Cerpen: Yusna Safitri
BINTANG, pantai, dan kamu: tiga hal kesukaanku. Kencangnya angin malam tak membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidurku. “22.30 WITA”
“Pantai yuk,” ajaknya
“Hah? Jam segini? Mau apa?”
“Jalan-jalan aja, yuk!”
Kau mengetuk pintu kamar dan mengajakku pergi tiba-tiba. Sontak aku terkejut mendengar ajakanmu. Ya, aku hanya gadis rumahan biasa yang tak pernah mendapat izin untuk keluar malam, apalagi dengan seorang lelaki. Dan larangan dari orang tua membuatku selalu takut untuk melanggarnya. Ditambah lagi dengan kondisi memiliki seorang Ayah yang tak pernah mengizinkan anak gadisnya untuk berdekatan dengan lelaki manapun. Jujur, aku cukup terbebani dengan larangan itu.
Maaf ayah, karena aku mulai tak patuh. Larangan dari orang tua tak berlaku lagi semenjak aku tinggal seorang sendiri. Aku pergi semauku tanpa harus berpamitan kepada kedua orang tua, tapi tak perlu dikhawatirkan.. aku paling jago untuk menjaga diriku sendiri.
Malam itu, kau, lelaki yang cukup lama berdekatan denganku mengabulkan segala keinginan yang belum aku capai sebelumnya. Kau mengabulkan segalanya tanpa perlu aku katakan. Dan aku rasa, kita memiliki kontak batin yang sangat kuat tanpa disadari. Lampu-lampu malam di pinggiran bukit membuatku berdecak kagum. Sunyi dan bercahaya di dalam gelapnya malam.
Aku memelukmu erat, memandangi indahnya lampu-lampu di pinggiran bukit, dan menikmati dinginnya angin malam seraya mengucapkan terimakasih karena telah menculikku malam itu. Satu keinginan sudah terkabulkan. Dan aku, bahagia.
Malam itu, kau melayani pemintaanku tanpa mengajukan protes sedikitpun. Semacam ojek pribadi, kau mengantarku ke manapun aku mau. Menceritakan segala hal yang belum kuketahui dan membuatku tertawa lepas.
Kau tahu? Candaan-candaan kecil darimu semakin membuatku menginginkanmu. Aku tak butuh tempat-tempat mewah, mengitari kota berduaan dengan duduk berdampingan, atau makanan mahal. Berdua dan menikmati malam bersamamu sambil berkeliling kota telah membuat hariku istimewa. Dan aku harap, aku akan selalu bisa menikmati indahnya malam berdua, dan tentu saja bersamamu.
Tak hanya satu keinginan yang kau kabulkan, namun tiga sekaligus. Keinginan yang sangat-sangat aku harapkan, dan Tuhan mengirimkan salah satu makhluknya untuk mengabulkan segala keinginanku itu. Aku tak tahu bagaimana caraku berterimakasih pada Tuhan saat itu. Ya, semacam… Tuhan tak memperdulikan sebanyak apa dosa yang telah kuperbuat, namun Ia tetap memberikan apa yang aku inginkan.
Senang bercampur haru. Tak sampai di situ, setelah puas memanjakan mata dengan lampu-lampu malam, kau membawaku ke salah satu pantai di daerah Singaraja. Ya, aku memang sering ke pantai itu, namun di tengah malam seperti itu sama sekali belum pernah aku rasakan.
Indahnya bintang-bintang yang menghiasi langit malam, tak terkalahkan oleh dinginnya udara pantai yang menusuk tulangku. Di pantai itu, aku menceritakan segalanya kepadamu. Menceritakan sifatku, kesukaanku, hobi, dan tentu saja pengalaman-pengalaman yang pernah aku jalani, entah itu baik ataupun buruk.
Sama sepertiku, kau pun menceritakan segalanya tentang dirimu. Ya, aku memang sempat terkejut mendengar cerita masa lalumu, namun jelas aku sangat pandai menyembunyikan perasaan itu.
“Kamu sayang sama aku, ngga?” tanyamu tiba-tiba.
Aku melongo, itu pertanyaanku dalam hati tiga detik yang lalu sebelum kau mempertanyakannya kembali padaku. Aku cukup terkejut, apakah kau bisa membaca pikiranku? Aku tak tahu harus merespon dengan cara seperti apa. Namun…
“Kamu sendiri gimana sama aku?” tanyaku balik. Ciiaaaatt pertanyaan bodoh.
“Aku sayang sama kamu. Aku nyaman,”
Namun pertanyaan bodoh itu membawaku ke dalam keadaan yang semakin baik. Ya, kami saling mengungkapkan perasaan masing-masing, perasaan yang selama ini kami pendam. Perasaan bahwa aku menyanyangimu dan takut tuk kehilanganmu. Aku mengatakan segalanya, dan tentu saja tanpa kebohongan.
Tak banyak yang kuminta, cukup kau mengetahui perasaanku sudah membuatku lega. Ya, aku lega, sangat lega. Tak ada lagi yang perlu kusembunyikan dan tutup-tutupi. Dan malam itu aku sangat bahagia, karena ternyata kau juga memiliki perasaan yang sama sepertiku. Perasaan yang selalu membuatku merasa tidak tenang, perasaan yang selalu menghantuiku, dan perasaan yang selalu membuatku ingin mengatakannya padamu. Namun sekarang, semua itu terbayar sudah.
Malam itu, kuhabiskan waktu berdua bersamamu. Ditemani indahnya cahaya bintang, kerasnya angin malam, dan tentu saja deburan ombak pantai yang saling bersautan di tengah dinginnya malam. Sepi, hanya kita berdua. Kau mencium keningku, membuatku nyaman dan selalu ingin berada di dekatmu. Aku bahagia. Terima kasih telah menculikku malam itu. (T)