19 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto: Julio Saputra

Foto: Julio Saputra

Bernostalgia “Nyuluh Jangkrik” dengan Pokemon-Go

Agus Sadya Eka Putra by Agus Sadya Eka Putra
February 2, 2018
in Opini
39
SHARES

PERNAH nyuluh jangkrik? Zaman saya kecil, di desa saya di Jembrana, nyuluh jangkrik (memburu jangrik malam hari) adalah kegemaran saya dan teman sebaya. Jauh-jauh sebelumnya, bapak saya, paman, kakek, dan kumpi, juga punya kegemaran mencari jangkrik. Cerita mereka seru, lebih seru dari pengalaman saya.

Ketika nyuluh jangkrik kita tidak takut di mana tempatnya  dan kapan waktunya. Tengah malam adalah waktu yang bagus untuk mencari jangkrik dan itupun tempatnya terbilang lumayan extreme, kita masuk ke persawahan dengan tekstur tanah beragam, ada yang kering, setengah kering, ada yang rata, ada yang berterasering. Bahkan jangkrik diburu hingga ke jurang-jurang di pinggiran sawah. Jika tak hati-hati, keselamatan bisa terancam.

Tapi peduli apa anak-anak dengan keselamatan. Kesenangan masa kecil kadang memang mengabaikan keselamatan jiwa. Suara jangkrik yang nyaring terus menggoda langkah untuk terus memburunya. Di mana pun sumber suara itu berada, ke situlah langkah diayunkan. Di jurang, dicari. Di tepi sungai, dikejar.

Setelah jangkrik didapat, kesenangan lain sudah menunggu besok harinya. Yakni mengadu jangkrik, di jalanan, di halaman sekolah, atau di halaman rumah. Mengadu jangkrik memang menyenangkan. Biasanya jangkrik diadu di dalam bumbung. Jangkrik yang mampu bertahan lama dan tidak patah jambotnya itulah pemenangnnya.

Seperti itulah sensasinya ketika kita main Pokemon-Go. Permainan itu dilakukan oleh para remaja dan orang-orang dewasa seakan ingin mengenang masa kecil. Terutama orang-orang dewasa yang berasal dari desa dan daerah agraris. Apalagi Pokemon-Go bisa dilakukan kapan saja, tak perlu menunggu malam hari.

Pokemon-Go adalah salah satu game yang dirilis baru baru ini oleh salah satu perusahaan sempalan milik Google yang bernama Niantic. Game ini pertama dirilis pada tanggal 6 Juli di Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Game yang berbasis realitas ini bisa dipasangkan pada perangkat iOS dan Android.

Di Indonesia saat ini game ini sangat hits di kalangan remaja dan dewasa, dan mampu mengalihkan perhatian dari game-game yang hits beberapa waktu terakhir misalnya Clash of Clans, Clash Royale, Get Rich, dan game pada telepon pintar lainnya.

Zaman yang bergulir dengan kencang menggerus keberadaan game-game lama yang challenge-nya sudah habis dan dikalahkan dengan yang baru dan memiliki keunikan dan dengan challenge yang lebih menantang. Salah satunya adalah Pokemon-Go yang belakangan dan sampai saat ini masih hits, game ini menggerakan penggunanya untuk mengumpulkan pokemon sebanyak-banyaknya dan kemudian bertarung dengan pokemon lainnya.

Pengguna diintegrasikan dengan peta kehidupan nyata mereka di mana mereka tinggal, jadi seakan mereka berpetualang menyusuri jalan untuk mampu menemukan pokemon. Tentu saja sensasinya sangat menyenangkan, berbeda dengan game yang lainya yang bisa dimainkan hanya dengan duduk dan sambil ngobrol di teras sembari menikmati secangkir teh hangat.

Berpetualang menyusuri jalanan, berjalan-jalan di tempat umum, dan lainya tentu sangat menyenangkan bagi para pengguna dan sensasi “menangkap” pokemon dengan menggunakan pokeball serta items lainnya agar pokemon mendekat dan terpancing dengan lure yang dipasang oleh pengguna.

Saya pernah ikut main Pokemon-Go dan nongkrong di Ex-Pelabuhan Singaraja (karena disana banyak yang pasang lure jadi pokemonnya banyak merapat), ya memang sensasinya beda, lebih challenging dan menarik. Namun bila kita perhatikan lebih dalam lagi dampak game ini cenderung “memperalat” si pengguna agar “nurut” dengan permainannya. Iya, seperti suara jangkrik di masa kecil yang seperti memanggil-manggil kita untuk terus bermain.

Memang pada hakikatnya semua game mampu merenggut perhatian dan bahkan “memperalat” penggunanya. Namun menurut penulis game ini berbeda aturan mainnya dan mampu menyebabkan ketergantungan dan pada akhirnya banyak membuang buang waktu si pengguna.

Aktivitas mencari pokemon tidak akan bisa dilakukan secara sampingan, misal sambil berkendara. Tentu ini sangat amat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Bayangkan bila fokus kita terbagi dua kepada gadget dan jalanan, nah keselamatan disini sangat terancam. Begitu pula kegiatan lainya tentu akan sangat terganggu oleh game ini dapabila dijalankan bersamaan.

Game Pokemon ini sebenarnya mirip dengan pengalaman masa lalu kita. Namun ada nilai terselipkan di balik game Pokemon Go dan Nyuluh Jangkrik, yakni kita diajarkan untuk hati-hati dan peka terhadap alam dan sekitar kita.

Pada hakikatnya game diciptakan untuk menghibur dan memberikan kepuasan tersendiri pada penggunanya. Namun perlu diperhatikan juga dampak sosial lainnya disamping kesenangan yang didapatkan dari sebuah game tersebut. Begitu pula pada pengguna Pokemon-Go, agar selalu memperhatikan diri dan lingkungan sekitarnya saat bermain.

Bermain Pokemon-Go juga perlu kebijaksanaan, bijak-bijaklah bermain agar waktu dan keseharianmu tidak direnggut oleh game ini dan hidupmu tidak dikendalikan oleh Pokemon-Go. (T)

Tags: gamenostalgiapokemon
Agus Sadya Eka Putra

Agus Sadya Eka Putra

Bernama lengkap Gusti Putu Agus Sadya Eka Putra. Kelahiran Jembrana. Kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha. Suka membaca dan berorganisasi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Salah satu karya dalam Pameran Seni Rupa di Undiksha  29 November 2019 [Foto: Mursal Buyung]
Puisi

Puisi-puisi Nyoman Sukaya Sukawati # Di Kafe Tebing Sungai

KATA-KATAKU Kata-kataku adalah angin luka di dinding-dinding bukit Jeritan burung-burung patah sayap terjerat musim di lembah-lembah Kata-kataku derap kaki-kaki kuda ...

April 4, 2020
Batur
Esai

Batur, Suluh Ritual dan Pentingnya Imajinasi

Ketika tidak menyisakan ruang untuk perbedaan, tradisi sedang membangun benteng kematiannya sendiri. Cepat atau lambat itu akan terjadi. Tradisi yang ...

May 28, 2019
Esai

Kepala Daerah Bebal & Wabah — Ramalan Albert Camus

Percayakah Anda pada Pemerintah Daerah dalam menghadapi penyakit menular? Bagi yang membaca dengan baik karya-karya ALBERT CAMUS pasti tidak pernah ...

March 14, 2020
Kolaborasi Sambasunda dan Mohram music, [dokumentasi ICAS 2019 herfan rusando]
Khas

Merayakan Kegembiraan dan Kebhinekaan Melalui Musik #Catatan ICAS dari ISBI Bandung

Musik menjadi media perjumpaan yang egaliter dan  humanis.  Sejumlah seniman  bertemu, menampilkan kemahiran bermusik, berkolaborasi dan bergembira dalam International Cultural ...

December 27, 2019
Foto: Pementasan teater Komunitas Mahima
Opini

Kata Agus Suradnyana: “Pura-pura Terzolimi itu Lagu Lama,” – Benarkah?

DALAM sebuah wawancara dengan wartawan, Putu Agus Suradnyana, calon bupati incumbent dalam Pilkada Buleleng 2017 berucap, ”Pura-pura terzolimi itu lagu ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi diambil dari Youtube/Satua Bali Channel
Esai

“Satua Bali”, Cerminan Kehidupan

by IG Mardi Yasa
January 18, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1350) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In