23 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Puisi
Lukisan: Nyoman Wirata

Lukisan: Nyoman Wirata

Nyoman Wirata# Puisi: Aku Memungut Bendera dan Air Mata Seekor Elang

Nyoman Wirata by Nyoman Wirata
February 2, 2018
in Puisi
19
SHARES

.
AKU MEMUNGUT BENDERA DAN AIR MATA SEEKOR ELANG

Pagi ini aku memungut airmata seekor elang
Kukira kesedihan
Sebab luka menganga
Tapi tak bersua di sana sebab luka
Tak ada hubungannya dengan air mata
Pagi ini aku memungut bendera di ruas jalan
Dimana orang sering lupa ke tujuan semula
Mencari arah
Sesudah pesta raya
Kebun bunga dan rumput terinjak
Seekor elang yang patah satu sayapnya
Dan seekor merpati menyapanya: apa
Engkau akan pulang atau
Terus melawan? Dan
Akupun memungut sajak
Ketika elang menjawab :
Kemerdekaan itu tak mengenal rumah dan cinta
Jika rumah dan cinta adalah tali pengikat
Kemerdekaan itu tanpa bendera
Jika bendera adalah tali pengikat
Karena peristiwa terus bergerak bebas dari yang dikenal
Dan aku ucapkan selamat tinggal
Tanpa kata perpisahan
Dan aku memungut cahaya perlawanan di matanya
Dan aku memungut rindu yang mengagumkan
Di tengah rasa masgul
Sebab aku adalah rumput rasa masgulpun merambat
Ke relung sepi yang berapi
Ke slogan yang terbaca berulang ulang
Ke kata kata yang terpelanting .Ke
Warna warni bendera
Yang membuat debar jantung makin kencang
Sebab aku adalah rumpun bambu
Rasa masgul membakar
Tapi rumput dan bambu
Akan selalu tumbuh sebab
Tak pernah lunas api membakar
Sebab peristiwa dan tindakan akan menguji kesetiaan
Maka jawablah setiap pertanyaan
Apakah kemiskinan akan terus menelanjangi
Apakah rumah rumah sakit dapat menampung yang sekarat
Mengubah wabah di sanitasi yang buruk
Sebab air bersih bercampur lumpur terpaksa diminum
Dan anak anak tak sempat duduk di bangku sekolah
Dan sebagai burung
Semoga tak terusir dari sawah pujaan dan asing
Dari tanah mengandung sejarah nenek moyangnya

9.01.2018.
Perumnas MunangManingNung.

SORE YANG BASAH ADALAH BURUNG BERSAYAP LEMBAB

Sore yang basah
adalah burung bersayap lembab
dan lebar
Sore yang serakah
Dan siang merasa kehilangan
bagian tubuhnya
Lalu keinginan ingin cepat pulih
menjadi pagi
Sedangkan gelap baru memulai
Memasuki ranjang tidurnya
Tapi kata takan pernah lelap
Kata dan kesunyian
adalah berkah
bukan pengasingan
Sore yang mengetuk kegelisahan
Setiap sore adalah jantung yang berdebar
Di sebuah tempat
Panggung calonarang disiapkan
Siapa yang akan menjadi apa
Namun sunyi punya alasan
mementaskan peristiwa
Dan terlibatlah
Menari ,menyanyi
Sebab kesunyian bukan pengasingan
Sebab
Tubuh adalah pasar raya
Dihuni tengkulak pedagang
Dan tempat para pertapa
Sore yang ramah
Membuka pintu di sekujur tubuhnya
Lorong lorong yang merindukan cahaya
Aku juga merindukannya
Gugusan api di setiap mata angin
Dan di tengah bersinggasana
Memutar jagat raya sunyi
Tanpa mahkota
Tak berusaha jadi cendikia
Hanya kemalangan merestui ingatan:
Hambatan terbesarmu
Adalah kematian
Sore yang galau
Karena disinggahi burung gagak
Kematian yang paling menakutkan
Ketika kehidupan masih menyimpan mesiu
Sore yang indah
Adalah burung bersayap lebar dan lembab
Menukik ke dalam rahasia hati
Menenggelam dalam telaga riuh
Untuk menghirup rasa sunyinya
Lalu menjelma sajak sajak
Yang menikmati kemerdekaannya
Sore yang telanjang
Minta dibuahi
Melalui persenggamaan

14.01.2018.
Perumnas MunangManingNung.

SUNYI BÙKAN PENGASINGAN

Sunyi tak memiliki tempat khusus
Tanpa ruang tunggu
Seperti ruang praktik para dokter
Kebijakannya
Tak pernah bersekutu
Atau berseteru
Kastanya adalah melayani
Mantranya suara suksma
Berkelana di sepanjang abad
Tanpa upacara dan perayaan
Pintu masuknya
pintu rendahhati
Di tubuh yang berlari
Di tubuh yang tersakiti
Jika pengasingan
Menjauh dari huruhara
Hanya alasan
Kehilangan keberanian
Dan tantangan
Adalah peristiwa sehari-hari
Yang meminta kepastian
Tindakan yang tak harus sempurna
Sebab kesunyian
Akan menyempurnakan
Seekor ular belang
Berkubang dalam jiwa
Seekor singa di belantara
Hiu bercula di samudra
Sunyi dengan wajah merunduk
Menyalami semua
Yang bermukim di tubuh
Kau kehilangan
Rasa sunyimu
Lalu berlari ke dalam pengasingan
Jika pasar adalah tubuhmu
Kemana sunyi kau cari
Jika wujudnya sepenggal dalam kalimat
Dingin kehilangan cahaya
Bagaimana menghidupkan kematian

14.01.2018
MunangManingNung

PAPUA

Aku belajar
membaca peristiwa
Anak anak memberiku sayap
Ibu ibu memberi air mata
Ladang dan pohon sagu
Memberi harapan
Hutan perburuan memberi
Kebijakan alam
Kian terberangus
Kelaparan
Dan kurang gizi
Cukup membuat kita kembali ke asal
Dimana perjanjian bathin
Awalnya ditandatangani
Beserta riuhnya janji
Aku membaca
air matamu ibu
Sejak masa sulit melahirkan
dengan rasa sakit
Kemudian terisak
Menatap yang lahir
Aku membaca
Bulan mati di penanggalan besok
Malam ini kami terjaga
Merenungkan hutanmu
Perburuan
Dan belantaramu
Dan akankah tiba anak anakmu si pemburu
pada ladang ladang sagu
Pohon kehidupan yang rimbun
Berbunga berbuah
Aku
Merenung tentang akar dan tujuan
Atau
Seberapa lama keadaan
Seperti dahan dan ranting
Kelopak daun
mengering
Kemudian desah dan wajahmu
Memudar
Kemudian dilupakan
Dalam jejalan peristiwa riuh
Perebutan takhta di pusat pusat kota
Karena kalian jauh tak terjangkau
Oleh janji janji
Namun apa yang dekat yang tersekat
Dalam himpitan
Tergapai
Kami sediakan takhta
Bagi kekuasaan
Yang bakal kami pilih nanti
Apakah
Yang dekat tergapai
Yang jauh dipelosok akan tercapai
Hingga tak tersiar
Jadi kabar menyakitkan
Aku memungut kertas kertas bisu
Dengan potret wajah para ksatriya
Yang menang
Dan yang kalah
Aku akan belajar membacamu
Dalam setiap peristiwa
Apakah kalian akan terus hadir
Menafkahi bhatin dengan luka
Memulyakan kehidupan adalah
Cara terindah ketika
Orang orang merasa tak ditinggalkan
Lapar
Sesudah pesta usai

15.01.2018

DARI JENDELA

Dari jendela teratak
Ada warna pink memudar,memberat berangkat
Ke tanah berpijak
Pohon cinta yang lahir dari usia
Dimana kita bertemu
Sewaktumu masih muda
Baru belajar berbunga
Ingin membuah
Dan itu kemudian terjadi
Bersama reranting yang patah tumbuh berganti
Akar tunjang
Menyerabut ke rumah sujud
Dari jendela teratak urban senantiasa berpeluh
Pohon pohon menunggu hujan
Panas terik
Tapi bunga tetap tumbuh
Makin tua pohonnya makin pekat warnanya
Kecuali jika
Menjelang luruh
Tentu memudar
Tapi cinta
Tak pernah peduli
Tentang warna
Hanya tentang akar

17.01.2018.
Perumnas MunangManingNung.

KISAH PARA PEMULUNG KOTA

Di fb aku memungut:
Kotaku lari pagi
Bersih bersolek rapi
Melukis alis dan bibir
Warna hijau
Di wajahnya

Aku memungut kota
Yang tak bisa menangis
Padahal air mata perlu
Untuk membersihkan hati
Dari pada marah
Penyebab darah membuncah

Dan kalimat itu bikinan para rahib
Kalimat lain kutemui di bibirmu,kota
Lupakanlah
Hati yang sulit bersih
Karena beku
Tak memiliki air
Barangkali juga mata

Di fb aku memungut kota : kota adalah
Taman dan pohon-pohon menari
Sekalipun bunga-bunganya luruh
Akar-akar kering
Ia tak pernah menangis

Dan kupungut juga seratus mata
Sebab kupikir
Kini bukan hanya persoalan mata
Hanya milik kepala
Adalah karena
Tanggul tanggul sungai yang menyempit
Rumah rumah orang kalah
Lalulintas macet karena melawan arus
Genangan pikiran menyempit dan
Warna hijau lumut di lumpurnya
Luapan emosi yang meledakkan sampah plastik
Bunga busuk menyengat
Sesudah ritual panjang

Di fb aku memungut , batu
Kulempar di telaga taman kota
Plung
Ikan-ikan besar tercengang gagap
Ikan-ikan kecil ambyar

Memikirkan wajahmu
Aku merasa engkau selalu remaja
Penuh fantasi
Suka bersolek

Aku memungut seonggok foto telanjang di fb
Naluri laki lakiku ternyata liar
Memberi perintah mataku
Untuk memeluk
Ah kotalah yang mengajariku agar santun
Tapi juga liar
Seperti sungai berlimbah
Tanggul tanggulnya mudah roboh
Sehingga orang-orang berkata:
Cinta, alirkanlah kesetiaan bersamamu,sebab
Kota adalah reinkarnasi para penyihir

11.2017

Tags: Puisi
Nyoman Wirata

Nyoman Wirata

Pelukis, penyair, pensiunan guru. Tinggal di Denpasar

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ilustrasi foto by Deuh Rendra Home Production
Esai

Api Cinta di Dasar Hati || Prihal Cinta Sejati dalam Sastra Bali

Dulu, ketika belum ditemukan handphone, apalagi WhatsApp, Facebook dan sejenisnya, para remaja, teruna-teruni, atau ABG, menggunakan berbagai cara dan metode ...

January 4, 2021
ILustrasi diolah dari sumber gambar Google
Esai

Penonton Setia InstaStory Si Dia #Cerita Miris Jomblo Akut

Jaman sekarang sangat berdosa bila remaja dan anak muda seperti saya tidak memiliki gadget yang bisa dipakai untuk membuat dan ...

November 20, 2019
Foto: miniatur pesawat/Bukalapak
Opini

Bandara Bali Utara: Apakah Ide Baik?

Katanya pemerataan pembangunan yang akan memudahkan masyarakat, tapi kenapa nyatanya menyulitkan? Katanya untuk mencegah masalah lalu lintas udara, tapi kenapa ...

November 7, 2019
Ilustrasi Foto Mursal Buyung
Puisi

Puisi-puisi Angga Wijaya || Menulis Halusinasi, Pada Kopi Aku Percaya

Ramadhan, Hari Kesepuluh Menggapai-Mu di malam hening Ayat kudengar merdu di telinga Tutupi luka di sekujur tubuhku Masa lalu terasa ...

May 31, 2020
Ptu Resik, putri maestro tari dan tabuh Gde Manik, saat dikunjungi pejabat Dinas Sosial Buleleng. /Foto: Kardian
Esai

Putri Maestro Gde Manik Miskin – Apakah Tari Teruna Jaya Tak Menghasilkan Royalti?

  SIAPA yang tak tahu nama besar Gde Manik? Ia maestro tari dan karawitan asal Desa Jagaraga, Buleleng. Sudah lama ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

KEMUNCULAN SERIRIT DALAM PETA BALI UTARA | Kilas Balik Kemunculan Desa-Desa Buleleng Barat

by Sugi Lanus
January 22, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1354) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In