21 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas

Dalang Banyuning # Melacak Jejak Sejarah Seni Rupa dari Museum Buleleng [1]

Dewa Purwita Sukahet by Dewa Purwita Sukahet
January 19, 2020
in Khas
177
SHARES

Saya teringat dengan kata salah seorang sahabat yang ahli di bidang aksara tentang permuseuman bahwa “museum adalah cerminan bangsa” sambil menyeruput kopi yang dingin, waktu itu ia usai berkunjung ke Museum Nasional Indonesia yang penataan koleksinya masih agak kurang baik terutama pada penempatan arca. Sontak setelah ia mengatakan hal itu pikiran saya langsung membayangkan museum-museum di Bali, baik yang dikelola oleh pihak pemerintah provinsi, kabupaten/kota hingga swasta yang pernah saya kunjungi. Ya banyak hal yang tentunya harus dibenahi dari permuseuman di tanah yang katanya surga dewata ini, ya banyak hal.

Di balik segala hal kekurangan itu tidak sedikit hal mengejutkan kemudian saya jumpai, salah satunya di Museum Buleleng. Museum ini berdampingan dengan gedung terbuka Sasana Budaya, juga Gedong Kirtya di sebelah barat, dan di selatannya adalah Puri Gede Buleleng. Tahun 2014 lalu saya menjumpai repro foto arsip dari Leiden yang didisplay di dalam museum, yang mencuri perhatian saya adalah deretan repro foto lukisan yang setelah saya simak adalah pelukis Singaraja. Ada beberapa nama yang saya paling ingat adalah I Ketut Gede Singaraja yang kini jadi bahan riset saya dan Dalang Banyuning yang didokumentasikan oleh W.O.J Nieuwenkamp berangka tahun 1906.

Close Up repro foto Dalang Banyuning di Museum Buleleng 

Di bilik pertama di Museum Buleleng, terpaku pada sketsel sayap timur, potrait repro figur Dalang Banyuning dapat dijumpai. Berangka tahun 1906, Dalang Banyuning kira-kira telah berumur kira-kira 60-70 tahun dilihat dari air muka dan gestur tubuhnya, terlebih ketika membuka buku W.O.J Nieuwenkamp First Europan Artist in Bali yang ditulis oleh Bruce w. Carpenter, terdapat foto Nieuwenkamp yang duduk diatas dulang sedang memegang alat dan bahan gambar sedangkan Dalang Banyuning duduk di bawah sedang melukis gerabah.

Dari catatan Nieuwenkamp saya menjadi tahu bahwa perkembangan medium lukis di Singaraja pada awal abad 20 sudah merambah ke gerabah. Tentu saja berbarengan dengan itu warna yang dipergunakan mungkin tidak lagi dengan warna Bali, sebagaimana kita menyebut suku warna semacam mangsi, kencu, pere, dan lainnya yang direkatkan dengan lem ancur.

Sebagaimana Adrian Vickers dalam Balinese Painting and Drawing menyatakan bahwa awal mula lukisan Bali berevolusi dari induknya di Kamasan (lukisan wayang Kamasan) adalah sewaktu I Ketut Gede Singaraja mulai melukis dan mendapat sokongan alat dan bahan melukis dari Van der Tuuk, dan saya rasa evolusi seni lukis Bali di mulai dari Singaraja.

Dalang Banyuning tentu saja mengalami fase evolutif yang disebut masa eksperimental oleh Vickers yang dimotori oleh I Ketut Gede Singaraja pada medio 1800an. Dari arsip Nieuwenkamp, dapat dibaca jelas yang pertama tentu saja adalah medianya yang berupa gerabah.  Objeknya yang lebih tepat adalah gerabah dengan fungsi menyimpan uang atau celengan. Gambarnaya dalam foto repro menampilkan seorang laki-laki yang duduk dibawah sedang meminum air, dan pedangan wanita duduk di atas kursi sedang menyajikan makanan, dan latar belakangnya ditambahkan motif awon-awonan.

Foto W.O.J Nieuwenkamp bersama Dalang Banyuning dari buku W.O.J Nieuwenkamp First Europan Artist in Bali ditulis oleh Bruce W. Carpenter 

Kedua adalah cara Dalang Banyuning menyatakan lukisannya. Di samping repro foto lukisannya pada media celengan gerabah, terdapat lukisannya pada media kertas. Di sini dapat kita temukan barisan prajurit dengan membawa atribut seperti kober dan tombak berbaju merah dan putih berbintik, proporsi tubuh figur menunjukan proporsi pinggang hingga kaki yang lebih panjang. Tidak adanya objek lain di latar belakang, begitu juga jajaran waton (bebatuan) sebagaimana tradisi melukis di Kamasan.

melihat repro foto ini, seolah pandangan digiring untuk hanya fokus pada prajurit, menjadi narasi yang tunggal tanpa tambahan objek di tiap latarnya.

Ya, Museum Buleleng bagaimanapun juga memberikan saya pembelajaran mengenai sejarah seni rupa khususnya lukisan yang sempat berada pada puncak capaian artistiknya. Hal ini menjadi pengaya sejarah seni rupa Bali, akan tetapi realitasnya sungguh mengenaskan. Siapa yang mengetahuai keluarga Dalang Banyuning? Tidak ada yang tahu sekalipun bertanya di sepanjang jalan Gempol atau masuk ke gang—gang sempitnya, apalagi keluarga I Ketut Gede Singaraja? Makin parah tidak ada yang tahu bahwa Singaraja mempunyai pelukis hebat pada era Van der Tuuk.

Perubahan di Singaraja sangatlah dinamis, lima tahun saya studi di Singaraja merasakan ekstrimnya perubahan dalam sosio-kultural masayarakat. Jangankan pelukis yang bertahun 1800-1930an, tempat fotocopy yang seingat saya dulu kecil kemudian sempat berjaya di timur kampus bawah saja sebelum saya tamat sudah menunjukan gelagat akan tutup dan benar saja kini tak berbekas. Sebagaimana orang bijak mengatakan bahwa perubahan itu mutlak dan semoga saya bagian dari orang bijak itu, semoga, semoga, semogaaa.

Penarungan, Singaraja 2019

Tags: BudayabulelengDalangkebudayaanSeniSeni Rupa
Dewa Purwita Sukahet

Dewa Purwita Sukahet

Perupa, suka ngukur jalan, dan CaLis tanpa Tung

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha
Esai

Obrolan Mahasiswa Matematika dan Sales Obat: Apa Artinya Dosis 3×1?

Saya hendak membagikan sedikit catatan mengenai obrolan saya dengan seorang teman yang kebetulan saat ini bekerja menjadi seorang sales obat ...

April 24, 2020
Diskusi antara dosen dan mahasiswa di sebuah kantin kampus
Khas

Membicarakan “Kenapa Memilih Hukum” di Sudut Kantin Kampus

GENDUWIRASA, begitulah nama acara ngobrol bulanan yang dicetuskan oleh salah satu rekan kuliah saya di Universitas Panji Sakti Singaraja. Acara ...

November 26, 2018
Nyoman Erawan (2017)
Puisi

Angga Wijaya# Puisi: Penyair Terluka, Kenangan di Rumah Sakit Jiwa

. DIA DATANG SEHABIS HUJAN Di pintu ia menampakkan diri Malaikat maut menjemput ajal Kulihat ayah tersengal, nafasnya putus-putus. Ibu ...

February 2, 2018
Ulasan

Pemimpin Sejati Berguru pada Alam Raya – Ulasan Buku Anand Krishna

  Judul Buku  : Ananda’s Neo Self-Leadership, Seni Memimpin Diri  bagi Orang Modern Pengarang   : Anand Krishna Halaman   ...

February 2, 2018
Dok: Sekali Pentas
Esai

Arjuna, Bima, Karna, dan Antek-anteknya –Catatan Sie Artistik

"Bro, garapan Sukreni ini khe artistiknya yaa, alih be anak-anak ani ajak kau megae." begitu ucap sutradara (I Wayan Sumahardika). ...

February 26, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Foto : Dok. Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan
Acara

Lomba Tari Bali dan Lomba Busana | Festival Budaya XI Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan

by tatkala
January 20, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

KEMUNCULAN SERIRIT DALAM PETA BALI UTARA | Kilas Balik Kemunculan Desa-Desa Bulelang Barat

by Sugi Lanus
January 21, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1354) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In