PENABUH dari Sekaa Gong Kebyar Patra Kencana, Banjar Sengguan Singapadu, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar, bisa disebut bernostalgia di panggung Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali, Senin malam, 3 Juli 2023.
Para penabuh itu tampil pada program Gong Kebyar Legendaris serangkaian Pesta Kesenian Bali. Mereka tampil mebarung bersama Sekaa Gong Genta Budaya, Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Gong kebyar dari Singapadu ini memang lengendaris. Sekaa Gong Patra Kencana berdiri tahun 1963. Sekaa gong ini pernah menjadi duta Kabupaten Gianyar dalam ajang Festival Gong Kebyar se-Bali pada tahun 1982 berlaga di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan dan berhadapan dengan Duta Kabupaten Badung.
Nah, karya-karya yang dibawakan dalam parade Gong Kebyar Legendaris ini adalah karya-karya yang pernah ditampilkan pada Festival Gong Kebyar pada tahun 1982 itu. Sekitar 41 tahun.
Di panggung Ardha Candra, Sekaa Gong Patra Kencana membawakan Tabuh Pat Singa Murti, Tari Palegongan Abimanyu Antaka, Tabuh Kebyar Gita Kusuma, dan Tari Kreasi Baris Papotetan.
Budayawan Bali yang turut serta dalam pembinaan Sekaa Gong Patra Kencana untuk tampil di PKB ini, Prof Dr I Wayan Dibia, mengungkapkan, pada tahun 1982 dirinya juga turut terlibat dalam penciptaan koreografi karya-karya yang dihasilkan kala itu.
Beruntung, hingga kini dirinya masih mengingat koreografinya untuk direkonstruksi dan ditampilkan dalam Parade Gong Kebyar Legendaris.
“Karya dari 41 tahun yang lalu syukurnya saya masih ingat koreografinya, termasuk musiknya. Sehingga kita rekonstruksi, kita bangun kembali garapan-garapan itu. Sebenarnya ada satu lagi karya fragmentari berjudul Arya Bebed. Tapi itu tidak kita tampilkan karena keterbatasan waktu,” ujarnya.
.
Meski 41 tahun telah berlalu, namun kata Prof Dibia, masih ada beberapa penabuh angkatan 1982 yang ikut terlibat dalam Parade Gong Kebyar Legendaris tahun ini. Bahkan antusias dan kerinduan mereka terobati dengan bisa menampilkan kembali karya-karya legendarisnya.
“Dari sekaa penabuhnya ada lima orang yang angkatan 1982. Ini semacam nostalgia bagi mereka. Mereka antusias sekali mendengar tabuh-tabuh yang dulu pernah berjaya pada waktu 41 tahun yang lalu. Sisanya melibatkan generasi muda,” terangnya sembari menyebut sekaa gong ini masih aktif dan diteruskan oleh generasi berikutnya.
Dengan adanya Parade Gong Kebyar Legendaris ini, Prof Dibia menilai bisa menjadi wadah untuk melihat perbandingan bahwa gong kebyar yang dulu dengan yang sekarang selalu mempunyai perkembangan.
“Kita ingin menunjukkan kepada publik bahwa ini lah karya-karya dari 41 tahun yang lalu. Supaya mereka ada perbandingan yang bisa dilihat. Kalau kita tidak ada perbandingan, tentu dikira gong kebyar itu cuma seperti itu. Padahal bandingannya jauh, dari sisi kerumitan, kompleksitas, lalu teknik juga beda-beda,” kata Prof Dibya. [T][Pan/*]