10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dialog Galungan

Putu Arya NugrahabyPutu Arya Nugraha
September 24, 2024
inEsai
Besakih dan Medsos

“APA makna Galungan buatmu?” tanya Wedia kepada Olog.

“Jawaban serius atau becanda?” Olog memberi opsi.

“Ya, keduanya!” jawab Wedia.

“Becanda dulu, ya. Hehehe. Dulu saat masih anak-anak, saat hidup masih susah—susah makan, susah beli baju baru, susah pergi rekreasi, Galungan adalah momen untuk makan enak daging babi. Lawar, tum, sate, jukut balung isi nangka atau atau don blimbing, urab kacang panjang, kadang komoh. Satenya saja ada dua, sate daging dan sate lilit nyuh. Itu cuma sekali dalam enam bulan. Galungan adalah jadwal beli baju baru dan saat manis Galungan sudah pasti plesir ke kota, ke air panas Banjar, air Sanih, pabean, atau ke kebun raya Bedugul,” terang Olog.

“Apa lagi candaanmu?” tanya Widia.

“Saat ini, saat kita sudah pada kaya, Galungan menemukan kita dengan keluarga. Untuk bisa kaya kita harus pergi jauh dari keluarga. Apalagi kalau di desa tidak punya kebun atau sawah yang luas, untuk hidup mandiri mau tak mau harus merantau. Itu membuat kita terpisah jauh dengan keluarga. Apalagi saudara kita yang memilih bekerja di kapal pesiar di Amerika atau Eropa, Galungan pun belum tentu bisa pulang. Mungkin perlu beberapa Galungan untuk bisa bertemu lagi dengan kerabat dan sanak keluarga, sahabat atau tetangga.”

“Candaan yang kedua sudah mulai terasa serius. Lalu makna seriusnya apa, Log?”

“Melaksanakan kewajiban ajaran agama!” jawab Olog.

“Oh, dengan memberi label sebagai kewajiban, itu menjadi hal yang serius?”

“Hehehe, betul. Kewajiban membuat apa pun menjadi serius, bahkan seram. Pernah dengar sekelompok orang yang mengklaim sedang menjalankan kewajiban agama merasa perlu menghentikan kendaraan lain, bahkan dengan cara paksa dan memukulnya? Konon itu perintah para dewa.”

Wedia mengangguk-angguk, lalu menggeleng-geleng kecewa.

Olog melanjutkan. “Sementara alasan candaanku di atas, begitu terasa sebagai hak. Suasana yang begitu membahagiakan, sepenuhnya.”

“Itu artinya kalau kita tidak melaksanakan ibadah Galungan berarti tidak menjalankan kewajiban agama?” Wedia menimpalinya.

“Begitulah menurut kebanyakan orang. Padahal sehari-hari kita bisa bertemu orang lain. Di kantor, di balai RT, di pasar atau antre di bank.”

“Maksudmu, itu juga ibadah?”

“Oh ya, pasti. Jika kau perlakukan orang yang kau temui itu dengan baik dan penuh rasa kemanusiaan. Melayani dengan baik dan sepenuh hati yang ada urusan di kantormu, menghargai pendapat yang lain di balai RT, membantu mengangkat barang seorang ibu yang keberatan di pasar atau tertib antre di bank.”

“Artinya kita tidak perlu ke pura atau tempat ibadah?” tanya Wedia dengan sedikit menyudutkan.

“Aku tidak bilang begitu,” sanggah Olog. “Pura atau tempat ibadah jelas tempat yang sangat baik buat beribadah, karena setiap orang yang datang pasti dengan hati dan pikiran yang bersih. Namun bukankah Tuhan ada di mana-mana? Di kantor, di balai RT, di pasar atau di bank. Itu artinya kita membawanya ke mana-mana, karena ada di hati kita semua,” sambung Olog.

“Lalu untuk apa lagi ke pura, ke merajan, pelinggih, atau tirta yatra?”

“Bukankah hal baik mempertemukan banyak hati dan pikiran yang bersih? Menyatukan doa, bersama kerabat dan sanak keluarga?” jawab Olog.

“Jadi semuanya baik?”

“Jelas.”

“Apa yang selama ini, kadang membuat hal menjadi buruk?” tanya Wedia lagi.

“Cara pandang dan cara memperlakukannya. Cara pandang yang buruk dan cara memperlakukan dengan buruk membuat hal menjadi buruk.”

“Sesederhana itu?”

“Ambil contoh, alkohol. Apakah itu sedemikian buruknya sampai harus dilarang dan ditakuti? Karena kita memperlakukannya dengan cara buruk: mabuk, ketagihan, bikin onar, kecelakaan lalu lintas, cedera bahkan kematian, tak sedikit pemerkosaan dan pembunuhan. Lalu alkohol menciptakan cara pandang manusia yang buruk.”

“Berarti orang yang main judi untuk mengisi hari libur saat Galungan tidak buruk?”

“Kalau judi sampai dua malam, pulang kampung tapi tak pernah tampak di rumah karena judi, bagaimana itu tidak buruk? Itu cara memperlakukan kesenangan dengan cara yang sangat buruk. Alih-alih bertemu kerabat atau kawan dalam kehangatan bermain kartu atau domino hiburan semata, kalau yang ada adalah menghabiskan anggaran hari raya, pinjam sana sini, jual ini itu, bagaimana mau bilang baik? Bahkan Panca Pandawa pun sampai tega mempertaruhkan istri mereka di meja perjudian.” 

“Bagaimana simbol Galungan sebagai kemenangan Dharma, dalam fenomena ini?”

“Itu falsafah yang sangat unggul. Kita cenderung membutuhkan musuh di luar untuk dikalahkan, untuk menjadi pemenang. Padahal kemenangan Dharma di hari Galungan itu, filosofinya adalah kemenangan melawan Adharma dalam diri sendiri. Musuh terbesar dan terkuat manusia adalah dirinya sendiri. Saat berhasil menaklukan diri sendiri, maka tak ada lagi musuh lain yang perlu dikalahkan. Sebab, musuh terkuat telah takluk. Sebesar apa pun tantangan dari luar, itu takkan mampu mengguncang emosi kita lagi.”

“Wah, saat diri sudah bisa dikalahkan, ritual sudah tak diperlukan lagi, ya?”

“Kenapa tidak? Melakukan ritual memerlukan kekuatan untuk melawan keengganan dan skeptisisme diri yang ego dan terlampau pintar secara spiritual, hehehe. Bukankan dengan ritual kita dapat bertemu kerabat dalam senda gurau dan keriangan? Berbagai cerita di rantau atau berbagi surudan/saranam  upacara. Lebih-lebih setelah bertemu, kita dapat memperbaiki hubungan dengan kerabat lain yang sebelumnya sempat retak misalnya. Itulah makna serius dari ibadah Galungan ini.”

“Oh, Galungan yang upacara Dewa Yadnya, tapi dari penjelasanmu lebih ke manusia?”

“Hehehe, memang Tuhan dan para dewa butuh apa sih dari kita? Puja puji? Meski kau memaki Tuhan dan para dewa pun, mereka takkan peduli.”

“Bukannya kita bakal menemukan celaka jika berani-berani menghina Tuhan atau para dewa?”

“Ya, celaka, sudah pasti itu. Tapi bukan karena dikutuk oleh Tuhan atau para dewa yang murka. Namun jelas karena energi buruk dalam dirimu sendiri yang penuh benci dan amarah. Itulah yang membuatmu celaka. Kembali lagi pada perkara mengalahkan diri sendiri. Memaki atau menghina, jelas hal yang buruk. Entah itu ditujukan kepada Tuhan dan para dewa atau kepada seorang tukang sapu atau kepada seekor anjing, itu semua sama. Semuanya membuatmu celaka.”

“Berarti, Tuhan sebetulnya tak butuh dipuja ya?”

“Ya, tidak sama sekali. Justru kita yang sangat butuh untuk memuja. Memuja Tuhan, para dewa, orang lain, lebih-lebih orang yang kekurangan, anjing terlantar atau rimbun pepohonan. Maka, dalam hal ini memuja adalah hak, bukan kewajiban. Memuja, membiasakan cara pandang yang baik, terlebih lagi memperlakukan yang lain dengan etis dan penuh rasa kemanusiaan, adalah makna serius Galungan dan perayaan hari suci yang lain.

“Sepertinya ini konsep Tri Hita Karana.”

“Tri Hita Karana, kerangka dasar Hindu. Jika hubungan sudah harmonis dengan alam dan sesama, dengan sang pencipta akan sendirinya harmonis. Karena Tuhanlah yang telah menciptakan alam dan mahluk hidup. Dari kerangka dasar ajaran Hindu, jelas ini elemen etika yang memang bagian terbesar dari komposisi sebutir telur, yaitu bagian putih telurnya. Kuning telur adalah filsafatnya atau tatwa dan bagian paling tipis yaitu cangkangnya adalah ritual.”

“Kalau cangkannya dihilangkan, kan telur tetap bernilai? Tapi kalau cuma cangkang saja, rasanya sudah tak bernilai apa-apa.”

“Persis, apalagi kalau cangkangnya itu dipenuhi tahi ayam. Hehehe. Namun, gagasan itu benar setelah telur sudah dikeluarkan dari tubuh ayam. Saat masih dalam proses pembentukan, justru cangkanyalah yang menjadi pelindung sampai proses pembentukan telur selesai.”

“Bagaimana dengan cangkang telur yang ternoda kotoran?” Wedia kembali bertanya.

“Hehehe. Ini pertanyaan pancingan. Ya, biar tampak lebih estetik, ayo kita bersihkan cangkang yang kotor itu. Meskipun takkan pernah kita makan nantinya.”

“Artinya, ritual yang cenderung merugikan dan sudah tak cocok lagi dengan era, baiknya diperbarui ya?”

“Ya, sesederhana itu.”

“Sementara, bagian putih dan kuningnya atau etika dan filsafat harus terus dijaga dan diterapkan karena itulah bagian utamanya yang akan kita makan dan menjaga kesehatan tubuh dan pikiran kita?”

“Nah, itu kau makin pintar!”

“Masak kalah pintar sama Olog. Hehehe.”

Wedia dan Olog tertawa bersama.[T]

Klik BACA untuk melihat esai dan cerpen dari penulis DOKTER PUTU ARYA NUGRAHA

GALUNGAN BELANDA DI BESAKIH
Dodol Satuh : Memaknai Lebih Dalam Hari Suci Galungan
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih
Menyambut Galungan | Bangkitkan Cahaya Dharma dalam Hati
Tags: hari raya galunganTradisi Galungan
Previous Post

Europe by Bidon (2022): Nasib Baik Tak Ada yang Tahu

Next Post

Mengenang “Tragedi Sebelas” (3): Nusa Penida Kehilangan Patih Agung Legendaris Asal Sebunibus—I Made Sekat

Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

Next Post
Mengenang “Tragedi Sebelas” (3): Nusa Penida Kehilangan Patih Agung Legendaris Asal Sebunibus—I Made Sekat

Mengenang “Tragedi Sebelas” (3): Nusa Penida Kehilangan Patih Agung Legendaris Asal Sebunibus—I Made Sekat

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co