UNTUK kesekian kalinya Teater Jungut Sari SMAN 1 Sukawati menjadi yang terbaik dalam urusan pentas teater. Dalam Festival Teater Berbahasa Bali yang diikuti oleh kelompok teater SMA/SMK se-Provinsi Bali, Teater Jungut Sari meraih juara satu.
Juara satu itu pun jadi makin lengkap, karena Teater Jungut Sari juga meraih dua tropi lagi, masing-masing meraih penghargaan sutradara terbaik atas nama Kadek Wahyu Ardi Putra, S.Pd., M.Pd., dan penata artistik terbaik atas nama I Putu Kennedy Sukmadana Tangkas.
Festival Teater Berbahasa Bali itu diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Bali, 20-21 November 2024 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali. Festival itu diikuti 14 peserta yang merupakan kelompok teater sekolah SMA/SMK di Bali.
Garapan Teater Jungut Sari SMAN 1 Sukawati dalam Festival Teater Berbahasa Bali se-Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali | Foto: Dok. Teater Jungut Sari
Sekolah yang mengirimkan kelompok teaternya memang sekolah yang selama ini dikenal memiliki iklim teater yang bagus. Mereka itu adalah Teater Tiga (SMAN 3 Denpasar), Teater Taksu Smadara (SMAN 2 Semarapura), Teater Jungut Sari (SMAN 1 Sukawati), Teater Ekalawya (SMAN 1 Semarapura), Teater Antariksa (SMAN 7 Denpasar), dan Teater Jineng (SMAN 1 Tabanan).
Selain itu, ada juga Teater Tantra (SMAN 2 Abiansemal), Teater Prapat (SMAN 2 Kuta), Teater Jnana Yoga (SMAN 1 Amlapura), Teater Sangsaka (SMKN 1 Denpasar), Teater SMKN 3 Sukawati, Teater Kirana (SMAN 6 Denpasar)., Teater Garaka (SMAN 1 Amlapura), dan Teater Rasa (SMKN Bali Mandara).
Proses Menjadi Juara
Betapa senang anak-anak Teater Junbgut Sari itu ketika mereka diumumkan menjadi juara satu. Proses latihan yang panjang terasa tak sia-sia.
Andi selaku humas Teater Jungut Sari, didampingi teman-temannya menceritakan, pertama kali mereka mengetahui adanya festival itu pada akhir bulan Oktober. Saat itu mereka sedang menggarap sebuah karya untuk sebuah lomba yang juga diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Bali.
“Saat itu, kami dihubungi langsung via telefon oleh ketua panitianya sendiri, Bapak Soken Bandana,” kata Andi.
Intinya Balai Bahasa Provinsi Bali menyediakan wadah berteater untuk siswa/siswi SMA/SMK se-Bali yang dikemas dalam ajang perlombaan drama berbahasa Bali, yang mengusung tema cerita dari Bali.
“Tentu semangat kami tak terbendung untuk berpartisipasi memeriahkan kegiatan ini,” katanya.
Hal yang membuat anak-anak Teater Jungut Sari ini bersemangat adalah, untuk pertama kalinya mereka akan ikut dalam perlombaan drama berbahasa Bali.
Apalagi aktor, aktris, sutradara, dan juga tim produksi juga diberi penilaian untuk mendapatkan penghargaan, yaitu Aktor Terbaik, Aktris Terbaik, Sutradara Terbaik, Artistik Terbaik, Penata Musik Terbaik, dan Penulis Naskah Terbaik.
Garapan Teater Jungut Sari SMAN 1 Sukawati dalam Festival Teater Berbahasa Bali se-Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali | Foto: Dok. Teater Jungut Sari
Mereka kemudian berdiskusi kecil untuk mulai penggarapan, bersama pembina teater di sekolah itu, yakni Wahyu Ardi Putra, S.Pd., M.Pd., yang sekaligus menjadi sutradara. Dari diskusi itu diputuskanlah mengangkat cerita Manik Angkeran, cerita yang mengisahkan sejarah terjadinya Selat Bali.
Para pemain pun dipilih dan ditentukan. I Putu Kennedy Sukmadana Tangkas berperan sebagai Manik Angkeran, Kadek Galang Gautama sebagai Danghyang Sidhimantra dan Ida Atu Vidya Paramitha sebagai rabi (istri) Danghyang Sidhimantra.
Pemain yang berperan sebagai bebotoh adalah I Kadek Ariandi Triana Putra Widi Nugraha, I Made Andhika Widita Rasendria, I Gede Komang Caesar Kenzo Gaduh, I Wayan Suardita, Kadek Andre Radia Wiguna, dan I Putu Rangga Suadnyadika Putra.
Kadek Wahyu Ardi Putra bertindak sebagai sutradara sekaligus pembina yang dibantu oleh Ni Made Ayu Dwi Anggreni. Bertindak sebagai koreografer, I Gusti Ngurah Gede Juniartha. Penata artistik I Putu Kennedy Sukmadana Tangkas, penata cahaya Kadek Surya Candra Nata, dan penata musikGusti Ngurah Davindra Adhi Prajaya bersama I Kadek Pahing Jumana.
Sempat Khawatir
Di tengah proses latihan, anak-anak Jungut Sari ini sempat merasa khawatir.
“Tak semuanya berjalan manis,” kata Andi.
Setelah mereka akan memulai penggarapan teater itu, perlombaan yang mulanya direncanakan tanggal 12-14 November, ditunda sampai waktu yang tak ditentukan.
“Hal itu menghambat proses penggarapan kami, karena ditakutkan pelaksanaan lomba akan bersamaan dengan pelaksanaan Penilaian Akhir Semester,” ujar Andi.
Mereka tetap menunggu kepastian jadwal pelaksanaan lomba dalam suasana harap-harap cemas. Dan penantian akhirnya usai. Pada tanggal 14 November 2024, diinformasikan bahwa pelaksanaan perlombaan diubah menjadi tanggal 20-21 November 2024.
Mereka pun bersiap-siap untuk latihan. Mereka memiliki 6 hari sisa waktu untuk latihan. Karena mereka mendapat nomor undi 3 yang harus tampil pada tanggal 20 November.
“Dua hari kami gunakan untuk riset naskah dan juga penataan konsep, dan tersisa 4 hari untuk pembuatan set properti, latihan adegan, proses koreografi, dan penataan musik sekaligus,” cerita Andi dan teman-temannya.
Anak-anak Teater Jungut Sari | Foto: Dok. Teater Jungut Sari
Persiapan yang benar-benar singkat. Kendati begitu, dengan bimbingan dari para pembina serta semangat berkarya, penggarapan karya itu berjalan dengan lancar.
Mereka menyadari aaat pentas di atas panggung ada beberapa hal yang direncanakan bisa saja tidak terjadi, dan hal yang tidak direncanakan bisa saja terjadi. Maka itu, improvisasi dan adaptasi bukan hal asing lagi bagi mereka, sebab proses persiapan yang singkat.
Melalui proses jatuh bangun itu, Teater Jungut Sari akhirnya membuahkan hasil sebagai juara satu.
Pengalaman Berharga
Andi mengatakan, mengikuti Festival Teater Berbahasa Bali ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi Jungut Sari.
“Terlebih lagi saya sebagai siswa kelas 12 ingin menikmati proses ini semenyenangkan mungkin dengan teman-teman lainnya, karena juga bisa dibilang ini merupakan projek terakhir kami yang kelas 12 sebagai anggota Teater Jungut Sari,” katanya.
Proses singkat selama kurang lebih 6 hari, kata Andi, menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi dirinya.
“Canda, tawa, gradag-grudug, semua kebersamaan ini sudah terasa seperti keluarga yang hangat terutama bagaimana pembina kami membimbing pada projek kali ini, hingga kami berhasil meraih yang terbaik,” ujar Andi.
Namun, Andi berharap, ada baiknya jangan jadikan pencapaian ini sebagai patokan untuk menggarap sebuah karya, persiapan yang singkat bukanlah jaminan keberhasilan selalu. Jika bisa lebih awal dan matang prosesnya, semakin besar peluang menghasilkan karya yang lebih berkualitas.
“Semoga kemenangan ini menjadi motivasi untuk terus berkembang dan memberikan yang terbaik di masa depan. Dan terakhir, untuk generasi-generasi berikutnya, sekarang tanggung jawab ada di tangan kalian,” katanya.
Berfoto bersama di sekolah
Putu Kennedy yang meraih penghargaan sebagai penata artistik terbaik mengaku sangat bangga dan bersyukur atas kerja keras tim dan juga para pembina yang akhirnya menghasilkan penghargaan Artistik Terbaik di Festival Teater Berbahasa Bali 2024 ini.
“Sesuai harapan dari konsep kita, setiap elemen artistik yang kita rancang hidup di panggung, membuktikan dedikasi dan kreativitas kita bersama,” kata Kennedy. Ia menampaikan terima kasih banyak atas kerja sama dan kontribusi luar biasa dari semua tim, yang sudah mau gradag-grudug, ke sana kemari mengangkut properti.
“Prestasi ini adalah milik kita bersama dan semoga menjadi motivasi untuk terus berkarya, berinovasi dan mengisi wadah-wadah yang disediakan untuk berkarya. Jangan kapok-kapok berproses, pokoknya mantap!” ujarnya.
Kegembiraan menerima hadiah dan penghargaan di luar panggung dan di atas panggung | Foto: Dok. Teater Jungut Sari
Wahyu Ardi sekalu pembina sekaligus sutradara dengan mantap berujar, “Satu kata. Bangga!”
Ardi bercerita, ia sempat ingin membatalkan keikutsertaan karena 3 hari persiapan bukanlah waktu yang wajar menggarap suatu pertunjukan teater baru. Namun melihat semangat anak-anak, segala keterbatasan memaksa untuk berpikir kreatif, mencipta dengan cerita yang mudah dan sudah dikenal, konsep artistik sederhana yang bisa dibuat dalam waktu singkat namun bermakna.
“Sesungguhnya, kami termotivasi untuk memanfaatkan setiap kegiatan teater yang ada, mengingat tidak banyak kesempatan untuk berkarya,” katanya.
Penghargaan yang diperolehnya, ia pandang sebagai bentuk apresiasi terhadap kelompok teater yang ingin terus berproses.
“Dan karya yang kami tawarkan dan garap semaksimal mungkin, juga merupakan bentuk apresiasi kami kepada Balai Bahasa Provinsi Bali sebagai penyelenggara karena telah memberi wadah dan berupaya menjaga iklim positif berteater di Bali,” ujar Ardi.
Ia berharap semoga ada kesempatan yang sama baiknya untuk ke depan. Dan tidak lupa, ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh warga SMAN 1 Sukawati, terkhusus Bapak I Wayan Widia, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Sekolah yang selalu mendukung penuh setiap peserta didiknya untuk berkreatifitas. [T]
Reporter/Penulis: Adnyana Ole
Editor: Jaswanto