“Aku tak butuh teman yang berubah saat aku berubah dan mengangguk saat aku mengangguk. Bayanganku bisa melakukannya dengan lebih baik” –Plutarch–
Terbahak dalam hati di saat seorang seolah-oleh setuju dengan apa yang dilakukan oleh penguasadanawa. Seolah-olah setuju, padahal aku tersadar bahwa di balik semua itu hanyalah sabatas tipu muslihat, layaknya seorang artis papan atas yang mampu mengolah rasa, bahasa serta tingkahnya, agar nampak natural. Kita tahu, itu hanyalah kebohongan peran semata.
Ada kebutuhan lain tersembunyi dalam aksi mengangguk, tersenyum, bahkan sedia membungkuk dengan lirihnya. Aku tak tahu kebutuhan itu, sungguh!
Namun yang aku tahu, dia secara sadar telah merendahkan dirinya agar terhindar dari “kelaparan”. Tentunya ada pertanyaan yang menampar dalam benakku, “Nyamankah kalian hidup dalam kepura-puraan semu seperti itu? Apa bedanya kau dengan yang tidak hidup, jika hidupmu tidak hidup menjadi dirimu sendiri?”
Aku teringat bahwa lelaki jawa kuno pernah berkata padaku, bahwa untuk menjadikan dirimu sendiri “hidup” dalam dunia ini kau cukup bersikap seperti pendahulumu yang sederhana dan menerima apa yang ditawarkan oleh pertiwimu.
Lalu kenapa kebohongan peran ini sangat popular dan menjalar seperti telah menjadi persekongkolan aksi?
Menurut aku yang hanya abdi seorang punakawan rendahan ini, hal-hal tersebut dapat terjadi tentu karena arah perubahan yang drastis dan non sistematis, yang mana perubahan merupakan sesuatu yang memang terkadang menakutkan, bahkan ada air mata disertai kepedihan yang mengucur deras, membuat kita tidak nyaman, bingung, dan sulit untuk beradaptasi. Akan tetapi, perubahan dan waktu adalah hal yang abadi dan tidak dapat untuk dihindari.
Seringkali perubahan menjadi salah satu faktor utama mengapa perubahan terkadang datang tanpa kita sadari dan kita dituntut untuk menjadi seseorang yang mampu beradaptasi, dan karena perubahan tersebut orang-orang yang tak mampu untuk beradaptasi akan enggan untuk keluar dari tempurungnya dan menghalalkan segala cara demi kekenyangannya sendiri.
Orang-orang tersebut adalah yang selalu merasa lapar dan tidak pernah puas. Mereka akan selalu mematuhi dan mengikuti para penguasa danawadengan kekayaannya. Para makhluk nistaini sangat mudah dikenali, biasanya berwujud laki-laki, namun ada juga yang berwujud perempuan, cirinya sangat kentara, entah sadar atau tidak atau memang pura-pura bodoh. Mereka sesungguhnya terlihat jelas mulai dari kepribadiannya yang vulgar, hipokrit (banyak muka), ambisius yang tinggi dalam tatanan vokalisasi. Aku coba ibaratkan seperti “Kuluk Ngongkong Tuara Ngutgut”.
Memang iya betul seperti anjing yang mengongong namun tidak mengigit. Suaranya yang lantang, dengan nada yang tinggi tapi tak satupun pekerjaan terselesaikan, bahkan parahnya makhluk ini biasanya mengakui pekerjaan orang lain bahwa seolah-olah dialah yang berkeringat untuk pekerjaan tersebut. Dan tak dapat dipungkiri kembali, bahwa mereka bekerja bukan karena tugas dan kewajiban, tetapi karena pujian, uang, dan jabatan.
Mengapa aku sebutkan bahwa bayangan itu lebih baik? Jelas, karena tidak ada peniru yang lebih baik dari bayangan itu sendiri. Berhentilah berubah ke arah yang tidak menjadikan dirimu hidup sebagai pribadi dirimu sendiri dan jika kau masih bersikap seperti mahluk-mahluk nistatersebut, maka kau tidak akan pernah merasa nyaman dalam hidupmu, tak pernah merasa bebas dan merasakan benar-benar hidup, selalu terkungkung dalam langkah-langkah yang sama.
Jika kepercayaan diri menjadi masalah bagimu untuk hidup maka mulailah putuskan sulur-sulur hitam yang menjalar dalam penyimpangan etikamu. Sadarilah kekuatan, talenta, dan minat terbaik dalam dirimu dan jangan tergoda untuk mengurusi kelebihan dan kekuatan orang lain, mulailah untuk ikhlas dan terus belajar.
Pedalami sastra-sastra masa lalu yang penuh akan petuah hidup serta kosongkan ego, isi dengan diskusi komunikasi positif bersama orang-orang yang bahagia dengan kejujurannya, dan selalu ikhlas bekerja daripada apa yang diberikan kepadamu saat ini. Niscaya kau akan meraih sebuah hasil yang berlipat ganda pada masa yang mendatang, tidak perlu untuk lagi menjadi orang lain dalam hidupmu demi rasa nyaman tersebut.
Mulailah membuat komitmen hari ini untuk selalu memberikan yang terbaik, karena seperti kata Napoleon Hill, “Ia yang mengerjakan lebih dari apa yang dibayar, pada suatu saat akan dibayar lebih dari apa yang ia kerjakan” [T]