31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Cintaku dan Cinta Kawanku | Cerpen Kadek Susila Priangga

I Kadek Susila PrianggabyI Kadek Susila Priangga
October 13, 2024
inCerpen
Cintaku dan Cinta Kawanku | Cerpen Kadek Susila Priangga

Ilustrasi tatkala.co

TIBA-TIBA aku bertemu kawan lama. Ya, kawan lama.  Karena memang sudah lama sekali kami tidak berjumpa.

Kita berbincang cukup panjang. Sampai akhirnya aku bisa menarik benang merah dan menimpulkan kenapa dia bisa datang jauh-jauh dari rumahnya ke kota ini. Ya, dengan analisis ala detektif partikelir, aku bisa tahu dia ke sini karena cinta.

Jauh ia menyeberangi laut untuk cinta. Aku anggap dia, selain tampan, juga berani. Setelah kupancing-pancing, dia akhirnya bercerita penuh rasa bahagia dan kata berbunga-bunga tentang cintanya itu.

Ah, aku merasa kembali ke masa muda. Perjalanan cinta dulu yang begitu luar biasa, berbagai rasa dan sempat terlupakan, kini muncul kembali. Merasakan gejolak setiap saat, ketika cinta dan cinta memenuhi detik demi detik setiap hari.

Tapi ini bukan tentang cerita cintaku, ini tentang kawanku.

Dia bercerita tanpa henti, berawal dari sosial media, hingga saat ini dia sampai di kota ini. Wajahnya berbunga, pipinya memerah sambil sesekali menutup wajahnya menceritakan semua tentang pasangannya. Aku yakin, tak ada yang bisa mengubah rasa bahagianya hari ini. Aku nikmati itu, aku menanggapi dengan penuh bangga, melihat kebahagiannya, sambil sesekali aku memberikan kata-kata semangat dan berusaha menambah rasa bahagianya.

Hingga hari mulai gelap, dan aku baru ingat, aku harus beli buah untuk bekal anakku besok ke sekolah dan lauk untuk makan siang. Dan aku baru tersadar, aku tidak membawa HP. Aku meletakkan HP itu di meja dekat TV. Wah, tampaknya aku akan kena marah anak dan istri ini.

Kami akhirnya memutuskan untuk menyudahi perbincangan hari ini, karena dia juga mengatakan akan kembali ke hotel tempatnya menginap. Dia menyimpan nomor WA-ku, untuk tetap saling berkabar dan mungkin mengobrol panjang lagi, entah dengan kisah apa nantinya.

Di perjalanan, aku masih senyum-senyum, membayangkan kebahagiaannya yang menular ke diriku. Ya, hari ini aku tertular rasa bahagia, bukan hanya bahagia melihat kawan bahagia, tapi rasa bahagia yang dulu, kini kurasakan kembali, nyata sekali kurasakan.

Sampai di rumah, marahnya istri, pertanyaan anak, tak kuhiraukan, perisai bahagiaku tak tertembus oleh serangan bertubi semacam itu.

Hingga aku mulai mengenang kembali kisah-kisah dulu. Beberapa foto, benda mulai kulihat, tentu yang ada kaitannya dengan sebuah kisah cinta dulu. Media sosial mulai kugunakan, mencari beberapa akun yang dulu sering berinteraksi denganku.

Wah, aku ke masa itu lagi, walau memang aku sudah berkeluarga, dan sebagian besar kisah mantanku dulu juga sudah memiliki kehidupan keluarga masing-masing. Ini berlangsung berhari-hari, terus dan terus mengisi hariku, saat bekerja, saat bersantai bahkan saat di kamar mandi.

Aku lakukan ini, bukan untuk mengulang masa-masa indah itu. Bukan. Aku hanya mengenang, ya hanya mengenang. Kini aku sudah punya istri idaman, dan telah memberiku seorang anak yang berwajah tampan, mirip denganku.

Aku sudah bahagia, dengan kehidupan hari ini. Tapi, kalau ini istriku tahu, mungkin akan ada peperangan dalam rumah tanggaku, ya aku yakin itu. Istriku paling tanggap kalau itu masalah-masalah tentang mantan. Akan ada banyak serangan pertanyaan yang mengarah kepadaku, serangan yang menukik dan membuat lidahku kaku untuk menjawab, dan kalian mungkin tahu endingnya, ya pulang ke rumah orang tuanya sementara waktu, walau aku sudah merengek meminta maaf.

Bicara kisah dengan istriku dulu, bagiku ini yang terbaik. Kisah cinta yang mengalahkan segalanya. Bukan karena berakhir di jenjang pernikaha maka kemudian aku memaksakan untuk mengatakan bahwa kisah cinta dengan istriku ini yang terbaik. Bukan. Karena memang kisah ini sesuai dengan harapanku dulu tentang ekspektasi sebuah kisah percintaan.

Ya, sebelum aku mengenal cinta, aku memiliki sebuah ekspektasi terhadap pasanganku kelak. Dan itu semua ada pada istriku ini, hingga akhirnya aku memilihnya untuk menjadi pendamping hidup, dan berharap bisa seumur hidup. Itu membuat kisah cintaku dengan istriku ini yang terbaik dari kisah-kisah yang lain.

Ya, mantanku lumayan banyak, bukan karena aku tampan. Seorang wanita yang cantik pernah mengatakan bahwa aku punya karisma, dan karisma itulah yang membuat aku menjadi lelaki yang menarik.

Setelah aku merasa, kalau mengenang masa lalu akan membuat rumah tanggaku berantakan, aku mulai menyudahinya. Aku tidak mau kehilangan wanita yang memenuhi ekspektasiku untuk menjadi pendamping, yang cukup sulit kudapatkan ini.

Beberapa minggu berlalu, sambil tetap berkomunikasi lewat WA dengan kawan lamaku itu, aku diajak untuk bertemu kembali. Wah, aku kaget, dia masih di kota ini, aku kira sudah kembali ke kotanya di luar pulau. Hebat anak ini, perjuangan cintanya sangat besar, pikirku.

Aku mengiyakan ajakan itu, aku ijin ke istri untuk bertemu kawan, dan mungkin akan lama. Syukurnya, aku dapat ijin.

Aku datang ke tempat yang telah disepakati, di sana sudah ada dia dengan sebotol minuman beralkohol di atas meja.

Aku kaget, ada apa ini, kok tumben dia minum minuman keras. Aku tahu, dia orang yang tak pernah mau mencicipi minuman semacam ini. Beda denganku, yang cukup suka mabuk-mabukan dari dulu. Banyak pertanyaan muncul di benakku, aku merasa dia ada masalah. Karena sebagian besar orang yang sakit hati, alkohol menjadi alat pelampiasan, itu yang sering aku temui. Jangan-jangan, ah, aku tak mau banyak menduga.

Aku mulai mendekati meja dan duduk di depannya, sambil menegur seperti biasa, berusaha menyembunyikan pikiranku yang sudah dapat dipastikan, dan aku tahu, dia sedang tidak baik-baik saja.

Sapaanku dijawab dengan lesu olehnya, hanya hela napas yang terdengar. Aku mulai memesan minuman dingin, sambil memikirkan, bagaimana memulai pembicaraan ini.

Es datang, dan aku meminumnya, sambil aku menyodorkan gelas yang satu lagi untuknya.

“Ini minum esnya dulu, dan bicaralah, aku akan mendengarnya!” Aku mencoba membuka pembicaraan.

Dia meminum es yang aku berikan, dan terlihat air matanya menetes di meja.

Aku tertegun, dan merasa ini masalah yang rumit.

“Kenapa? Kenapa denganmu, kenapa kau menangis?” tanyaku.

“Bantu tuangkan minuman ini di gelas, aku ingin mencobanya!” katanya memohon kepadaku.

“Oke, oke. Tapi nanti kau harus cerita, aku tak biasa minum dengan situasi sunyi seperti ini,” jawabku sebagai syarat.

Dia hanya mengangguk kecil.

Aku mulai menuangkan minuman itu, tak lupa kutuangkan sedikit ke tanah, seperti yang biasa kulakukan. Kita mulai meminum minuman itu bergiliran, hingga gelas ke tiga, suasana masih sama dan aku tidak suka.

“Kapan kau mau mulai bercerita, aku tak suka suasana minum seperti ini. Aku pulang saja, aku minum di rumah saja, ada istri yang bisa aku ajak untuk menemaniku minum sambil bercanda!” ucapku dengan nada agak keras, sambil beranjak berdiri dari tempat dudukku.

“Aku putus dengannya!”

Kalimat itu keluar dari mulutnya, dan aku sudah tahu itu, ya aku tahu dari awal melihat di atas meja ada sebotol minuman keras.

“Iya, aku sudah menduga, terus kenapa? Ceritakan, mungkin aku bisa bantu,” jawabku sambil kembali duduk.

“Dia bilang, aku bukan tipe-nya, setelah hampir sebulan aku di sini, tiap hari aku menemuinya, mengantar bahkan membantu pekerjaannya. Tadi dia bilang ingin putus, dengan alasan aku bukan tipe-nya!” ucapnya sambil tetap tertunduk memandangi pinggiran meja di depannya.

“Oke, aku paham. Jangan terlalu dipikirkan, kita minum dulu,” jawabku sambil memikirkan solusi untuknya.

Aku menuangkan minuman lagi, kuteguk dan kutuangkan juga untuknya.

“Ini untukmu, minumlah. Lupakan sejenak tentang dia, besok kau pasti akan menemukan wanita yang kau inginkan!” Aku mulai berusaha menjadi bijak.

“Aku sulit menemukan wanita yang bisa menerimaku, kau kan tahu. Belakangan ini aku merasa bahagia sekali, tak pernah aku merasa sebahagia ini, tapi ternyata tak bisa berlangsung lama. Kau gampang bilang besok cari lagi, aku berbeda denganmu yang dengan mudah mencari yang baru,” lanjutnya dengan penuh kesedihan.

Ya, aku memang tak pernah sampai sesedih ini berpisah dengan pacar, karena aku yakin nanti pasti dapat penggantinya. Dan dia tahu itu. Ah, apa yang harus kukatakan lagi. Dia salah mencari teman untuk bercerita, aku tak punya pengalaman sepahit itu, bagaimana aku harus membangkitkan keterpurukannya ini.

“Sudahlah, nanti aku kenalkan dengan seorang wanita, mungkin bisa kau dekati, siapa tahu dia jodohmu, yok angkat gelasmu, aku tak bisa terlalu malam, anak istriku menunggu,” ucapku lagi, karena aku gak suka minum yang santai dan lama angkat gelas. Prinsipku, minum untuk mabuk, bukan penghilang dahaga saja.

Dia meneguk minuman namun dia memuntahkannya lagi. Wah, mabuk ni anak, pikirku.

“Mabuk kau ya, sudahlah, balik saja ke hotelmu, tidur dan lupakan masalahmu, minuman ini aku bawa pulang saja,” ucapku kesal, karena aku harus menyudahi minum malam ini tanpa mabuk di sini.

“Iya, aku pulang!”

Ia pergi sambil bangun sempoyongan dan berjalan ke hotel di sebelah warung tempat kami minum.

Aku mulai menutup botol, membayar es yang tadi kupesan dan pulang menaiki motor jadul kesayanganku.

Di perjalanan, aku terus berpikir tentang bahagia dan sakit yang ditimbulkan oleh cinta. Dia merasa bahagia karena cinta, namun terpuruk dan sakit juga karena cinta. Terus kupikirkan, kurang lebih sama saat aku membayangkan bahagia kumengenang masa lalu beberapa hari yang lalu. Saat bekerja, saat makan, sampai di kamar mandi, terus terpikirkan.

Akhirnya aku menemukan sebuah jawaban, saat aku melihat sebuah tulisan di sosial media Facebook, isinya begini “Daun begitu mencintai angin, namun angin menggugurkannya dengan tiupannya”.

Namun aku sedikit mengerutkan dahi membaca ini, kenapa angin yang disalahkan? Bukannya ada faktor lain juga yang paling berperan dalam gugurnya daun? Aku mencoba memahami lebih dalam lagi. Kalau dipahami lebih dalam lagi, bukan angin yang menggugurkan daun itu, namun musim yang paling berpengaruh. Ya, musim gugur. Ketika musim gugur, tanpa adanya angin pun, daun akan gugur begitu juga sebaliknya. Ketika musim gugur belum tiba, angin kencang pun belum tentu akan menggugurkan daun.

Aku membandingkannya dengan kejadian yang menimpa kawanku. Dia menemukan kebahagiaan dari orang yang dia cintai, namun dia juga merasakan sakit dari seseorang yang dia cintai.

Namun bukan cinta yang membuat kita bahagia dan sakit, tapi ego, ekspektasi dan harapan yang berlebihanlah yang membuatnya. Ketika ekspektasi seakan sudah terpenuhi, maka bahagialah yang kita rasakan, begitu juga sebaliknya, ketika ekspektasi yang kita miliki tak sesuai terhadap pasangan kita, maka sakit hati yang kita rasakan.

Tapi, kenapa tetap saja cinta yang disalahkan? Mungkin kumpulan dari ekspektasi itulah yang dinamakan cinta. Ah, aku belum sepenuhnya memahami semua itu. Mungkin kalau dia tidak terlalu berharap atau berekspektasi lebih terhadap pasangannya, dia tidak akan sesakit ini. Tapi mungkin juga dia tidak akan sebahagia dulu ketika sedang jatuh cinta. Ya, aku mulai meyakini, kalau harapan itu yang kita kenal dengan cinta.

Dua hari ini aku menemukan sebuah arti dari kata cinta. Aku mencoba menghubunginya dan mengatakan penemuanku ini. Namun ternyata dia sudah kembali ke kotanya, dia berharap bisa menemukan wanita yang mau menerimanya di kotanya saja. Dan mengucapkan terimakasih kepadaku atas nasehatku kemarin.

Wah, alkohol ternyata bisa sesakti itu ya, bisa menyembuhkan sakitnya dengan cepat, pantas banyak orang sakit hati memilih alkohol sebagai obatnya, pikirku keheranan.

Akhirnya aku simpan pemahaman yang aku temukan itu untuk diriku sendiri. Dan menyadarkanku, kalau wanita-wanita yang dulu pernah aku pacari, standar ekspektasinya masih rendah, sehingga ketika ditinggal tidak mengakibatkan sakit yang terlalu besar. Mungkin akan berbeda dengan istriku saat ini, aku menikahinya karena aku berharap besar dan harapan itu terpenuhi olehnya, ketika dia meninggalkanku dulu, aku mungkin akan memerlukan alkohol sebagai pelampiasan karena sakit yang aku alami.

Ketika aku sadar akan hal itu, aku mendekati istriku dan memeluknya dengan erat, mencium keningnya dan mengatakan, “Aku mencintaimu sayang!” [T]

BACAcerpen laindi tatkala.co

Untuk Mamah dan Nenek | Cerpen Alfiansyah Bayu Wardhana
Pesan Cinta untuk Seorang Teman | Cerpen Wahyudi Prasancika
Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto
Tags: Cerpen
Previous Post

Museum Nasional Indonesia Kembali Dibuka, Apakah Publik Masih Butuh Museum?

Next Post

Puisi-puisi Komang Sujana | Di Bawah Langit Bulan Juli

I Kadek Susila Priangga

I Kadek Susila Priangga

Lahir di Karangasem. Guru seni budaya di SMPN 3 Sukasada, Buleleng, Bali

Next Post
Puisi-puisi Komang Sujana | Di Bawah Langit Bulan Juli

Puisi-puisi Komang Sujana | Di Bawah Langit Bulan Juli

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co