30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Luh Jalir | Cerpen Mas Ruscitadewi

Mas RuscitadewibyMas Ruscitadewi
November 22, 2022
inCerpen, Pilihan Editor
Luh Jalir | Cerpen Mas Ruscitadewi

Ilustrasi tatkala.co | Diolah dari karya Satia Guna

Sejak mengetahui keberadaan diri sebagai perempuan, sejak itulah aku selalu berusaha agar aku tidak sampai disebut sebagai Luh Jalir atau Perempuan Jalang. Itu juga sebabnya aku tak terlalu perhatian terhadap pemuda-pemuda yang mendekat kepadaku. Setiap pemuda yang mendekat, pastilah kujadikan teman. Kalau ada yang ingin menjadikanku pacar, kutolak secara halus.    

“Aku ingin tekun belajar!” Begitu aku katakan kepada Bli Gede Parwata atau Kakak Gede Parwata. Ia adalah sepupuku yang selalu mengantarku ke sana-sini, sejak masih duduk di sekolah dasar. Walau kutahu Bli Gede mempunyai perasaan padaku, ia tak berani memaksa. Apalagi dia sangat tahu perangaiku yang keras kepala. Itu sebabnya sampai sekarang ia tak berani mengungkapkan perasaannnya, sampai kami menjadi mahasiswa pada universitas yang sama.

Sewaktu-waktu Bli Gede Parwata berkunjung ke fakultas, mengajak ke kantin, dan bercengkrama. Senang juga rasanya, karena teman-temanku yang laki-laki menyangka Bli Gede pacarku. Karena itulah tak ada laki-laki yang berani menggoda, mengajak pacaran.

Sejatinya aku tak memiliki rasa cinta seperti layaknya orang yang berpacaran pada Bli Gede. Rasa cintaku hanya sebatas cinta sebagai saudara, sebagai adik, sebagai teman. Tetapi kubiarkan saja teman-teman menganggapku berpacaran dengan Bli Gede. Kubiarkan saja, agar tak ada yang mengganggu, agar aku bisa cepat menamatkan kuliah.

“Besok-besok kalau sudah tamat dan sudah bekerja, barulah aku akan mencari pacar yang langsung kujadikan suami!” Begitu harapanku. Kalaa hanya sekali berpacaran lantas langsung menjadi suami istri, pasti tak akan ada yang menyebutku luh jalir atau perempuan jalang, seperti yang kerap disebutkan orang kepada ibuku.

Aku marah sekali kalau mendengar orang menyebutkan luh jalir, perempuan jalang, apalagi yang disebut-sebut namanya adalah ibuku, Luh Putri. Sejak kecil aku selalu dinasehati oleh Nenek dan Kakek agar tidak sampai menjadi luh jalir, perempuan jalang seperti Ibu, yang dikatakan selalu mengejar cinta lelaki, ke sana-sini mengobral cinta, sampai-sampai meninggalkan anak dan suami.

Luh Putri Jalir, Luh Putri Jalang, nama itu yang selalu meracuni pikiranku. Nama itu yang sejak dahulu ingin kulupakan, nama itu juga yang senantiasa mengejar perjalanan usiaku. Nama itu juga yang membuat aku tekun belajar dan tegar, tak mau berpacaran.

Sampai berumur duapuluh tahun, aku tak pernah mengenal wajah Ibu. Sesekali terbersit juga rasa ingin tahu, tetapi rasa benciku melampaui rasa ingin tahu, membuatku diam, tak berusaha mencari tahu di mana rumahnya, apalagi untuk bertemu. Suatu ketika ada juga rasa ingin bertemu, ingin  tahu bagaimana rupanya, sekaligus menunjukkan diri sebagai anak tanpa asuhan seorang ibu, sekaligus ingin memarahinya. Tetapi lagi-lagi aku berusaha menahan diri.

“Kalau sudah luh jalir, bagaimana caranya memarahi, dengan membenci tak akan bisa mengubahnya, apa gunanya membuang kata-kata,” kataku dalam hati. Kata-kata itu mampu menghalangi keinginanku untuk memarahi Ibu yang bernama Luh Putri itu.

Konon aku ditinggalkan oleh Ibu saat berumur dua tahun. Lantas Bapak menikah lagi dengan perempuan cantik bernama Ketut Sriasih, tetapi tak mempunyai anak. Entah bagaimana ceritanya  Bapak dengan Ketut Sriasih akhirnya berpisah. Setelah Ketut Sriasih, Bapak menikahi Ni Made Dwi Mayani. Dari ibu tiriku itu, aku mempunyai dua adik, bernama Made Adi Putra dan Ketut Puspanjali.

Sekarang Made Adi Putra sudah duduk di kelas enam Sekolah Dasar dan Ketut Puspanjali baru kelas tiga. Aku sangat mencintai adik-adikku itu, juga ibu tiriku, Ni Made Dwi Mayani. Itu sebabnya aku kaget saat mendengar kabar Bapak akan bercerai dengan ibu tiriku itu.

Kabar itu kuketahui saat pulang Sabtu dua hari lalu. Kulihat adikku, Adi Putra dan Puspanjali, menangis tersedu-sedu. Kupeluk mereka, kupikir mereka telah dimarahi. Kuhibur mereka.

“Kak, Ibu dan Bapak cerai, sudah dua bulan Ibu tidak pulang!”  Adi Putra mengadu.

Aku bengong, tak mampu bicara apa-apa.

Benar sudah lima bulan aku tidak pulang karena sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Selain itu aku juga masih marah dengan Bapak yang datang ke kampus dan melarangku bergaul dengan dosen-dosen, terutama dengan Pembantu Dekan Bagian Kemahasiswaan, Ibu  L.P Tirtawati.

“Bapak aneh-aneh saja, dulu Bapak melarangku masuk jurusan Antropologi, sekarang tak boleh berhubungan terlalu dekat dengan dosen-dosen di sini, terlalu dekat bagaimana maksudnya? Tenang saja, Pak, aku sudah besar, tahu yang mana benar dan yang mana salah,” sahutku kesal lantas meninggalkan Bapak.

Tak kupedulikan wajah Bapak yang berubah merah, matanya menyala. Aku berani melawannya karena aku merasa tak pernah berbuat salah. Walaupun dekat dengan dosen-dosen, itu hanya untuk urusan kuliah dan kegiatan kampus. Kebetulan aku suka ikut kegiatan di senat mahasiswa. Kendati sibuk, nilai-nilai kuliahku selalu bagus, jadi tak ada alasan untuk tak mempercayaiku.

Sekarang lagi kudengar kabar buruk, mendengar kabar Bapak dan Ibu akan bercerai.

“Ini pasti karena Bapak terlalu curiga pada Ibu, yang membuat Ibu ngambek. Sama seperti cara Bapak mencurigai kedekatanku dengan dosen-dosenku di kampus,” pikirku.

“Ya, Adi dan Puspa tenang saja, Kakak akan bicara dengan Bapak, agar jangan sampai Ibu dan Bapak bercerai,” kataku sambal mengusap-usap kepala kedua adikku itu.

Sampai malam Bapak kutunggu, ia tak kunjung datang juga. Kalau ingat dengan kesedihan adik-adik, terasa kosong ragaku. Tetapi kupaksakan diri agar bisa menaiki motor dengan tenang dan selanat sampai di Denpasar.

Malam itu mata tak bisa kupejamkan. Kepalaku panas memikirkan cara agar Ibu dan Bapak tak sampai berpisah. Kucari-cari di mana kurang lebihnya Ibu dan Bapak. Di mana kira-kira akar masalahnya. Kupikir-pikir, kuingat-ingat perilaku Ibu dan Bapak.

“Bukankah Ibu, Ni Made Dwi Mayani, adalah istri Bapak yang ketiga. Bapak adalah suami pertama Ibu. Apakah mungkin karena Ibu yang umurnya jauh lebih  muda dari Bapak berniat mencari bujangan, apakah mungkin Bapak cemburu karena memiliki istri muda dan cantik?” Beraneka macam pertanyaan dalam hati yang tak bisa kujawab sendiri.

Pagi-pagi aku bangun tergesa-gesa, takut terlambat untuk mengikuti diskusi. Hari ini ada mata kuliah seminar yang kusuka. Mata kuliah yang selalu kutunggu-tunggu, akan kujadikan pegangan pada saat menyusun skripsi.  Usai mata kuliah seminar aku suntuk mengikuti diskusi dengan kakak-kakak kelas. Tanpa kusadari cepatnya perjalanan waktu, sampai siang, sampai kampus sepi. Hanya ada Ketut Raka dan Made Budiasih yang tertinggal, paling akhir denganku keluar dari aula. Sambil menutup pintu aula, kulihat ada mobil sedan Bapak. Aku tersenyum.

“Mungkin Bapak sudah rindu padaku, mungkin marahnya sudah reda padaku.”

Ke sana-sini kucari Bapak tak kutemukan juga. Aku melewati ruangan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan, L.P. Tirtawati. Pintunya sedikit terbuka. Iseng ingin kutengok. Di depan pintu aku diam, kudengar ada yang bercakap-cakap. Aku tersenyum sendiri merasa seperti pencuri yang mengintip dosenku itu. Pada saat hendak beranjak, terdengar namaku disebut-sebut.  

“Lupakan Luh Putu Yuliasih, dia tidak apa-apa tak punya ibu. Aku bisa mencarikan ia ibu yang lebih baik dari kamu, aku bisa memeliharanya lebih baik dari kamu. Jangan ganggu ia, kalau kamu mengganggunya, akan saya pindahkan ia dari sini!” Begitu kudengar kata-kata Bapak. Aku diam, tak mengerti makna kata-kata itu.

“Tidak bisa, Luh Putu Yuliasih itu putriku. Sembilan bulan aku mengandungnya, kulahirkan, kenapa aku tak boleh mengakuinya sebagai anak?  Sudah sembilan belas tahun kamu mencuri anakku, sudah sembilan belas tahun kamu dan keluargamu memfitnahku, mengata-ngatai aku sebagai perempuan busuk yang sampai hati meninggalkan anak dan suami. Serupa kamu telah membunuhku. Tetapi Luh Yuliasih sekarang sudah besar, tak bisa lagi kamu menutupi asap. Walaupun sekarang kamu bisa mengancamku, agar tak mengatakan bahwa ia adalah anakku, lama kelamaan ia pasti akan tahu!” Begitu kudengar Ibu L.P Tirtawati. Suaranya agak pelan. Mendengar hal itu, dadaku rasanya bergemuruh.

“Pokoknya tak banyak aku berkata-kata, kalau Luh Yuliasih sampai tahu siapa ibunya, pasti dari kamu, dari teman-teman dan saudara-saudaramu, tetapi ingat, kalau sampai ia tahu, kamu akan rasakan akibatnya. Bukan saja kamu akan disebut Luh Jalir, tetapi kamu akan saya penjarakan, orang tuamu, semua….!” suara Bapak keras.

“Saya tidak takut, dulu kamu memfitnahku berselingkuh, tetapi kamu yang sesungguhnya banyak punya selingkuhan. Tak henti-hentinya kamu menyakitiku, saya hanya diam, biar hukum karmanya saja yang berlaku, waktu akan membuktikannya!” Keras, tegas  dan kental suara Ibu Pembantu Dekan itu.

Suara L.P Tirtawati kurasakan seperti tindihan batu besar. Hatiku juga serasa dijatuhi batu besar. Sakit sekali. Kepalaku berputar-putar. Tanganku menggapai-gapai daun pintu. Kuperlebar bukaan pintu itu. Bapakku menoleh. L.P Tirtawati menoleh. Kedua wajah orang itu, orang tuaku itu, merah padam. Aku tak ingat apa-apa lagi. [T]

  • Catatan: Cerpen ini adalah terjemahan dari cerpen berbahasa Bali yang berjudul Luh Jalir, diambil dari buku berjudul Luh Jalir yang diterbitkan Pustaka Tarukan Agung (2008). Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Made Adnyana Ole

[][][]

BACA cerpen-cerpen lain

Keris | Cerpen Mas Ruscitadewi
Bom dan Bapak | Cerpen Surya Gemilang
Lelaki Tua Bersama Bunga-Bunga | Cerpen IBW Widiasa Keniten
Tags: CerpenCerpen Terjemahan
Previous Post

Puisi-puisi Jang Sukmanbrata | Lirik Gagak Rantauan

Next Post

Cara Polos Wayan Polos Menakwilkan KTT G-20

Mas Ruscitadewi

Mas Ruscitadewi

Sastrawan, dramawan, pecinta anak-anak. Penggagas berbagai acara seni-budaya di Denpasar termasuk Bali Mandara Nawanatya yang digelar pada setiap akhir pecan selama setahun.

Next Post
Cara Polos Wayan Polos Menakwilkan KTT G-20

Cara Polos Wayan Polos Menakwilkan KTT G-20

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co