TIDAK sedikit orang yang mendadak merasa sembuh ketika berobat ke poliklinik atau rumah sakit, padahal belum diperiksa dokter. Ada juga orang yang rawat inap di rumah sakit, namun hanya semalam ia merasa sudah sehat kembali dan minta segera pulang.
Semua bisa saja terjadi. Salah satu faktor yang membuat seseorang merasa sembuh sebelum diperiksa dokter adalah proses komunikasi terapeutik antara tenaga kesehatan (Nakes) dan pasien. Komunikasi terapeutik akan meneguhkan sugesti yang ada dalam diri seseorang tentang kondisi kesehatannya.
Persaingan ketat dalam bisnis kesehatan menuntut para pengelola klinik atau rumah sakit lebih profesional dalam melayani pasien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberi rasa nyaman kepada pasien selama menjalani pengobatan dan perawatan.
Komunikasi menjadi kata kunci dalam memberikan kenyamanan kepada pasien. Mengingat setiap pasien yang datang berobat bukan hanya membawa beban fisik berupa penyakit yang dideritanya. Namun juga beban psikologis berupa kecemasan akibat penyakit yang diidapnya. Peran tenaga kesehatan, dokter, dan perawat adalah meringankan kedua beban itu dalam waktu bersamaan.
Fungsi Terapeutik
Pengelolaan rumah sakit saat ini mengalami kemajuan, baik dari segi infrastruktur maupun teknologi kesehatan. Kemajuan tersebut selayaknya dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada pasien. Salah satunya adalah dengan menerapkan komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik memiliki fungsi penting dalam proses penyembuhan dan kesembuhan pasien. Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Siti Fatimah, 2022), komunikasi terapeutik memiliki empat fungsi. Pertama, meningkatkan kemandirian pasien melalui proses realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
Kedua, terbentuknya identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi. Ketiga, kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung dan mencintai. Keempat, meningkatkan kesejahteraan pasien dengan menumbuhkan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.
Fungsi komunikasi terapeutik ini berkaitan dengan upaya mempengaruhi pasien, yakni pada usaha pertolongan, perawatan, penyembuhan, dan mengedukasi pasien. Komunikasi terapeutik merupakan kolaborasi antara dokter, perawat, dan pasien secara profesional, bermoral, dan bertanggung jawab.
Dikutip dari laman Bangunpendidikan.com 17/04/2023, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik memiliki fungsi yang sangat penting bagi Nakes. Hubungan terapeutik antara Nakes dengan pasien membuat pasien merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam menghadapi perawatan kesehatan.
Komunikasi ini dapat meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan pasien terhadap Nakes dan perawatan yang diberikan. Pasien yang merasa percaya dan nyaman dengan Nakes cenderung lebih patuh terhadap perawatan dan prosedur medis yang dilakukan.
Komunikasi terapeutik membantu Nakes dalam menjelaskan informasi medis yang kompleks dan memastikan bahwa pasien memahami kondisi kesehatannya dengan jelas. Hal ini dapat membantu pasien dalam mengambil keputusan yang tepat terkait perawatan dan pengobatan yang diperlukan.
Selain itu, komunikasi terapeutik ini dapat membantu pasien dalam mengatasi perasaan cemas atau takut yang mungkin terjadi saat menghadapi perawatan medis atau operasi. Dokter dan perawat dapat memberikan dukungan emosional dan memberikan informasi yang akurat dan jelas untuk membantu mengurangi kecemasan atau ketakutan pasien.
Komunikasi Nonverbal
Komunikasi terapeutik berkaitan erat dengan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal. Secara verbal, tutur kata dan sapaan yang ramah, sopan, dan lembut dari dokter dan perawat akan menenangkan hati pasien. Sebaliknya, seorang Nakes yang judes, ketus, bahkan menakut-nakuti kondisi klinis; akan membuat pasien merasa penyakitnya semain parah.
Tak kalah penting dalam proses penyembuhan adalah pesan komunikasi nonverbal. Di antara sekian banyak bentuk komunikasi nonverbal, proksemik dan haptik dipandang sebagai faktor penting dalam komunikasi terapeutik.
Proksemik adalah komunikasi nonverbal yang berkaitan dengan pengaturan jarak. Arti penting proksemik sudah sejak lama ditulis Edward T. Hall dalam bukunya The Hidden Dimension (1966). Hall membagi jarak dalam empat kategori.
Pertama, jarak intim; yaitu 15 – 45 cm. Jarak ini biasanya dilakukan oleh orang-orang dekat, keluarga inti, atau sepasang kekasih. Kedua, jarak personal 45 – 120 cm. Jarak ini merupakan zona pribadi untuk percakapan dengan teman, rekan kerja, atau keluarga besar. Ketiga, jarak sosial 1,2 – 3,6 meter; diperuntukan bagi orang-orang yang baru dikenal atau kelompok baru. Keempat, jarak publik 3,6 – 7,5 meter, merupakan jarak ketika berhubungan dengan khalayak luas.
Dokter dan perawat tentu saja penting mempertimbangkan jarak komunikasi dengan pasien. Kalau pun tidak dalam jarak intim, para Nakes ini dapat berkomunikasi dalam jarak personal. Dengan demikian pasien akan merasa hubungan dengan mereka layaknya teman, rekan kerja, atau keluarga besar. Rasa nyaman dan tenang tentu saja akan dirasakan pasien, sehingga secara sugestif akan mempercepat kesembuhan.
Sebaliknya, Nakes yang berkomunikasi dengan mengambil jarak sosial akan membuat pasien merasakan hubungan yang terlalu jauh. Apalagi jika berkomunikasi dengan jarak publik, hubungan itu terasa semakin jauh.
Selain jarak, faktor sentuhan (touching) atau haptik (haptic) juga dapat membantu dalam proses penyembuhan pasien. Sentuhan dokter pada kepala, tangan, atau kaki pasien akan dipandang sebagai bentuk perhatian.
Terutama pada pasien rawat inap yang sangat membutuhkan komunikasi terapeutik dalam bentuk haptik. Tentu saja dengan disertai ucapan yang tenang. Lembut, dan meyakinkan pasien bahwa penyakitnya akan segera sembuh.
Sayangnya, masih saja ada Nakes yang tidak menganggap penting haptik ini. Dengan berbagai alasan masing-masing, Nakes menjaga jarak cukup jauh dan tak mau menyentuh pasien. Hal ini dapat membuat pasien akan merasa sangat lama sembuh dari penyakitnya.
Komunikasi adalah upaya terapeutik untuk penyembuhan pasien; selain terapi berupa obat dan tindakan medis. Setiap pasien tentu ingin cepat sembuh. Karena tubuh yang sehat adalah kehendak setiap manusia. [T]
- BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU