11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pasih Kauh Desa Adat Kedonganan dan Kafe yang Dikelola Banjar-banjar

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
October 4, 2024
inEsai
Pasih Kauh Desa Adat Kedonganan dan Kafe yang Dikelola Banjar-banjar 

Ibu Tukang suun be di Pasih Kauh Kedonganan ( Foto : I Nyoman Tingkat)

DESA Adat Kedonganan persis berada di Ceking Gumi Bali. Desa ini adalah batas utara Gumi Delod Ceking di wilayah Kuta Selatan, Badung, yang memiliki dua laut. Masyarakat setempat menyebutnya Pasih Kangin atau Laut Timur, dan Pasih Kauh atau Laut Barat. 

Dalam tradisi pangideran Hindu di Bali, timur adalah warna putih uripnya 5 stana Dewa Iswara dan barat adalah warna kuning dengan urip 7, stana Dewa Maha Dewa. Dari segi warna, putih adalah lambang kesucian dan kuning lambang kebijaksanaan. Ada pula yang menafsirkan penyatuan Siwa–Budha, yang tidak terpisahkan.

Dalam konteks pendidikan, Orang Bali sangat berharap bila punya anak agar nawang Kangin Kauh—tahu arah Timur dan Barat.  Ia  juga  paham putih-kuning, artinya paham kesucian dan agungnya kebijaksanaan.

Tahu Kangin-Kauh juga berarti faham kiblat ulu–teben. Apa yang di-ulu-kan pantang untuk di-teben-kan karena akan berakibat sungsang. Terbalik tak harmonis. Begitulah konsep harmoni dibangun, dilembagakan, dan dilogikakan ala Bali. Tujuannya agar ajaran itu membumi dan membatin sebagai karakter dalam laku kehidupan sehari-hari.

Kembali ke Desa Adat Kedonganan dengan dua lautnya. Jika sebelumnya telah diulas tentang Pasih Kangin Desa Adat Kedonganan, tulisan ini berfokus ke Pasih Kauh.

Ada apa dengan Pasih Kauh Kedonganan. Pejalan kehidupan yang berkesadaran waktu tentu dapat membaca sasmita yang menyertainya.

Dulu, sebelum  akses Jalan By Pass Ngurah Rai dibuka (1980-an), Pasih Kauh relatif dekat dengan Jalan Raya Uluwatu sehingga lebih ramai dibandingkan dengan Pasih Kangin. Hal ini sejalan dengan makna jalan sebagai urat nadi perekonomian.

Penulis (Nyoman Tingkat) bersama siswa di Pasih kauh desa Adat Kedonganan | Foto: Dok. Nyoman Tingkat

Bendega tradisional pasti lebih doyan ke Pasih Kauh dengan pasir putih bersih, ketimbang ke Pasih Kangin yang sepi berlumpur. Mengapa?

Pertama, Pasih Kauh adalah Samudera Indonesia tempat kafe-kafe berjejer menyambut para penggemar kuliner ikan bakar untuk bersantap siang atau makan malam. Di antara pengunjung yang lalu lalang mungkin juga sekadar minum kelapa muda sambil bersantai menikmati sunset dengan latar jukung nelayan yang mendarat.

Mungkin juga sekadar iseng  sambil menghitung pesawat terbang naik turun dari Bandara Ngurah Rai yang membawa penumpang dari seluruh negeri. Mereka datang ke Bali  dan pergi  dari Bali.  Entah untuk berapa kali mereka datang dan pergi sehingga membuat Bali sibuk di udara, darat, dan laut. Itu jika pandangan diarahkan ke Barat atau Utara dari Pasih Kauh Desa Adat Kedonganan.

Kedua, jika pandangan diarahkan ke selatan, tampak bukit-bukit yang kokoh padat pemukiman dengan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang gagah dan Kampus Universitas Udayana yang bersebelahan. 

Kawasan GWK dan Kampus Unud kala malam, tampak dari Pantai Kedonganan bermandi cahaya lebih-lebih Purnama Raya dengan kelap-kelip lampu nelayan dan kapal di tengah laut beradu dengan kelap-kelip bintang di langit, seakan saling sapa. Maka sempurnalah Pasih Kauh Kedonganan bermandi cahaya yang bayangannya sangat indah dengan laut sebagai cermin alam.

Ketiga, sebagai pusat pelabuhan para nelayan, Pasih Kauh Kedonganan menjadi rebutan orang dan pendatang sejak dulu kala. Mereka berebut rezeki mengadu nasib. Ada yang membantu nelayan memarkir jukung dengan imbalan ikan. Ada pula yang meburuh jadi tukang suun be ke pengepul dengan imbalan be pula. Tidak sedikit pula yang ngujur melepaskan ikan dari jaring, dengan imbalan ikan pula.

Penulis (Nyoman Tingkat di Pasih Kauh Desa Adat Kedonganan | Foto: Dok. Nyoman Tingkat

Singkatnya, banyak orang menggantungkan kehidupan dari budi baik nelayan yang datang dari tengah laut. Berburu dan berguru pada nelayan yang melaut untuk menyambung hidup. Berburu mendekati nelayan-nelayan yang mendarat dengan harapan mendapat upah sejumlah ikan. Berguru tentang semangat pantang menyerah dan tangguh menghadapi rintangan dan cobaan di tengah laut yang tak dapat diduga cuacanya. Hujan angin badai  dan ombak besar.

Pasih Kauh Kedonganan sebagai pusat kuliner ikan bakar sering tertukar dengan nama besar ikan bakar Jimbaran, yang dkenal lebih dulu. Walaupun pantainya terletak di Kedonganan, banyak pemandu wisata menyebutnya Pantai Jimbaran yang membuat orang lokal bingung. Itu pula yang dialami peserta Kongres Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) pusat di Bali pada awal 2023 yang menggelar Gala Dinner Pantai Kedonganan, tetapi oleh Tour Leader disebut Pantai Jimbaran karena memang berdekatan.

Untuk diketahui, di Pasih Kauh Kedonganan terdapat  24 kafe milik Desa Adat dibagi 6 banjar adat. Setiap banjar memiliki 4 kafe dengan sistem pemasaran dan promosi secara mandiri.  Keuntungan dibagi secara proporsional antara pengelola, pihak banjar, dan desa adat.

Tatakelola ini sejalan dengan pariwisata berbasis masyarakat adat, yang mengedepankan keberlanjutan ekonomi, sosbud, dan lingkungan. Gagasan ini dilakukan  atas inisiatif masyarakatnya (bottom up).

Sejarah berdirinya kafe-kafe di Pasih Kauh Kedonganan adalah rangkaian cerita dari Pasih Kangin saat berdirinya SMA Negeri 2 Kuta pada 14 September 2005. Penggagasnya, I Ketut Madra, S.H., mengatakan kafe-kafe kala itu belum dikelola oleh banjar-banjar adat. Ada 76  kafe yang dikelola individu.

Mulai tahun 2007 dilakukan penataan oleh Desa Adat kemudian dikelola melalui banjar secara berkelompok dan ditata letaknya. Tidak pelak lagi, penataan mendapat perlawanan dari sejumlah krama setempat. Sungguh tepat benar, kata Bung Karno, “Perjuanganku melawan penjajah lebih mudah daripada perjuanganmu dengan bangsa sendiri, karena yang kaulawan saudaramu”.  

Diperlukan ilmu nelayan menangkap ikan untuk menaklukkan perlawanan itu. Ibarat menangkap ikan di lubuk laut, jaga ketenangan airnya jangan sampai keruh. Bersamaan dengan itu, ikan-ikan dijebak dengan rumah ikan buatan. Di luar itu dipasang jaring, maka ikan-ikan pun terjaringlah.

“Cara ngejuk be, pang sing yehe puek, bene bakat. Payu ngae soup,” demikian kata nelayan tentang ilmu menangkap ikan.

Dengan ilmu nelayan itulah, 76 kafe yang sebelumnya dikelola secara individu itu bisa dijinakkan kemudian dikelola secara berkelompok melalui banjar. Oh ya, banjar adalah bagian dari desa adat.

Setiap upaya pembaruan, perubahan, dan perbaikan termasuk pembangunan, pada mulanya sudah biasa mendapatkan perlawanan. Bila sudah dinikmati hasilnya, jarang pula dipuji habis-habisan. Bahkan malah ada yang melupakan.

Padahal, Bung Karno juga telah mengingatkan dengan Jas Merah “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”.  Ujung dari semua penyesalan itu adalah produk gagal berguru dengan kesadaran sejarah. Hakikat dari kesadaran sejarah adalah linieritas waktu dalam perspektif trisemaya (atita, wartamana, nagata).

Sejarah yang linier adalah sejarah yang mencatat secara objektif sebuah peristiwa, baik sisi positifnya maupun sisi negatifnya. Jadi, sejarah bukan semata-mata versi pemenang, tetapi juga versi pecundang. Hanya dengan demikian, timbangan sejarah tidak berat sebelah diuji waktu.

Penulis (nomor 4 dari kiri) bersama siswa dan rekan guru berpose di Pasih Kauh Desa Adat Kedonganan } Foto: Dok. Nyoman Tingkat

Begitulah Desa Adat Kedonganan berproses tidak luput dari kendala-kendala. Dengan wilayah  yang sempit,  tingkat kepadatan penduduknya tinggi, ditopang oleh 1.285 sepaon atauKepala Keluarga (KK) Adat.  Mereka dominan  mengandalkan pusat perekonomian condong ke arah Pasih Kauh. Kafe, vila, hotel dan aneka kuliner dominan di wilayah bagian barat pusat Desa Adat Kedonganan, dan cenderung mendekat ke Pasih Kauh. Rahajeng Rauh! [T]

BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT

Pasih Kangin Desa Adat Kedonganan: Dulu “Leke-leke”, Kini Jadi Incaran
Rumput Laut Delod Ceking, Nasibmu Kini
Di Puncak Tegeh Buhu
Desa Adat Kutuh Sebagai Desa Pemancar
Di Puncak Tegeh Kaman
Bak Inpres dan Cubang Air di Gumi Delod Ceking
Di Puncak Tegeh Kepah
Tags: BadungDesa Adat KedongananGumi Delod CekingKutakuta selatanNusa Dua
Previous Post

Cak Kartolo, Legenda Hidup Ludruk Jawa Timur

Next Post

Seni-Budaya Sebatas Penarik Massa, Tak Pernah Jadi Program Serius dalam Kampanye Pilkada

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
Seni-Budaya Sebatas Penarik Massa, Tak Pernah Jadi Program Serius dalam Kampanye Pilkada

Seni-Budaya Sebatas Penarik Massa, Tak Pernah Jadi Program Serius dalam Kampanye Pilkada

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co