7 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Selonding Bali Aga Fest 2024: Metamorfosis Selonding dari Sakral ke Profan, Demi Penguatan Identitas dan Estetika

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
December 28, 2024
inKhas
Selonding Bali Aga Fest 2024: Metamorfosis Selonding dari Sakral ke Profan, Demi Penguatan Identitas dan Estetika

Selonding bali Aga Fest 2024 di Desa Bugbug, Karangasem, Bali | Foto: tatkala.co/Son

DI sejumlah daerah di Bali, alat musik (gamelan) selonding begitu keramatnya dan kerap dimainkan hanya untuk suatu upacara adat dan. Biasanya dimainkan oleh beberapa personel dan itu laki-laki, dengan pakem bunyi sangat ketat.

Barangkali berbeda yang kita lihat pada acara “Selonding Bali Aga Fest 2024” di Stage Gerbang Pura Bukit Gumang, Sanghyang Ambu, Desa Adat Bugbug-Karangasem, 24-25 Desember 2024.

Pada festival ini, selonding dicoba untuk dimunculkan ke permukaan sebagai alat musik klasik—yang memiliki nilai dan keunikan tersendiri, demi bisa dirasakan semua kalangan tanpa mempersoalkan umur dan gender. Tentu, dengan etika yang tepat sehingga tidak menciderai kesakralannya.

Sebelum malam tiba, sekitar sore itu, masyarakat Desa Bugbug—Karangasem mulai berdatangan dari segala arah untuk menantikan diskusi sarasehan tentang selonding dan beberapa pertunjukannya. Ini menunjukkan acara itu cukup besar dan serius, stand-stand makanan ringan sudah tersedia sejak matahari masih terasa hangat. Penonton datang, nyambi menunggu malam, kopi dipesan dan jajakan dipesan.

Sebuah repertoar selonding dalam acara Selonding Bali Aga Fest 2024 di Desa Bugbug, Karangasem | Foto: tatkala.co/Son

Acara itu diinisiatori oleh Komunitas Selonding Bali Aga berkolaborasi dengan Pasikian Yowana Karangasem,  dengan tujuan untuk meningkatkan pelestarian seni anak muda khususnya Selonding Bali di bagian timur.

“Festival Selonding ini merupakan sebuah event yang digagas sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi para leluhur yang menciptakan selonding sebagai persembahan estetik religius,” kata I Wayan Pande Widiana—Kreator dan Konseptor Selonding Bali Aga Fest.

Ia menjelaskan, selonding adalah salah satu kesenian khas yang persebarannya itu banyak ditemukan di Bali bagian timur, di daerah Karangasem. Di sejumlah tempat napas selonding masih dijaga dengan baik, seperti di Desa Tenganan Pegringsingan, Desa Bungaya, Desa Asak, Desa Timbrah, Desa Selat, Desa Ngis dan Desa Bugbug.

Jejak artefak peninggalan kebudayaan selonding di Bali timur juga dapat ditemukan di beberapa Pura, seperti di Pura Merajan Selonding Besakih, Desa Selat Duda, Desa Tumbu, Desa Seraya, Desa Perasi, Desa Datah.  Namun secara ritus tradisinya sudah tidak begitu aktif.

Dan festival selonding di Desa Bugbug ini bisa disebut sebagai bentuk aktualisasi nilai luhur dalam upaya pencarian jati diri pada ruang ekspresi seni. Selain itu, festival ini juga menjadi pemantik kesadaran masyarakat terkait kreatifitas bermain selonding, yang tak hanya berkutat di bagian spiritualitas.

Acara ini berlangsung dua hari. Pada hari pertama, diadakan lomba selonding dengan dua kategori lomba yaitu Rejang Gucek (kelompok campuran) dan Sekar Gadung (kelompok perempuan), setiap kelompok terdiri 6 juru gamel. Diikuti oleh 9 grup dari berbagai desa di Bali seperti dari Badung, Tabanan, Gianyar dan Karangasem.

Menjadi satu catatan penting bahwa selonding atau musik selonding itu sendiri cukup diminati banyak para anak-anak muda,  bajang-bajang, di desa.

“Ketika selonding menunjukkan kepopulerannya, justru musik itu telah menghadirkan ruang tafsir baru. Tentunya, ini satu kondisi yang sangat membanggakan, juga sesungguhnya menjadi sebuah tantangan,” kata I Kadek Wahyudita, pelaku seni, saat menjadi narasumber dalam sarasehan di acara festival itu.

Walaupun tidak harus dimainkan pada fungsinya di awal, yakni sebagai alat pengiring upacara adat yang sakral, Wahyudita memandang selonding yang kini berkembang itu justru dapat dimanfaatkan menjadi sebuah kreatifitas yang lain sebagai estetika baru, dan itu akan menjadi satu modal penguatan identitas yang lebih kuat. Terlebih upaya-upaya ini bertujuan untuk menjaga rantai regenerasi lebih berkualitas.

Kadek Wahyudita (kiri) berbicara pada sarasehan Selonding Bali Aga Fest 2024 | Foto: tatkala.co/Son

Wahyudita menyebutkan, setiap daerah di Bali, memiliki karakteristik spiritualitas yang ditandai dengan alat musik yang khas. Di Bali bagian barat misalnya, terkenal dengan tabuhnya, kemudian bagaimana di Bali bagian tengah lebih kepada gong gede-nya.

Sementara di Bali bagian timur, dalam hal ini Karangasem, karena gunungnya adalah Maha Agung, Toh Langkir, pemujaannya giri nata atau giri putri, sehingga berbeda juga spiritnya.

“Kalau di barat spiritnya kawisesan, api barat. Kalau di timur api putih. Api putih ini Sanghyang Iswara, yang memberikan kata pada keheningan itu. Maka, ketika kita coba dudukkan dia sebagai kata suluh hening, maka tepatlah dia berada di posisi timur dan dia menjadi spirit kerohanian dari pada Bali,” kata Wahyudita.

Sampai di situ, ia juga menjelaskan selonding merupakan bagian dari gamelan, dan selonding adalah keheningan itu sendiri, dari kata saluning. Kemudian gamelan itu memiliki dua kata swara. Swa artinya jati diri dan ra artinya cahaya.

Maka, swara adalah pengetahuan yang ditimbulkan dari kejatidirian. Dan selonding, menurut Wahyudita, ada dua, yaitu pikiran dan batin. Pikiran batin inilah yang akan keluar swa dan ra, yang akan bersemayam di tengah-tengah, namanya tita swara. Sehingga sangat kontras, selonding bagi masyarakat Bali Aga merupakan sebuah identitas dan itu cukup kental.

Sehingga, kata Wahyudita, membagi ranah permainan selonding itu penting sebagai penghormatan kepada selonding, sebagai benda yang disakralkan. Setidaknya ada dua hal yang harus ditetapkan untuk melangsungkan permainan alat musik selonding pada ranah yang berbeda. pada fungsi yang berbeda. Yaitu membedakan mana alat selonding untuk upacara dan mana alat selonding untuk digunakan berkreasi di ranah profan yang tidak terlalu sakral.

Dua hal itu, kata Wahyudita,  untuk menjaga nilai kesakralannya yang murni sebagai benda keramat masyarakat Bali Aga, terutama  di Desa Bugbug, sehingga dapat diminimalisir perbedaan pemahaman terkait nilai kegunaannya. Ada selonding yang diperuntukkan untuk rekreasi, dapat—menjadi satu wahana klasik untuk dimainkan secara eksperimental oleh para komposer di Bali Aga sehingga tidak menutup kemungkinan akan menemukan estetikanya yang lebih unik.

Selonding, Alat Musik Kuno dengan Pengalaman Bunyi yang Reflektif

Pande Widiana menjelaskan, silihat dari klasifikasi jenis gamelan dari masa kemunculannya, Selonding masuk dalam klasifikasi gamelan Bali golongan tua, dan diprediksi sudah ada sejak abad ke 9. Itu dikutip dari seorang etnomusikolog dari Belanda bernama Jupt Kunst, dalam penelitian gamelan di Indonesia.

Menurut Pande, Kunst menemukan gamelan berbentuk wilahan pada relief Candi Borobudur, yang dibangun di Jawa Tengah abad IX yang di mana se-zaman dengan Dinasti Selonding di Bali (Dalem Selonding : Sri Kesari Warma Dewa).

Sementara menurut catatan manuskrip terkait Selonding. Di Bali gamelan selonding telah dikenal pada pemerintahan Sri Maharaja Jayacakti (1052-1071 S). Selonding dibahas secara tekstual muncul di Bali  itu tercatat pada Prasasti Campetan 1071 S). Juga ditemukan tercatat pada (Kekawin Hariwangsa) tertera tahun 1072 S masa Kerajaan Kediri, Jawa Timur (Malang).

Para pengunjung Selonding Bali Aga Fest 2024 di desa Bugbug, Karangasem | Foto: tatkala.co/Son

Selain menjelaskan secara ilmiah, Pande Widiana juga membubuhkan cerita yang menarik secara legenda. Di Karangasem, lanjut lelaki itu seperti hendak mendongeng, konon pada zaman dahulu orang-orang Tenganan Pegringsingan dan Bungaya mendengar suara gemuruh guntur di atas langit. Gelap terang suasana langit menimpa desa itu dengan badai petir yang datangnya secara bergelombang.

Pada gelombang pertama suara itu turun di daerah Bungaya, dan gelombang kedua turun di daerah Tenganan Pegringsingan. Setelah suara tersebut sampai di bumi, ternyata di tempat tersebut diketemukan tiga buah bilah, yang kemudian pada perkembangannya dijadikan seperangkat barungan gamelan selonding.

Hingga kini, kata Pande, selonding yang berasal dari tiga buah bilah tersebut disungsung atau disakralkan oleh masyarakat Bungaya dan Tenganan Pegringsingan sebagai lambang suci (Pratima/Pralingga) yang bergelar Betara Ratu Bagus Selonding.

Nah, Selonding Bali Aga Fest ini tak hanya mempersembahkan panggung bagi k para pemain atau komposer untuk pentas dan mengeksplor secara teknik dan eksperimental selonding di atas panggung, tetapi juga sebagai usaha mendekatkan para pendengarnya kepada satu pengalaman meditasi melalui bunyi-bunyian dari selonding yang dimainkan para penabuh kontemporer. Dan, itulah salah satu tujuan acara festival ini digelar,

Pande Widiana percaya, bunyi selonding dapat menjadi satu pengalaman bagi para pendengarnya untuk mendapatkan pikiran yang tenang. Jiwa yang tenang, dan ia menyebutnya The Sound of Healing.

“Vibrasi bunyi dari selonding—mampu menghantarkan pendengarnya seakan berada pada dimensi murni yang hilang, khusyuk sehingga mampu menstimulus ketenangan dan kesejukan yang dapat menjernihkkan pikiran,” kata Pande Widiana

Jadi, mengapa gamelan ini disebut sebagai selonding, lanjut laki-laki itu, karena secara musikal vibes atau gelombang bunyi dari lantunan suara selonding tersebut, mampu membangun ruang atau dimensi (salu) bunyi yang menstimulus keheningan dan ketenangan pikiran (nding).

Pande Widiana (paling kanan) pada sarasehan Selonding Bali Aga Fest 2024 | Foto: tatkala.co/Son

Secara etimologi, tonasi nding tersebut berasal dari kata ening/ning yang dalam Bahasa Bali artinya kejernihan, ketenangan pikiran. Etimologi nding tersebut selaras dengan perspektif sastra mengenai aksara ulu. Jadi, nada ding dengan aksara ulu merupakan simbol dari keheningan pikiran. Hening yang dalam bahasa Bali disebut ening atau ning.

Festival ini diharapkan pula sebagai satu wahana untuk masyarakat atau siapa saja untuk healing—tidak hanya melulu tentang pergi ke suatu tempat wisata, tetapi juga bisa melalui, mendengarkan selonding sebagai alat musik tua tetapi eksotis. Adem.

Setelah sarasehan selesai, para penonton menghela nafas panjang—menantikan “Neo Selonding” akan digelar.

Dalam rangakaian acara “Neo Selonding” malam itu, ada tiga penampilan dari komposer muda. Mereka adalah I Kadek Janurangga yang membawa repertoar “Yehniti”, kemudian “Kembang Tanding” oleh Andika Pastika Putra dan “Tegteg” oleh Ni Nyoman Srayamurtikarti. [T]

Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole

  • Baca artikel lain tentang Selonding Bali Aga Fest 2024:
Nyoman Srayamurtikanti pada “Selonding Bali Aga Fest 2024”: Yang Bertahan dalam Bunyi
Kadek Janurangga pada “Selonding Bali Aga Fest 2024”: Air Meniti Nada-nada Selonding
Tags: Desa Bugbuggamelan selondingkarangasemkarawitan balikesenian baliSelonding Bali Aga Fest
Previous Post

I Made Putra Wijaya, Seniman Tari dari Desa Peliatan: Antara Pengabdian dan Penghargaan

Next Post

Nyoman Srayamurtikanti pada “Selonding Bali Aga Fest 2024”: Yang Bertahan dalam Bunyi

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Nyoman Srayamurtikanti pada “Selonding Bali Aga Fest 2024”: Yang Bertahan dalam Bunyi

Nyoman Srayamurtikanti pada “Selonding Bali Aga Fest 2024”: Yang Bertahan dalam Bunyi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co