SAJIAN menarik dalam Festival Seni Bali jani 2023 di Taman Budaya Bali dating dari Kelompok Sekali Pentas. Kelompok ini menggelar pementasan bertajuk Perahu Berlayar Bulan Memancar, di Wantilan Taman Budaya, 21 April. Pementasan kali ini membuat penonton terasa bebas.
Di sekeliling panggung sudah terpajang berbagai pameran foto dan di tengah terlihat sebuah menara yang ditutupi kain putih dan maping, di bawahnya pula dikelilingi oleh pemain-pemain musik dan ada dua orang pula di atasnya.
Menariknya, penonton kali ini bebas berkeliling di atas panggung untuk melihat pameran-pameran foto itu. Heri Windi Anggara, selaku sutradara nampaknya ingin memperlihatkan pementasan yang bebas seperti percakapan-percakapan yang selalu ada sepanjang waktu.
Ada 7 buah puisi yang bertema Sanur pada tahun 1950an – 2012 dipentaskan kali ini dan genre yang berbeda.
“Aku ingin mengambarkan tahun kehidupan kisaran tahun 50-2012an itu, baik secara musical dan fotograpi,” ungkap Heri.
.
Banyak genre music yang diambil oleh sutradara, untuk menggambarkan bagaimana genre music di tahun-tahun itu. Begitu juga dengan foto-foto yang ada,
“Bagaimana genre music tahun 50, bagaimana foto dan pameran tahun 50. Lalu kami kembangkan idenya dan jadilah seperti ini,” ungkap Heri
Dalam pameran fotograpi itu pula, Heri ingin penonton ikut merasakan bagaimana situasi pantai Sanur kala itu, melalui musik dan puisi juga ia ingin penonton juga lebih ikut merasakan perubahan-perubahan yang ada di sana.
“Pementasan ini bukan hanya untuk membuat musik yang indah, tetapi paling tidak ketika kita memasukkan genre tahun-tahun itu, penonton yang ada di tahun itu pula ikut merasakan kembali genre-genre music dan pantai Sanur.”
Dari sana, penonton seperti bebas mengekspresikan dirinya. Bukan hanya menonton pementasan musikalisasi puisi saja, tapi ikut juga menikmati pameran yang disuguhkan di sekeliling panggung wantilan kala itu.
Sutradara juga ingin memperlihatkan bahwa ada pergerasan budaya dan mata pencaharian di tahun itu sampai sekarang di Pantai Sanur. Seperti petani rumput laut yang seiring waktu digusur dan tempatnya dijadikan sebagai tempat penyawaan kano, dijadikan tempat hiburan dan lain-lain
Maping yang memancar menyinari menara yang dibalur kain putih transparan itu pula seperti ikut menari mengikuti ritme-ritme lagu.
Hal menarik lainnya adalah, dagang lumpia yang berjualan di tengah wantilan. Penonton bukan hanya menonton dan juga menikmati pameran fotograpi itu, melainkan juga ikut menikmati lumpia.
.
Seakan-akan, pementasan yang dibuat oleh Kelompok Sekali Pentas tak membatasi ruang gerak manapun. Meskipun mereka tampil di dalam gedung yang tertutup, tapi penonton bebas melakukan hal yang mereka inginkan. Melihat foto-foto yang dipajang, berkeliling panggung, menikmati music dan juga menikmati lumpia. Bukan hanya menonton seperti pementasan biasanya. [T]