27 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Sastra, Membawa Tuhan untuk Kita Semua

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
May 18, 2019
in Esai
50
SHARES

Hanya lewat sastra dan seni kita dapat becanda dengan Tuhan. Hanya dengan filsafat kita jadi kaya pandang. Seberapa perlunya dengan Tuhan kita becanda? Tidakkah kita kebingungan dengan pandangan yang beraneka?

Becanda dengan Tuhan adalah capaian tertinggi dalam hidup manusia. Ia melampaui capaian seseorang yang sudah meraih doktor atau profesor. Kenapa demikian? Karena sampai saat ini belum ada yang melakukan penelitian tentang Tuhan dan mendapatkan S3 dari sana. Tuhan, menurut tafsir agama yang lebih nyaring kita dengar, sedemikian sakralnya, sebegitu jauhnya, hingga untuk menemuinya manusia harus menggapai gunung yang tinggi, samudera yang luas atau kuil terpencil juga tempat pemujaan di negeri lain nan jauh.

Bagaimana kita mau becanda dengan-Nya jika situasinya demikian?

Maka rasa jarak yang jauh antara manusia dengan Tuhan pun telah membuat jarak manusia dengan sesama manusia kian bertambah jauh pula. Karena kita harus bertarung untuk merebut perhatiannya. Semakin banyak pesaing semakin sedikit sayang Tuhan untuk kita. Lalu, patutlah orang-orang itu kita binasakan. Hanya dengan demikian, Tuhan akan menjadi milik kita, bukan kepunyaan mereka. Untuk itu manusia butuh modal kebencian, kecemburuan, rasa takut dan kebengisan untuk menyingkirkan yang lain.

Ya mereka harus direnggutkan dari muka bumi, jika tidak, Tuhan akan jatuh dalam pelukan mereka.  

“Ku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno
Tiada tanda apa saja di dalam-Nya
Nuju ke pegunungan Herat kumelangkah
Dan ke Kandahar kumemandang
Dia tak di dataran tinggi
Tak pula di dataran rendah

Ku pergi ke puncak gunung Kaf yang menakjubkan
Yang ada Cuma tenpat tinggal burung Anqa
Kutanya pula Bu Ali Sina, tiada jawaban, sama saja

Ku pergi ke Kakbah di Mekkah
Dia tak disana
Lalu kejenguk dalam hatiku sendiri
Di situ kulihat diri-Nya
Di situ, tak di tempat lain”

(Jalaluddin Rumi)

Untaian kata-kata indah ini tertera pada sampul belakang album kedua band Enigma (1994) bertajuk The Cross Of Changes. Membuat kita terperangah dan takjub. Seakan-akan pujangga besar itu ingin melontarkan pertanyaan, “Apa yang engkau lakukan saat berdoa atau saat sembahyang? Menemui Tuhan? Bagaimana rasanya bertemu dengan-Nya? Bagaimana tampaknya?”

Mari coba kita jawab dan jelaskan. Saat kita memutuskan untuk berdoa, kita akan menutup mata kita. Sebagian orang akan menciptakan hening dalam kesendirian di tempat yang sepi. Namun setidaknya, menutup mata dan “meninggalkan sekitar”, hanya bersama diri sendiri. Kita berpisah dulu dengan istri tercinta dan anak tersayang. Juga sahabat-sahabat karib, sementara kita lupakan. Jangan-jangan, mungkin juga selingkuhan kita, mau tak mau harus kita campakkan saja dulu. Juga dengan mobil atau properti lain yang telah merawat image kita selama ini.

Semua kita lepaskan. Hanya ada pikiran yang kosong, desau nafas kita dan tubuh ini yang kian ringan. Saat semua penghalang hidup telah kita enyahkan, walau sesaat, kita perlahan dapat menemui secara utuh dan jujur diri kita sendiri, jati diri kita. Terekam dengan jelas bagai video dalam kamera 40 megapixel yang jernih dan detail. Kejernihan hanya milik Tuhan.

Lalu terpampanglah, hal-hal baik apa yang telah kita perbuat di hari itu. Tersenyum, membantu orang miskin, melayani pelanggan dengan baik. Atau, dosa apa saja yang telah kita lumurkan. Sinis, dengki, fitnah, intimidasi, berselingkuh? Hanya Tuhan yang dapat melihatnya dengan jelas. Maka, saat berdoa atau saat sembahyang kita sejatinya melakukan hal yang sedemikian sederhana. Menemui diri sendiri. Karena kitalah Tuhan itu. Astaga, kita semua adalah Tuhan!


BACA KOLOM DOKTER ARYA NUGRAHA

DI SINI….


Pantaslah orang-orang bijak lalu bertututur, hati manusialah kuil tempat Tuhan itu bersemayam. Hingga setiap orang harus menjaga kebersihan “kuil-kuil”-nya tersebut. Konon, kata-kata yang keluar dari kuil yang suci itu akan masuk ke dalam hati yang mendengarnya, namun kata-kata yang datang dari lisan hanya akan sampai pada pendengaran.

Terimakasih sastra, telah mengantarkan Sang Maha Sempurna ke singgasananya di setiap hati insan, hingga kita boleh becanda dengan-Nya dalam kehangatan rindu yang tiada berujung. [T]

Tags: agamaPuisirenungansastraTuhan
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Esai

Kepada Darma Putra: Aku Pasti Pulang

Membaca tulisan penulis muda berbakat asal Bangli yang sekaligus sahabat baik saya, IGA Darma Putra, yang berjudul "Kepada Alit Joule, ...

March 31, 2020
Ilustrasi: Dek Omo
Opini

Karena Bahasa, Turis Bisa Bayangkan Salak Sebagai Ular

Bahasa menunjukkan bangsa. Itu peribahasa yang akrab saya dengar di Sekolah Dasar dulu yang bertahun-tahun kemudian saya amini kebenarannya. Kultur ...

February 2, 2018
Foto-foto: koleksi penulis
Perjalanan

Dari Singaraja ke Kaohsiung: Menembus Batas Menembus Nalar

Kaohsiung adalah kota terbesar kedua di Taiwan setelah Taipe. Di kota itulah saya berada, awal Juni 2016. Seperti sebuah mimpi, ...

February 2, 2018
Esai

Hormat

KOPLAK berkali-kali memutar nomor telpon anak perempuan semata wayangnya, Ni Luh Putu Kemitir dengan tangan yang gemetar, dan detak jantung ...

February 19, 2018
Cuplikan "Memanen Hujan Trailer" di Youtube
Acara

“Memanen Hujan”, Membagi Narasi Kecil Sebelum Ditelan Pesta Kembang Api Akhir Tahun.

Kalender tahun 2018 telah memasuki lembar terakhir, namun tidak banyak hujan yang turun tahun ini. Buku SD jaman dahulu yang ...

December 17, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Hilangnya Peran Notaris Dalam Pendirian PT UMKM

by I Made Pria Dharsana
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In