17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Perayaan Hari Ibu di Masjid Jami' Singaraja {foto: Harry Sumarsono]

Perayaan Hari Ibu di Masjid Jami' Singaraja {foto: Harry Sumarsono]

Hari Ibu di Masjid dan Hal yang Kemudian Kita Renungkan || Catatan dari Kampung di Singaraja

Agus Noval Rivaldi by Agus Noval Rivaldi
December 24, 2020
in Esai

22 Desember 2020, di Masjid Agung Jami’ Singaraja, ada sebuah acara pengajian. Acara ini bukan acara pengajian biasa, tapi dikaitkan dengan peringatan Hari Ibu.

Bagi saya ini menarik. Sebelumnya saya berpikir perayaan Hari Ibu jauh dari konteks keagamaan. Meskipun ibu adalah hal yang sangat besar dan sering dibahas dalam kitab dan hadist, tapi dalam praktik keseharian, kita sering luput mengkaitkan Hari Ibu dengan keagamaan.

Acara di Masjid Jami’ Singaraja mungkin tak bermaksud mengkait-kaitkan Hari Ibu dengan keagamaan, tapi lebih bertujuan untuk memberi ruang apresiasi kepada ibu dan wanita dalam perannya di rumah dan di lingkungan sekitar. Karena terbukti, saya kerap melihat pergerakan ibu-ibu dan wanita di lingkungan saya begitu aktif dalam melakukan berbagai peran social dan lain-lain, termasuk berperan besar di lingkungan masjid.  Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan oleh ibu-ibu di sekitar kampung saya, terkhusus di Kampung Kajanan Singaraja.

Perayaan Hari Ibu di Masjid Jami’ Singaraja [Foto Harry Sumarsono]

Hari Ibu

Berbicara soal Hari Ibu, maka tidak luput untuk kita ketika mendengarnya kemudian mempertanyakan kembali makna serta esensi dari perayaan Hari Ibu. Sering kali menganggap bahwa Hari Ibu adalah sebuah perayaan untuk memberi rasa pengungkapan kasih sayang ke ibu. Padahal jika ditarik ke belakang bahwa perayaan Hari Ibu ada sejarah penciptaanya, ternyata jika dicari sejarahnya terbentuk dari sebuah pemikiran presiden pertama Ir. Soekarno dalam memberi penghormatan kepada para pejuang pahlawan wanita. untuk menyeimbangkan para pahlawan lainya selain R.A Kartini, karena dianggap agar adil untuk pahlawan waita lain, maka dibentuk dan dibuatlah Hari Ibu ini.

Di Indonesia perayaan Hari Ibu dilaksanakan pada tanggal 22 Desember, berbeda dengan Hari Ibu di negara lainnya. Dengan demikian Hari Ibu termasuk Hari Ibu nasional tidak internasional. Maka dengan itu pasti ada sejarah panjang penciptaan dan latar belakang pemilihan tanggalnya. Saya sempat membaca di beberapa sumber seperti wikipedia dan magdalene.id, di kedua sumber tersebut saya menemukan ada hal yang menarik jika dipikirkan kembali.

Di sana saya menemukan bahwa ternyata terbentuk Hari Ibu adalah sebuah peringatan terkait gerakan perempuan yang pada waktu itu ada kongres perempuan nasional pertama pada masa kolonial Hindia-Belanda, gerakan perempuan semakin vokal dan progresi seiring diadakannya Kongres Perempuan pada tanggal 22-25 Desember di Yogyakarta tahun 1958. Yang dihadiri oleh 30 organisasi dari berbagai kota, kongres ini membahas berbagai isu mulai dari perkawinan anak, pendidikan, sampai kesehatan. Sekaligus menjadi peringatan Hari Ibu, tanggal ini dipilih untuk merayakan semangat perempuan Indonesia untuk memberdayakan perempuan dalam berbangsa.

Namun esensi dan semangat perayaan Hari Ibu yang progresif itu perlahan-lahan mulai pudar dan berubah saat rezim Orde Baru berkuasa. Ideologi negara yang mengesankan peran dalam perempuan sebagai istri atau ibu mulai diterapkan. Hal itu menyebabkan perayaan Hari Ibu malah berubah menjadi selebrasi peran domestik perempuan, bukan malah mendorong perempuan untuk berdaya. Begitu kira-kira rangkuman yang tertulis dari dua sumber tersebut.

Perayaan

Tetapi kali ini tujuan utama dalam pembahasannya bukan soal sejarah terciptanya Hari Ibu, yang lebih menarik adalah bagaimana peran ibu dan bagaimana macam-macam perayaan dalam memperingati hari tersebut. Banyak cara dalam memperingati Hari Ibu di berbagai wilayah Indonesia, ada yang merayakannya dengan lomba busana, perayaan potong tumpeng dalam organisasi ibu-ibu, dan salah satunya juga ada yang menarik di kampung saya yaitu pengajian dalam memperingati Hari Ibu di masjid. Ini menjadi menarik bagi saya karena hal tersebut termasuk baru dan tidak ada tertulis dalam kiab-kitab agama terdahulu, tetapi karena memperingati Hari Ibu nasional akhirnya menjadikan kita untuk mempertanayakan kedudukan ibu dalam keseharian serta hal lain di sekitarnya.

Perayaan Hari Ibu di Masjid Jami’ Singaraja [Foto Harry Sumarsono]

Mengenai perayaan Hari Ibu di Masjid Jami’ Singaraja, terdapat banyak hal yang bias direnungkan. Beberapa takmir cukup serius untuk menyiapkan perayaan ini, mulai dari menata ruangan masjid hingga menyiapkan hidangan dan sovenir untuk perayaan Hari Ibu. Para kaum adam mulai bersibuk untuk menyiapkan itu dari satu hari sebelum hari perayaan, perayaan tersebut juga mengundang seluruh ibu-ibu sekitar kampung baik yang dalam organisasi masyrakat dan individu.

Suasana perayaan begitu intim dan sangat kekeluargaan, acara berlangsung dari sehabis sholat maghrib yang diisi dengan tausiah pengajian tentang kedudukan ibu. Lalu dilanjut dengan menonton beberapa video pendek tentang beberapa hal yang bersangkutan dengan ibu.

Tapi ada beberapa hal yang harus juga dipikirkan kembali dalam perayaan bahwa tanpa sadar ada hal yang kecil tetapi jika dipikirkan ulang perlu juga pengadaptasian dalam perayaan Hari Ibu. Jika memang dalam hal ini ingin mengapresiasi kedudukan ibu, kenapa tidak totalitas dalam hal ini. Semisal pengisi tausiah atau pengajian yang membicarakan kedudukan ibu, saya rasa akan lebih menarik dan totalitas jika hal semacam itu juga diisi oleh ibu-ibu. Yang laki-laki khusus dalam hal persiapan acara.

Tetapi itu juga menjadi hal yang dipertimbangkan mengingat kedudukan perempuan hari ini masih dalam tataran hanya sebatas sebagai ibu rumah tangga. Jauh dari hal itu ada hal yang harusnya jauh dipikirkan yaitu kesetaraan antara wanita dan lelaki dalam hal berorganisasi dan membangun sebuah kelompok masyarakat. Seolah-olah tidak ada kepercayaan di dalam diri wanita dalam mengatur hal-hal yang biasa diatur oleh kaum laki. Apalagi perayaan tersebut hanya sehari, sebenarnya akan lebih totalitas jika hal lainya sekalian saja berikan pada kaum wanita. Tapi itu hanya kemungkinan bagi pandangan saya, tidak tahu kembali mungkin ada pandangan lain dalam menyusun itu bagi takmir.

Setidaknya karena mungkin hal yang pertama diselenggarakan ini menjadi hal menarik ke depannya tentang berpikir ulang soal kaum wanita dalam keseharian membangun menciptakan suatu lingkungan. Setidaknya pula ini menjadi awal dalam hal baru yang patut juga dipikirkan, mengingat banyak kegiatan yang sering dilakukan oleh kaum wanita di masjid. Terbukti, bahwa ternyata kaum wanita-pun memiliki sumber daya yang mempuni, tanpa tetap tidak terlepas bahwa kaum laki menjadi hal yang utama dalam segala hal. Mungkin terlalu jauh jika berbicara soal kesetaraan genre, mengingat banyak hal yang memang selalu menjadikan kaum lelaki adalah hal yang memang memimpin segala hal.

Tapi, secara umum, pada acara di Masjid Jami’ itu  memang membuat saya kagum, bagaimana masjid dipenuhi lebih banyak kaum wanita ketimbang kaum laki. Hal itu sedikit menyadarkan saya akan banyak hal salah satunya adalah pentingnya wanita. Apalagi ketika sholat isya’ berlangsung saya sedikit kagum akan apresiasi takmir dalam peryaan Hari Ibu, terbukti dari pembagian shaf baris sholat.

Pada hari biasanya ataupun dalam kegiatan apapun di masjid, biasanya ruangan untuk wanita terlihat lebih kecil dari pada lelaki. Kemarin yang terjadi di masjid lebih luas sha barisan sholat untuk wanita, yang membuat pikiran saya melompat memandang kejadian itu. Bagaimana kita hari ini memandang perempuan, dan bagaimana seharusnya kita memberikan hak-hak dalam memandang wanita. Walaupun tetap koridor ukuranya tidak melepaskan kaum lelaki sebagai imam dalam segala hal.

Tetapi karena ini adalah perayaan Hari Ibu nasional yang tidak pernah tertulis dalam kitab keagamaan, itu bisa menjadi hal yang patut kita pikirkan ulang kembali bagaimana caranya mengaitkan hal yang nasional ini dengan menggandeng pengetahuan agama. Maksudnya begini, semacam melihat dan mengambil kesempatan hal nasional ini lalu membawanya ke ranah keagamaan. Sekaligus menjadi sumber daya baru dalam membangun masyarakat serta fungsi wanita dalam bermasyarakat. Agar tidak hanya memiliki pemikiran bahwa wanita hanya sekedar mengurus rumah tangga, tetapi ada hal yang bisa juga dilakukan wanita dan itu saya yakin pasti juga bermanfaat untuk wanita tersebut menjalankan rumah tangga dan keluarga. Suasana Hari Ibu di masjid membuat saya kagum dan menimbulkan kesadaran dalam memandang wanita, tetapi apakah hal ini hanya terjadi ketika Hari Ibu saja atau setiap harinya? Mari kita renungkan. [T]

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Biasa dipanggil Aguk. Asal Singaraja, Buleleng. Semenjak tahun 2017, diajak kakaknya Heri Windi Anggara hijrah ke Denpasar biar ga kena pergaulan bebas. Kini aktif di Teater Kalangan.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Google Image
Opini

Korupsi : Harta Di Atas Martabat

  KORUPSI merupakan permasalahan laten yang seolah menjadi hal biasa di negeri ini. Sadar ataupun tidak, korupsi telah menjadi budaya ...

February 2, 2018
Pentas hasil proses Guyub Kalangan di acara Bali Yang Binal yang ke 8.
Esai

Bukan Bentuk Tubuh, Tapi Kesadaran Tubuh – Catatan Guyub Kalangan

Guyub Kalangan merupakan proses latihan keaktoran yang diberikan oleh Teater Kalangan. Proses latihannya dilakukan selama sebulan lebih. Latihan yang diberikan ...

July 30, 2019
Foto ilustrasi: FB/Hendra Enteriadi
Esai

Bekerjalah pada Pekerjaan yang dapat Membuat Anda Bahagia

“Ketika mengejar kekayaan atau karir jangan sampai mengorbankan kesehatan. Karena sebenar-benarnya, kesehatan adalah kekayaan yang paling berharga” -Richard Baker- ____ Kerja apa dikerjain? itu ...

September 12, 2019
Esai

Kamu Itu Daku

Kamu sama denganku. Sama-sama manusia yang lahir dari kandungan ibu dan kebingungan mencari ayah. Ibu adalah bumi, tempatmu berpijak. Ayah ...

October 1, 2019
Esai

Akankah Kita Kebal Setelah Infeksi, Imun Setelah Wabah?

Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus Corona baru atau SARS-Cov-2, kembali mengingatkan saya pada infeksi virus yang saya alami saat ...

April 9, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gus Bass [Foto dokumentasi penulis]
Esai

Gus Bass, Bumbu Sate dan Tempe | Catatan Orang Tua tentang Menu untuk Anak

by Gus Surya Bharata
January 17, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1349) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In