15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pelacur Prita dan Yang Tersembunyi di Laci Meja

Ahmad Anif AlhakibyAhmad Anif Alhaki
February 2, 2018
inCerpen

Ilustrasi: IB Pandit Parastu

46
SHARES

 

Cerpen: Ahmad Anif Alhaki

MALAM semakin sepi, tapi kebisingan masih saja berlanjut. Sumpah-serapah bergema di segala penjuru. Tanpa bising itu, bagi Prita, sungguh akan terasa asing di telinga.

Malam sudah menunjukkan pukul 00.00. Prita sudah selesai berdandan. Bibir merah gincu, wajah putih bersih, betis mulus, pakaian seksi, payudara besar, pinggang ramping, bokong padat berisi, dan bersepatu tinggi tumit.

Prita sampai di tempat tujuan. Tak perlu waktu lama berjalan, karena jarak rumah tinggalnya dengan tempat tujuan hanya beberapa meter saja. Seperti biasanya, kedatangan Prita selalu disambut oleh suara yang tak lain lagi bagi telinganya.

“Anak-anak usia tujuh-belas tahun ke bawah silakan pulang!”

Suara itu bersumber dari seberang rel kereta, di sanalah tempat Prita bekerja, sebagai pelacur. Kedatangan Prita bagaikan umpan daging paha bagi singa jantan. Ia yang tengah menyadarinya pun melenggak-lenggokkan panggul kala menyeberang rel kereta, hal itu terlihat karena dibias temaram bulan dan lampu-lampu warung sekitar rel.

“Hei, kontol-kontol sudah pada menunggumu!” ucap Tika, teman Prita yang juga berprofesi sebagai pelacur.

“Malam ini tiga kontol saja cukup!” jawab Prita.

“Lho, kenapa? Pepekmu bermasalah?” tanya Lastri yang juga berprofesi sebagai pelacur.

“Tidak, di rumah anakku sedang sakit!”

“Biarkan saja anakmu, nanti juga akan sembuh sendiri. Tidak usah terlalu diurus, ngerepotin!” sela Tika.

“Jaga tuh mulut! Jangan asal ceplas-ceplos. Urus saja tuh susumu, kecil begitu mana ada yang mau,” tangkis Prita.

Prita berlalu meninggalkan Tika dan Lastri. Berselang waktu singkat, seorang lelaki berkumis melambaikan tangan, Prita menghampiri. Tak ada muncikari, hanya saja dengan kode identik para lelaki pengunjung memberi isyarat memanggil.

Setelah sedikit berbincang, kesepakatan antara keduanya sudah jadi. Prita berlalu dengan perjanjian kamar nomor delapan, karena kamar itu adalah kamar rentalan Prita saban malam kala bekerja. Selang waktu singkat lelaki berkumis pun menuju kamar nomor delapan.

Di dalam kamar, Prita dan lelaki berkumis tengah bercium bibir. Lelaki itu menjilat sekujur tubuh Prita. Kenikmatan keduanya berlarut dengan desahan. Seusai penat menjilat, lelaki berkumis itu membuka semua pakaian yang membalut di tubuhnya.

Ranjang bergoyang, suara mendesah-desah. Lelaki itu semakin gesit, ayunan pinggang semakin kencang bagaikan tusuk-tusuk jarum mesin jahit. Lelaki itu larut dalam kenikmatan. Bercinta hina usai sudah. Lelaki berkumis mengenakan pakaiannya kembali, dan tanpa sapa ia berlalu pergi. Prita pun kembali berpakaian, dan berdandan.

Di atas meja samping tas Prita tergeletak selembar uang merah, seratus-ribu rupiah. Ia masukkan uang itu ke dalam tasnya, lalu keluar kembali untuk mencari mangsa yang akan memangsa. Tidak perlu waktu lama, selang belasan menit saja berlenggok panggul di areal rel kereta, lelaki lain pun datang menawar harga. Tapi Prita sudah tetapkan: tanpa kurang, dan boleh lebih, seratus-ribu rupiah untuk sekali main.

Sesuai target, sudah tiga lelaki menikmati tubuh Prita malam ini. Malam semakin larut, pukul 03.00, dan patut sudah dibilang pagi. Tanpa alasan lain, Prita melangkah meninggalkan tempat pelesiran. Dua-ratus-ribu rupiah sudah di dalam tas sandangnya, berkurang seratus-ribu rupiah sebagai pembayar rentalan kamar. Dengan kerisian hati ia berlalu.

Tidak lama berjalan, ia pun sampai di depan rumah tempat tinggalnya. Di dalam rumah buluk itu, ia dapati anaknya; Nabila sedang duduk di atas ranjang. Prita heran, karena sewaktu ia pergi dari rumah Nabila sedang tertidur. Ia dekati anaknya, terlihat jelas Nabila sedang menangis sedu.

“Kenapa menangis?” tanya Prita pada anaknya.

“Aku takut, Bu!” jawab Nabila sambil terisak.

“Takut apa? Tak ada hantu!”

“Aku selalu sendiri setiap malam. Ibu ke mana aja!” protes Nabila dengan kesal.

“Jangan tanya, aku keluar bekerja untuk hidupmu, hidup kita! Kamu tidak perlu tanya lain-lain, kamu harus istirahat, besok siang kita harus ke dokter. Aku sudah ada uang cukup untuk itu,” balas Prita pada anaknya.

Seusai mandi, Prita mengenakkan pakaian tidur, dan ia berbaring di samping Nabila. Ia rasai kening anaknya yang panas. Penyakit jantung yang bersarang di dalam tubuh Nabila menjadi sumber keresahan baginya.

Nabila memeluk tubuh Prita, ia terlihat amat sayang pada ibunya walau pun tadinya kesal. Prita pun tak bisa elakkan pengartian itu, ia balas rangkulan anaknya. Prita merasakan sembilu rimba yang menyayat-nyayat di kedalaman kalbunya. Kerena ia menyadari Nabila masih belum tertidur, ia pun meraung tangis ke dasar hati. Tangis yang bisu. Rasa ngilu teramat pedih yang ia tanggung. Nabila juga di tengah-tengah keresahan itu.

Prita begitu peka pada keresahan anaknya. Ia tidak paksa Nabila untuk tidur meski esok siang akan ke dokter. Sesisa waktu malam, atas permintaan Nabila ia bungkus waktu dalam cerita:

“Ada seorang wanita yang tersesat di tengah hutan duri. Ia tidak mampu keluar dari sana. Lama sudah duri-duri menancap di sekujur tubuhnya, dia tidak bisa mencabut duri itu, termasuk yang di telapak kakinya sendiri. Ia berjalan dan terus berjalan, ia semakin tersesat. Sebelum pagi datang membawa surya, ia akan ma…”

“Apa dia tidak sakit, Bu?” Nabila memotong cerita Prita.

“Iya, dia merasa sangat sakit. Tapi ada orang yang membuat dia tidak sakit!”

“Siapa, Bu? Orang itu pasti panggeran Surya!” ucap Nabila.

“Oh, tidak!!”

“Lalu siapa?”

“Orang itu adalah kamu!” jawab Prita.

“Ha! Di sana kan tidak ada aku, Bu,” sela Nabila.

“Iya, kamu tidak ada di sana, dan tidak boleh masuk ke sana!” ucap Prita.

Tak peduli duri yang menancap, luka, dan rasa sakit. Hal itu tak penting bagi Prita, karena dia adalah tulang punggung. Yang terpenting baginya, bagaimana Nabila dan dirinya bisa makan, Nabila bisa sekolah, bisa berobat saat sakit, dan bisa memberi sedikit jajan untuk anaknya.

Nabila sudah tertidur. Prita memperbaiki posisi anaknya, lalu mencium kening Nabila. Di atas meja jam sudah menunjukkan pukul 05.00. Prita bangkit, dan berjalan menuju meja itu. Ia tarik laci pada meja, ia ambil obat-obatan pribadinya. Obat itu masih di dalam bungkusannya yang utuh. Dengan segelas air putih obat tersebut ditelannya.

Sehabis menelan obat dengan air, Prita termangu melihat bungkusan obat itu. Seketika terngiang olehnya perkataan dokter seminggu yang lalu, “Obat ini hanya dapat membendung rasa sakit, bukan untuk menyembuhkan! Sampai sekarang belum ada obat yang dapat menyambuhkan penyakit ibu!”

Air mata tak tertahankan, ia menangis. Bukan nyawa yang akan meninggal badan yang dia cemaskan, melainkan dia yang akan meninggalkan Nabila. (T)

Tags: Cerpen
Previous Post

7 Pria, 4 Babak, 1 Marlina – Ulasan Film

Next Post

Sekar Sumawur: Dialog Kosong tentang Laut yang Tak Selamanya Asin

Ahmad Anif Alhaki

Ahmad Anif Alhaki

Biasa dipanggil Anif. Lahir di Sumatera Barat. Saat ini berstatus sebagai mahasiswa di jurusan Penidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali. Tak tahu hobinya apa, tapi merasa senang menulis.

Next Post

Sekar Sumawur: Dialog Kosong tentang Laut yang Tak Selamanya Asin

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co