DI sebuah hutan hiduplah Jangkrik Kalung bersama serangga lainnya. Mereka tinggal tidak berjauhan. Di hutan itu tidak kekurangan persediaan makanan. Kehidupan mereka begitu makmur.
Suatu hari Jangkrik Kalung keluar dari lubangnya untuk mencari makanan. Jangkrik Kalung merasa lapar karena semalam hujan lebat sehingga dia belum sempat mencari makanan.
Jangkrik Kalung terkenal dengan julukan serangga yang angkuh. Dia selalu menganggap remeh serangga yang lain.
Dengan bulunya yang mengkilat kehitaman, Jangkrik Kalung berjalan dengan angkuhnya. Kepalanya digerakkan ke kiri dan ke kanan, ingin menunjukkan kepada serangga lain bahwa dia mempunyai kalung kuning keemasan yang melingkar di lehernya. Bulunya sekali-kali digesek-gesekkan. Giginya dibuka lebar-lebar. Seolah-olah dia adalah serangga yang terkuat.
‘’Mau ke mana Jangkrik Kalung?’’ tanya Ulat Bulu.
Jangkrik Kalung mengabaikan pertanyaan Ulat Bulu.
‘’Jangkrik Kalung, kamu tampak hebat,’’ puji Ulat Bulu. ‘’Kalung itu membuat kamu semakin gagah dan berwibawa.” Ulat Bulu Kembali memuji.
‘’Tidak ada serangga yang seberuntung aku. Aku punya kalung. Buluku hitam mengkilat. Aku bisa mengeluarkan bunyi nyaring hanya dengan menggesek-gesek buluku.’’ Jangkrik Kalung berkata dengan percaya diri.
Ulat Bulu diam mendengarkan.
‘’Getaran bunyi buluku memecah kesunyian. Ketika aku ngering, aku tampak gagah seperti petarung yang siap menyerang,’’ imbuhnya.
‘’Itulah kelebihanmu, Jangkrik Kalung. Aku sangat bersedih tidak mempunyai kelebihan seperti kamu. Suaraku tidak senyaring suaramu,’’ kata Balang Undis tertunduk lesu. ‘’Banyak yang mengejekku karena suaraku yang jelek.’’
Mendengar pujian Balang Undis, Jangkrik Kalung semakin percaya diri. Percakapan antara Jangkrik Kalung, Ulat Bulu, dan Balang Undis didengar oleh Semut Api.
‘’Kamu serangga yang hampir sempurna, Jangkrik Kalung. Namaku Semut Api tetapi aku tidak mempunyai kemampuan seperti kamu. Aku sama sekali tidak bangga pada diriku,’’ puji Semut Api.
Dengan pujian-pujian seperti itu, Jangkrik Kalung semakin besar kepala. Dia mulai menggetarkan bulunya dengan sekuatnya sehingga mengeluarkan bunyi nyaring. Mulutnya dibuka dengan lebar. Dia ingin menunjukkan giginya yang kuat kepada yang lain.
Jangkrik Kalung mengajak Ulat Bulu, Balang Undis, dan Semut Api berkeliling untuk menantang serangga yang lain. Jangkrik Kalung ingin mengetahui apakah serangga yang lain mempunyai kelebihan seperti dirinya.
Setelah berjalan beberapa lama, mereka bertemu dengan sepasang laron. Jangkrik Kalung bertanya kepada laron tersebut.
‘’Laron, kamu merupakan serangga lemah. Sayap yang kamu punya hanya sementara. Setelah sayapmu lepas dari tubuhmu, kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu serangga yang lemah,” ejek Jangkrik Kalung.
Mendengar hinaan itu Laron tertunduk malu dan tidak menghiraukan hinaan tersebut. Ulat Bulu, Balang Undis, dan Semut Api menasehati Jangkrik Kalung agar tidak menghina Laron. Nasehat tersebut tidak dituruti oleh Jangkrik Kalung. Jangkrik Kalung malah sebaliknya menantang Ulat Bulu, Balang Undis, dan Semut Api.
‘’Kalau kamu berani, lawan aku.’’ teriak Jangkrik Kalung.
Ulat Bulu, Balang Undis, dan Semut Api tidak menaggapi tantangan tersebut tetapi jangkrik Kalung berusaha memancing emosi Ulat Bulu, Balang Undis, dan Semut Api. Namun mereka tidak terpancing.
Merasa tantangannya diacuhkan, Jangkrik Kalung semakin emosi. Suasana menjadi riuh. Mendengar ada keributan, Kali Sasoan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kali Sasoan terbang rendah dan mencari sumber keributan.
‘’Hai, Jangkrik Kalung. Kamu terus membuat keonaran. Kamu selalu merendahkan serangga yang lainnya. Hei, Jangkrik Kalung. Jangan Kamu sombong!’’ Kali Sasoan bersuara lantang.
Mendengar perkataan Kali Sasoan, Jangkrik Kalung sangat emosi dan menantang Kali Sasoan untuk berkelahi. Kali Sasoan tidak terpancing oleh tantangan Jangkrik Kalung.
Jangkrik Kalung semakin marah karena Kali Sasoan tidak menaggapi tantangannya. Dia mulai menghina Kali Sasoan, dengan mengatakan Kali Sasoan serangga yang tidak bernyali.
Mendengar tantangan Jangkrik Kalung, Kali Sasoan berkata pelan. ‘’Aku mau menerima tantanganmu. Apabila kamu kalah dalam pertarungan, kamu akan aku jadikan inang bagi telurku. Tubuhmu akan aku simpan di sarangku. Setelah telurku menetas anak-anakku akan memakan tubuhmu. Dan apabila aku kalah. Kau boleh memakan tubuhku.
Keduanya telah sepakat. Pertarungan dimulai. Keduanya saling serang. Kali Sasoan dengan kelincahan terbangnya berusaha untuk mengalahkan Jangkrik kalung. Jangkrik Kalung dengan sigap memutar tubuhnya dan balik menyerang Kali Sasoan.
Kali Sasoan mempunyai keunggulan karena dapat menyerang dari atas sedangkan Jangkrik Kalung hanya bisa menyerang dari bawah. Kelemahan Jangkrik Kalung tidak disia-siakan oleh Kali Sasoan. Dengan satu sambaran, kaki Jangkrik Kalung dapat dipatahkan.
Kali Sasoan menggigit leher jangkrik kalung dan menerbangkannya untuk dibawa ke sarangnya. Sejak saat itulah Kali Sasoan menjadikan jangkrik sebagai inang bagi telur Kali Sasoan. [T]