar hasil dari ketidakpahaman generasi sebelumnya. Kenyataannya, perbedaan perspektif lintas generasi sering menciptakan konflik nilai. Labelisasi ini bisa jadi lebih mencerminkan ketidakmampuan generasi sebelumnya untuk memahami realitas baru yang dihadapi dan disodorkan oleh generasi saat ini.

Di tengah dunia yang penuh distraksi digital, generasi ini sebenarnya sangat membutuhkan refleksi moral yang mendalam. Mereka tumbuh di era yang menawarkan akses informasi tanpa batas, namun sekaligus membanjiri mereka dengan krisis eksistensial, mulai dari perubahan norma hingga masalah identitas. Hal inilah yang membuat film sangat relevan sebagai suatu cermin moral, atau dalam bahasa Jawa sebagai Kaca Benggala, karena generasi ini dalam kondisi darurat memerlukan alat untuk merefleksikan nilai-nilai mereka di tengah dunia yang terus berubah.

Film adalah media yang memiliki kekuatan untuk menjembatani nilai-nilai klasik dengan konteks modern. Misalnya, film superhero dengan tema tanggung jawab dan pengorbanan atau film animasi yang mengajarkan keberanian dan kolaborasi. Dengan begitu, nilai-nilai moral tidak terasa usang atau klise bagi generasi muda karena terbungkus dalam cerita yang relevan dan mudah diterima. Sebenarnya dengan masih diterimanya film-film semacam ini maka hal itu memperlihatkan bahwa generasi sekarang masih mampu memaknai nilai tanggung jawab, hanya saja dengan cara yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Film sebagai Sarana Edukasi

Seperti yang dikatakan oleh Denis McQuail (2020), film sebagai media massa tentu bukan sekadar hiburan. Dia mengatakan bahwa media seperti film membantu dalam proses sosialisasi dengan menyebarkan norma dan nilai-nilai budaya, yang sekaligus mendorong adanya perubahan sosial.

Roger Ebert, kritikus film terkemuka pada masanya (1942-2013), menggambarkan film sebagai suatu mesin empati. Bagi Ebert, film adalah alat yang mampu menjembatani emosi antar individu, menyentuh sisi-sisi terdalam manusia yang terkadang sulit diekspresikan. Di Indonesia, sineas lama Indonesia nan kesohor, Usmar Ismail (1921-1971) sebagai Bapak Perfilman Indonesia, bahkan melihat film sebagai media untuk menggambarkan karakter bangsa dan membentuk identitas moral yang kuat.

Sementara itu, pemikir seperti Sigmund Freud (1856-1939) yang seorang ahli psikologi, mengaitkan film dengan refleksi dari konflik bawah sadar manusia, menjadikannya medium yang ampuh untuk memperkuat empati dan kesadaran diri. Di sisi lain, pemikir-pemikir dari Frankfurt School, seperti Max Horkheimer dan Theodor Adorno pada masa 1930-an, justru melihat film sebagai sarana untuk mengkritik status quo, membuka ruang bagi penonton untuk mempertanyakan nilai-nilai masyarakat. Mereka menegaskan bahwa film bisa menjadi alat perlawanan yang kuat terhadap penindasan budaya, yang secara kritis mendorong generasi muda untuk menyelami makna dan mempertanyakan norma yang ada.

Mengasah Empati dan Kesadaran Sosial melalui Cerita Film

Menilik para pemikir tersebut, tentu dapat dipahami posisi strategis film dalam perkembangan sosial masyarakat khususnya generasi muda. Film dapat menjadi alat untuk menumbuhkan empati dan kesadaran sosial. Kita ambil contoh misalnya ”Imperfect”(2019),  film ini mengangkat isu body shaming dan tekanan sosial terhadap penampilan.

 Sedangkan “Perempuan Tanah Jahanam” (2019) mengangkat isu tentang ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, dan perjuangan perempuan dalam menghadapi sistem yang menindas melalui berbagai genre film, generasi milenial hingga Alpha bisa diajak untuk memahami kompleksitas sosial melalui cerita film yang menantang mereka untuk bisa berpikir kritis, sekaligus menanamkan kesadaran kepada mereka untuk mau terkoneksi dan terlibat dalam isu-isu kemanusiaan.

Film kerap menggambarkan karakter yang berhadapan dengan dilema moral atau krisis identitas, yang sangat relevan bagi generasi masa kini. Sebut saja “Ngeri-Ngeri Sedap” (2022) yang membawa pesan sosial yang kuat mengenai nilai kebersamaan dalam keluarga dan pentingnya empati terhadap pandangan hidup orang lain, khususnya di tengah perbedaan budaya dan generasi.

Film yang kritis seperti “Penyalin Cahaya” (2021) menantang penonton untuk berpikir ulang tentang realitas, etika, dan pengaruh teknologi. Karya-karya ini memperlihatkan bahwa film bisa merangsang pikiran kritis, mendorong generasi muda untuk mempertanyakan dan memahami dunia yang semakin, kompleks serta memberikan ruang bagi mereka untuk mengembangkan pemahaman diri yang lebih dalam.

Film sebagai Katalis Perubahan Moral dan Mental

Generasi milenial, Gen Z, dan Gen Alpha adalah generasi yang kita yakini mampu untuk tumbuh hebat dengan panduan moral yang baik, dan tentu saja musti didukung dengan bantuan media yang tepat dan salah satunya adalah film. Dengan film sebagai sarana edukasi moral, mereka dapat berkembang menjadi individu yang bijaksana, reflektif, dan kritis dalam menghadapi tantangan zaman.

 Film-film dengan tema refleksi moral dan mental harus menjadi bagian dari konsumsi budaya generasi ini. Dengan mendorong generasi muda untuk memilih film yang mendukung pengembangan diri, masyarakat dapat membantu mereka membentuk perspektif yang lebih matang, kritis, dan peduli terhadap dunia di sekitar mereka.

Sangat penting bagi generasi ini untuk menyaring tontonan yang mereka pilih. Salah satunya dengan menghindari film yang mengandung nilai negatif dan memilih tontonan yang dapat memperkaya perspektif mereka untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan berwawasan luas. Film sebagai media refleksi dan edukasi, jika dipilih dengan bijak, bisa menjadi penuntun dalam membentuk nilai-nilai positif yang lebih kuat. Jaya selalu perfilman Indonesia! [T]

BACA artikel lain dari penulis PETRUS IMAM PRAWOTO JATI

Tambal Sulam Ekranisasi Teks Lama ke Film
Haru Menguar dengan Tetes atau Tanpa Tetes Air Mata : Dari Pemutaran Film Eksil di UWRF 2024
Festival Film Sinema Akhir Tahun #9: Diikuti 300 Film, 21 Lolos Kurasi, 1 Karya Film dari Bali
Suitcase (2023) dan Suku Kurdi yang Masih Terdiskriminasi
Tertawa Bersama Phone Call Man Woman
Europe by Bidon (2022): Nasib Baik Tak Ada yang Tahu
Utopia di Padang Beton dalam Fantasy Is a Concrete Jungle
In the Shadow of the Cypress (2023) dan Post-Traumatic Stress Disorder
Black Rain in My Eyes (2023): “Kebohongan” Seorang Penyair kepada Putrinya yang Buta
Tags: festival filmFestival Film IndonesiaFFIfilmFilm Indonesia
Previous Post

Lewat Lorong Karang Menjelajah Keindahan Tersembunyi Pantai Suluban di Bali

Next Post

Bubuh Nyawan Dadong Rinten dari Blahkiuh, Bubur Bali dengan Cita Rasa Autentik

Petrus Imam Prawoto Jati

Petrus Imam Prawoto Jati

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah

Next Post
Bubuh Nyawan Dadong Rinten dari Blahkiuh, Bubur Bali dengan Cita Rasa Autentik

Bubuh Nyawan Dadong Rinten dari Blahkiuh, Bubur Bali dengan Cita Rasa Autentik

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

by Hartanto
May 18, 2025
0
Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

SELAMA ini, kita mengenal Pablo Picasso sebagai pelukis dan pematung. Sepertinya, tidak banyak yang tahu kalau dia juga menulis puisi....

Read more

“Study Tour”, Bukan Remah-Remah dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 18, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KONTROVERSI seputar pelarangan study tour sempat ramai menjadi perbincangan. Beberapa pemerintah daerah dan sekolah melarang siswa, mulai dari TK hingga...

Read more

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co