- Cerpen ini saya tulis untuk sahabat sekaligus abang saya, yang begitu cinta kepada musik.
Maret, 2023
Jalanan ibukota tengah padat merayap seperti hari-hari biasanya. Hal ini sudah menjadi pemandangan yang lazim di kota yang super sibuk ini. Berjejer dengan gedung-gedung pencakar langit lain, kantor Dream Sky TV tak mau kalah saing. Meski hanya memiliki belasan lantai saja, kantor yang terletak di Jalan Daan Mogot No. 192 ini mampu merebut antensi masyarakat karena ketenarannya. Gedung itu sudah memiliki studio produksi, studio film, studio rekaman, studio pengisi suara, ruangan kerja lengkap untuk semua divisi, hingga beberapa fasilitas penunjang.
Pagi ini, aktivitas kerja sedang sibuk-sibuknya dilakukan di kantor Dream Sky TV. Ada sang stasiun manajer yang lagi membentak penanggung jawab acara reality show karena rating-nya terus buruk. Ada sepasang kameramen dan reporter yang jalan terburu-buru menuju ke lobi, untuk mengejar berita sengketa lahan Bantar Gebang. Ada juga Joko, pemuda 23 tahun asal Malang yang menjadi junior script writer, bertugas memegang divisi sinetron dan iklan. Hari ini adalah bulan ke-6 dia bekerja di sini.
“Weh, serius? Bulan Juni nanti Festival Seni dan Sastra Kemenpora RI dilaksanakan di Gorontalo?” teriak Joko dari dalam ruang kerjanya kepada seseorang melalui panggilan suara. Beberapa kolega merasa terganggu, beberapa lagi memaklumi. Joko memang pemuda yang excited terhadap beberapa hal. Terlebih lagi jika menyangkut hobinya – yakni seni dan sastra.
Jika menyinggung perihal sastra, Joko yang lulusan Pendidikan Sastra Indonesia beralmamater kampus perlente di Malang itu sudah melanglangbuana membacakan puisinya di beberapa kegiatan seni. Seperti di Malam Gelar Seni Hardikas Kemdikbud Jawa Timur 2020. Ketertarikannyapada sastra membuatnya memilih menjadi junior script writer daripada guru.
Seusai menutup panggilan, segeralah dicetaknya poster Festival Seni dan Sastra Kemenpora RI dengan mesin printer yang terletak di atas meja kerjanya.
“Para juara tiga besar akan mendapatkan kesempatan mengikuti Fête de la Musique di Perancis pada 21 Juni 2023. Menarik. Sepertinya gue tahu harus mengajak siapa untuk berkolaborasi,” ucap Joko sambil menatap tajam poster yang sudah selesai dicetaknya.
Dengan badan terbakar Joko mengambil langkah seribu masuk lift untuk naik ke lantai 8. Dari ruang script writer perlu naik sebanyak 5 lantai untuk sampai di ruang music arranger.
“Tok tok tok,” suara pintu ruangan diketuk. Tak berselang lama Joko masuk dari balik pintu dan menyapa semua orang yang sedang mengerjakan proyek masing-masing.
“Selamat pagi, manusia-manusia dengan musikalitas tinggi…” ujar Joko menyapa semua orang di ruangan music arranger, lalu dia membungkukkan badannya seolah baru melakukan pertunjukan musik orkestra di Paris Philharmonic Concert Hall.
Nahas, orang-orang tidak terlalu ambil pusing dengan kekonyolan pemuda penulis script iklan minuman sari lemon yang sempat viral di akhir tahun 2022 itu. Mata Joko menyapu seluruh meja yang ada, mencoba mencari sahabat karibnya, Tino. Seorang darah Dayak yang bekerja sebagai junior music arranger yang bertanggung jawab atas divisi iklan, kartun anak, dan sedikit membantu dalam reality show.
Muhammad Tino merupakan pemuda 23 tahun yang merantau dari Palangka Raya ke Jakarta. Dia memiliki hobi yang kental dalam dunia musik. Dengan berbekal ijazah S1 Pendidikan Seni Musik, dia diterima di Dream Sky TV sejak 5 bulan yang lalu. Saat masih menjadi newcomer, Joko-lah yang dulu selalu membantu Tino. Termasuk dalam hal tempat tinggal. Mereka sempat satu kamar sebelum menjadi tetangga.
Bentuk tergila-gilanya Tino dengan irama dapat dilihat dari aneka koleksi alat merinai di kamar indekosnya, mulai dari gitar, biola, ukulele, hingga melodika. Belum lagi daftar putar di ponselnya yang berisi lagu serta musik kualitas tinggi yang syarat akan teknik dan keindahan.
“Woi, Tino. Lagi apa lu?” Joko bertanya di hadapan sahabatnya yang sedang fokus mengedit latar belakang musik pada iklan mi instan organik.
Tino hanya menoleh, lalu melanjutkan kerjanya.
Joko mengubah posisinya yang tadinya berdiri menjadi bercangkung di samping lutut Tino, lalu berkata, “Iya, kan. Kalau ditanya mesti tidak mau jawab.”
Jemari Tino tetap fokus menggelitik kursor laptop mengatur kepresisian audio dan visualisasi iklan yang dikerjakannya. Tino melenguh, “Lu nggak lihat aku lagi ngapain?”
“Lagi kerja.”
“Itu tahu.”
“Deadline-nya mepet?”
Tino mengangkat kedua alis tanda mengiyakan.
Tangan Joko meletakkan selembar poster Festival Seni dan Sastra Kemenpora RI di atas papan ketik laptop Toni. Tanpa membacanya terlebih dahulu, Toni spontan melirik Joko dengan raut terganggu.
“Festival Seni dan Sastra Kemenpora RI di Gorontalo, dua bulan lagi,” kata Joko mencoba menjelaskan.
“Terus?”
“Tahun ini cabang lombanya musikalisasi puisi. Gue rasa, kolaborasi antara penulis puisi hebat bersama pemain musik keren kayak lu bakal bikin kita jadi juara,” ujar Joko penuh optimis.
“Sorry, nggak minat. Banyak kerjaan,” tukas Toni. Pernyataan itu membuat semangat Joko patah, tapi dia tidak memperlihatkannya di depan sahabatnya.
“Tiga besar juara akan mendapatkan hadiah akomodasi untuk diberangkatkan ke festival musik dunia.”
“Festival apa? Coachella Valley Music & Art?”
Joko menggeleng.
“Electric Daisy Carnival, bukan?” Toni terus mencoba memojokkan rekannya dengan menyodorkan festival-festival yang sangat terkenal di dunia. Karena dia tahu, tidak mungkin hadiah yang dimaksud adalah acara-acara megah tersebut.
“Fête de la Musique.”
Toni manggut-manggut. Dia menyingkirkan poster dari atas papan ketik laptopnya. “Oh, Paris. Aku pikir-pikir dulu, ya.”
Merasa tersinggung karena tidak mendapatkan respons yang baik, Joko pun mengambil kembali posternya dan hendak pergi.
“Kalau memang nggak mau membantu gue, lu tinggal ngomong.”
Toni meringis melihat respons lucu temannya.
“Lu matahin semangat gue.”
Toni menjadi bingung melihat raut Joko yang kesal. Padahal dia tidak bermaksud menyinggung ataupun menolak tawaran salah satu karyawan ambisius kepunyaan Dream Sky TV tersebut.
Jam randik berderik cepat. Hari yang penat berganti gelap. Malam begitu terasa pengap. Maklum, tinggal di Jakarta tidak sedingin di kampung halaman. Suara jangkrik yang biasanya bersahutan tidak dapat diraskan di sini. Untungnya Joko tinggal di area kelas menengah. Di indekosnya sudah terdapat pendingin ruangan. Malam ini rembulan terlihat jelas lagi menatap tajam daratan di bawahnya. Tiba-tiba pintu kamar Joko diketok beberapa kali. Dia pun bergegas membuka.
“Kenapa, Ton?” tanya Joko begitu melihat Toni berdiri depan kamarnya dengan membawa sebungkus nasi goreng untuknya.
Toni tidak menjawab, dia malah masuk nyelonong ke dalam kamar dan merebahkan diri di kasur.
“Nih, makan.” Toni meletakkan bungkusan nasi goreng di atas kasur.
“Lu dari mana?”
“Biasa, nongkrong.”
Joko memindahkan nasi goreng pemberian sahabatnya ke atas meja, lalu dia duduk di sebelah Toni yang rebahan.
“Habis berapa batang rokok?”
“Paling enam.”
“Seharusnya enam bungkus, biar cepat mati,” pekik Joko.
“Ikhlas kalau aku mati sekarang?” Toni mengajukan pertanyaan untuk membalas kalimat ketus yang baru didengarnya. Joko memang salah satu orang yang paling anti dengan rokok. Keantiannya tersebut dilatarbelakangi akibat ayahnya yang kini komplikasi karena seorang mantan perokok berat di masa mudanya.
“Btw, aku minta maaf ya, Jok. Soal tadi siang. Aku gak bermaksud mengacuhkan ajakanmu. Tapi lu tau, kan? Kalau aku lagi kerja harus fokus dan profesional?”
“Tidak masalah.” Joko merespons di tengah jarinya yang membalas pesan dari Ratih, bagian make up sinetron Dream Sky TV.
Toni bangkit. “Jok, temani aku ke Fête de la Musique, ya.”
“Datang saja ke sana sendiri,” jawab Joko seraya berjalan menuju ke pintu. Menurutnya pintu kamarnya harus selalu tertutup jikalau pendingin ruangan sedang menyala.
Toni bangkit menuju meja kerja Joko. Dibukanya tas ransel si script writer itu untuk menemukan poster poster Festival Seni dan Sastra Kemenpora RI yang ditunjukkan padanya tadi siang.
“Lancang banget, lu!” Joko menimpali setelah duduk di atas kasur.
Toni segera menyusul duduk di sampingnya, “Lu mau bawa puisi apa diseleksi online nanti? Biar aku susunkan iramanya, aku juga yang pilihkan alat musik.”
“Gue gak mau lomba sama lu.”
“Tapi aku mau, kocak,” kata Toni meyakinkan.
“Mau apa?”
“Mau nginep. Malam ini aku tidur di kamar lu ya, Jok.” Toni menarik selimut, membanting tubuhnya ke kasur dan menutup semua tubuhnya tengan selimut.
20 Mei, 2023
Bandara Soekarno–Hatta adalah gerbang utama penerbangan internasional ke Indonesia. Bandara tersohor yang dinamai dengan nama dua proklamator Republik Indonesia ini menjadi tempat pemberangkatan Joko dan Toni menuju Gorontalo. Sejam yang lalu mereka telah berjuang melangkahkan kaki menuju ruang tunggu bandara dengan semangat yang meluber ke lantai.
Saat sedang terduduk di ruang tunggu, Joko mengamati seorang pria yang sedang menikmati kegiatannya memotret langit-langit bandara. Seperti yang kita tahu, manusia di era ini memiliki hobi berfoto yang tinggi.
“Lu inget, nggak? Apa mimpi pertama lu, saat kita pertama ngobrol di kosan?” tanya Joko pada Toni, setelah mengalihkan pandangannya fokus ke depan, kebahagiaan tidak dapat disembunyikan dari raut wajahnya.
Toni yang sibuk melihat pramugari cantik berlalu-lalang di belakangnya tidak sedikit pun mendengarkan pertanyaan sahabat baiknya.
“Penyakit!”
“Ha, apa Jok?” Toni baru menyadari bahwa Joko mengajaknya berbicara.
“Tidak bisa diulang. Males.”
“Maaf. Aku tadi tidak fokus.”
“Inget, nggak? Dulu lu pernah ngomong, kalau lu pengen jadi pencetus acara klasemen lagu di Dream Sky TV. Tapi lu ragu sama kemampuan. Padahal, bagi gue lu itu hebat, bertalenta, pekerja keras, baik, dan berharga,” ucap Joko memandang sahabatnya dengan optimis.
“Inget, lah, Jok. Tapi aku sadar diri,” jawab Toni dengan wajah nelangsa.
“Sadar kalau diri lu punya potensi, kan?”
Toni menggeleng.
“Gue aja yang gak punya kuasa atas badan dan isi kepala lu percaya dan yakin. Masak yang punya tanggung jawab atas diri sendiri malah sebaliknya?”
Suasana mendadak menjadi hening, Toni bingung harus menjawab apa.
“Gini, gue percaya, suatu hari elu bisa menjadi produser acara lagu yang bakal bikin nama lu besar,” Joko melanjutkan ucapannya.
Toni menghelas napas, “Tapi, aku nggak bisa mengoordinasi dan mengawasi semua aspek produksi, dari segi kreatif mungkin bisa, tapi kalau keperluan administratif?”
“Percaya sama gue, Ton. Elu bisa. Lu punya gue di sini, nanti kita belajar bareng.”
Toni mengangguk tersenyum, “makasih ya, Jok. Lu selalu ada buat aku.”
“Gue juga terima kasih, lu udah jadi saudara gue di sini.”
“Ngomong-ngomong, kita lakukan terbaik di Gorontalo, ya. Biar bulan depan kita ke Paris.”
“Pasti, Ton. Pasti. Gue pengen lihat lu main musik di sana.”
Beberapa menit lagi penerbangan ke Bandara Djalaludin akan dilakukan. Panggilan demi panggilan sudah dilayangkan oleh pihak maskapai. Perjalanan akan ditempuh dengan durasi sekitar 4 jam 30 menit. Selama itu mereka akan bertualang di angkasa. Mungkin sembari menceritakan mimpi-mimpi mereka. Mimpi sebagai seorang pecinta sastra dan penggandrung musik.
‘Fête de la Musique, kami akan datang,’ bathin Joko. [T]