1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ziarah ke “Marya dan Kebyar” di Pameran Arsip 1928

JaswantobyJaswanto
May 4, 2024
inPameran
Ziarah ke “Marya dan Kebyar” di Pameran Arsip 1928

Pameran Arsip 1928 | Foto: Rsudi

DI sebuah balai sederhana di kawasan Puri Kaleran Tabanan, foto-foto dan video lama dipamerkan. Gambar-gambar yang sudah menjadi arsip itu difigura dan disusun sedemikian rupa, digantung seolah menjadi dinding balai yang mengagumkan. Balai itu kecil saja, tak luas sebagaimana ruang-ruang pameran pada umumnya.

Foto-foto lama yang dipamerkan cukup banyak dan beragam. Dari sosok yang terkenal, sampai yang namanya tak pernah tercatat oleh tinta sejarah. Tetapi, meski beragam, semua foto sebenarnya mengabadikan hal yang sama: kesenian Bali, khususnya tarian yang dipentaskan antara tahun 1930-an sampai 1940-an.

Di antara puluhan foto yang dipamerkan, terdapat foto I Wayan Sampih, salah satu murid sang maestro I Ketut Marya, sedang menari kebyar (Igel Jongkok) dengan Gong Peliatan. Foto ini diambil Colin McPhee antara tahun 1932-35. Masih dalam satu bingkai, di sana juga terdapat sosok juru kendang A.A. Gde Mandera.

Selain Sampih, McPhee juga sempat memotret I Nyoman Nyongnyong dari Belaluan antara tahun 1931-38. Lalu I Gde Lila saat bermain trompong (Gong Jineng Dalem Buleleng) antara tahun 1931-38. Dan tentu saja juga ada foto I Gde Manik dari Jagaraga, Buleleng, yang namanya melegenda itu.

Pameran Arsip 1928 | Foto: Rsudi

Dalam khazanah kesenian Bali, khususnya Gong Kebyar, nama-nama yang disebut di atas tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, seniman, akademisi, dan pegiat seni-budaya di Bali. Mereka adalah “empu” kesenian Bali awal abad 20. Nama mereka sudah menjadi ingatan kolektif yang hadir seperti mimpi—yang melibatkan indra dalam tidur atau pengalaman bawah sadar.

Ingatan kolektif tersebut semakin kuat saat sosoknya hadir—dengan bentuk seonggok tubuh hitam-putih dalam arsip—di hadapan mata kita. Dan karena itulah Pameran Arsip 1928 I Marya dan Kebyar: “Meneropong Masa Depan yang Lampau” yang diselenggarakan Mulawali Institute bekerja sama dengan Arsip Bali 1928 itu menjadi penting.

Tak hanya menguatkan ingatan kolektif mereka yang pernah bersinggungan langsung dengan para maestro, yang potretnya dipamerkan, pameran ini juga mengajak mereka yang sama sekali tak memiliki ingatan apa pun akan hal tersebut untuk mengenal dan mengalami masa lalu melalui arsip. Arsip 1928 membuka sejumlah dokumentasi I Ketut Marya, karyanya, dan sejumlah hal yang pernah berhubungan dengannya, termasuk potret beberapa seniman yang pernah menjadi muridnya.

Melalui arsip yang dipamerkan, kita dapat melihat, membayangkan, dan meneroka sosok I Marya (Mario/Maria) di masa hidupnya, serta bagaimana wajah Bali pada awal abad ke-20. Sosok Marya, maestro tari kontemporer Bali itu, memang tumbuh pada era transisi Bali dari kerajaan menjadi wilayah jajahan kolonial. Ia dikenal lantaran karyanya yang monumental, seperti Igel Jongkok/Kebyar Duduk, Kebyar Terompong, dan Oleg Tamulilingan. Sepertinya Tuhan mencipta Marya saat menari.

Pameran Arsip 1928 ini merupakan salah satu program dari Festival The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya yang diselenggarakan Mulawali Institute—melalui kolaborasi dengan lembaga seperti Arsip Bali 1928, ITB Stikom Bali, Gurat Institute, Bang Dance, Ninus dan Sanggar Sunari Wakya dan Komunitas Seni Arjuna Production, serta Haridwipa Gamelan Group—di kawasan Puri Kaleran Tabanan, dari tanggal 26 sampai 28 April 2024 lalu.

Pameran dipersiapkan oleh Marlowe Bandem, Adi Pratama Putra, Nengah Januartha, dan Maithila Bandem. Sedangkan dekorasi lamak/ceniaga khas Tabanan oleh Ni Nyoman Trisnawati.

Arsip: Jembatan Masa

Terselenggaranya Pameran Arsip 1928 ini semakin menguatkan betapa pentingnya kerja pengarsipan. Dengan arsip yang dipamerkan—foto dan video arsip—kita dapat mengetahui jejak-jejak seni dan budaya juga wajah Bali pada masa yang jauh.

Pada salah satu foto arsip yang dipamerkan, sekira tahun 1930-an, tertangkap gambar seorang pemuda Bali yang mengenakan pakaian still dengan kacamata hitam berkilau. Siapakah dia? Tak ada yang tahu. Tapi itu menjadi bukti yang tak terbantahkan bahwa pada zaman itu orang Bali sudah melek dengan gaya busana modern dan asing.  

Sebagai manusia yang hidup di masa kini, Pameran Arsip 1928 menjadi jembatan masa yang mengantarkan kita menuju masa lampau yang jauh, yang tak terbayangkan sebelumnya. Pameran ini, dengan kata lain, juga semacam kapsul waktu yang membawa kita memasuki lorong-lorong ingatan yang dibekukan.

Di pameran ini, kita juga bisa mengintip dunia para perintis antropologi visual, Margaret Mead dan Gregory Bateson, yang pada tahun 1936-39 menetap di Bali, meneliti cerlang karakter dan kreativitas senimannya di seputar pulau. Visual yang mereka hasilkan adalah jembatan masa yang sangat berharga.

Pengunjung sedang memperhatikan foto-foto di Pameran Arsip 1928 | Foto: Mulawali Institute

“Bekerja sama dengan Perpustakaan Kongres Amerika Serikat, Arsip Bali 1928 berhasil memulangkan berbagai film karya mereka [Margaret dan Bateson]. Sebagai penghormatan lintas waktu, kami tampilkan cuplikan film Marya, sang maestro yang kita rayakan dalam festival ini,” ujar Marlowe Bandem, Arsip Bali 1928, Sabtu (27/4/2024) sore.

Melalui beberapa rekaman arsip, kita menjadi tahu bahwa setiap pelaku/penari Igel Jongkok, yang notabene merupakan murid langsung Ketut Marya, memiliki gaya berbeda pada setiap respon tubuh terhadap gamelan dan pengajaran Marya. Nama-nama seperti Nyoman Nyongnyong (Belaluan), Wayan Sampih (Bongkasa/Kutuh Sayan/Peliatan), I Wayan Rindi (Lebah/Denpasar), dan Gusti Ngurah Raka (Penebel), memiliki gayanya masing-masing.

Hal di atas seolah membuktikan bahwa Marya sangat membebaskan murid-muridnya dalam merespon pengetahuan yang dibagikan dan diajarkannya. Sampai di sini, hal tersebut menjadi masuk akal sebab dalam koreografinya sendiri Marya juga tidak menggunakan suatu pakem tertentu—atau konsisten. Hingga hari ini, setiap penari Igel Jongkok di Peliatan memiliki struktur dan ragam gerak yang berbeda dengan gubahan gending yang masih dipertahankan sejak pertama kali dikenalkan di daerah tersebut.

Namun, diakui atau tidak, kerja-kerja pengarsipan di negara ini memang tampak tidak lebih penting dan populer dari membersihkan sampah di pantai dan di sungai. Muhidin M. Dahlan dalam bukunya Politik Tanpa Dokumen (2018) menyebut “Indonesia bangsa perusak. Bangsa yang tak punya mental merawat. Apa pun akan dirusaknya jika itu tak memberi keuntungan pragmatis. Tak peduli, bahkan milik berharga Proklamator Indonesia. Dua warisan dari dua bapak pendiri bangsa itu, sepanjang reformasi, terkubur satu-satu.”

Banyak dari kita yang memandang arsip bukanlah barang yang menghasilkan keuntungan materi atau bukan barang yang memiliki timbal balik. Sehingga, arsip mendapat posisi antrean paling belakang. Arsip dianggap benda mati semata, tidak hidup dan menghidupi. Padahal, sesuai pendapat Muhidin, “Arsip bagian dari kehidupan dengan cara terus-menerus dirawat melalui tafsiran untuk kehidupan yang akan datang, bersandar pada kepentingan-kepentingan masa kini dengan tolok ukur peristiwa yang sudah-sudah.”

Pameran Arsip 1928 merupakan album sejarah yang mengagumkan. Dan kita tahu, sejarah memang menyisakan banyak hal, begitulah kiranya. Orang bijak bilang sejarah memberikan pelajaran, sekaligus menawarkan alternatif kebijakan. Yang buruk dari masa silam dibenamkan, yang baik ditegakkan.

Sejarah adalah serupa tetumbuhan makna, kita ditantang merawatnya agar kehidupan tidak lantas menjadi pasak-pasak dengan pucuk yang serat beban hingga kita mungkin saja tergopoh memikulnya. Babad-babad klasik mengajarkan pada kita: melalui sabda pandita serta fatwa resi-resi nan bijaksana. Tambo—karya sastra sejarah yang merekam kisah-kisah legenda yang berkaitan dengan asal-usul suku bangsa, negeri, tradisi, dan alam—mengisahkan buramnya masa silam agar kita tak kembali terperosok dalam hitam yang serupa.

Demikian hieroglif—sistem tulisan formal yang digunakan masyarakat Mesir kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet—ditata pada dinding-dinding gua di Mesir. Begitu pula maksud aksara Jawa kuno yang tertoreh di lontar-lontar yang berusia lanjut.

Namun, sebab memori manusia itu rapuh, mudah diubah, dan mudah dibentuk; maka manusia akhirnya menciptakan alat pengganti yang dapat menyimpan dan menyediakan media memori ke bentuk yang tidak berubah. Dan fotografi, sejatinya membekukan benda-benda dalam waktu dan peristiwa yang bergerak. Tapi pembekuan itu tak harus menjadikan objek menjadi kaku.

Teknologi memungkinkan pembekukan waktu itu tetap mengesankan benda-benda dan peristiwa di dalamnya tetap hidup, bergerak dalam bingkai yang kita inginkan, supaya cerita yang terkandung di dalamnya tetap abadi. Karena itu foto menjadi bagian dari kesenian. Ia setara dengan sastra, lukisan, atau karya-karya agung lain dari cipta karya tangan manusia.

Foto mengabadikan cerita manusia dan benda-benda di sekelilingnya, sehingga waktu yang terus bergerak itu menjadi berhenti, terabadikan dalam lensa kamera sehingga generasi berikutnya akan mendapat pengetahuan yang sama dengan mereka yang berada dalam peristiwa-peristiwa itu.[T]

“Love Robots” dari Antonius Kho, Ketika Manusia Dikuasai Robot
Upload ke Dunia Nyata, Sebab Dunia Tak Selebar Layar : Catatan Pameran TA Mahasiswa Seni Rupa Undiksha
Hardiman; Sekali Lagi, Jalak Bali
Festival The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya—Usaha Merawat Ingatan tentang sang Maestro
Tags: Arsip Bali 1928Merayakan MaryaMulawali InstitutePameran Arsip 1928
Previous Post

BPK Bali-Nusra Putar Film di STAHN Mpu Kuturan: Ikhtiar Membentuk Pemikir Kebudayaan

Next Post

Sehat atau Kuat?

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Besakih dan Medsos

Sehat atau Kuat?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co