DESA Adat Kedonganan adalah batas utara Gumi Delod Ceking. Selain sebagai Desa Adat, Kedonganan juga merupakan Desa Dinas tersendiri dari pemekaran Desa Tuban sejak Reformasi bergulir, 1998. Luasnya tidak lebih dari 1 km2 menurut Bandesa, I Wayan Sutarja. Istimewanya, Kedonganan memiliki dua laut yang disebut Pasih Kauh ‘Laut Barat’ dan Pasih Kangin ‘Laut Timur’.
Pasih Kauh adalah Samudera Indonesia tempat kafe-kafe berjejer menyambut pengunjung/para penggemar kuliner bersantap siang atau makan malam. yang riuh ombak dan om bersama mbak. Berbeda dengan Pasih Kangin Kedonganan adalah suung dengan prapat yang masih rapat. Berdekatan dengan Pasih Kangin ini berdiri SMA Negeri 2 Kuta (2005) saat Bupati Badung, Anak Agung Gde Agung bersama Wakil Bupati, Drs. I Ketut Sudikerta. Tempatnya relatif sepi sehingga disebut suung.
Tempat ini pada awalnya adalah bagian dari rawa-rawa dan dijadikan tempat pembuangan sampah. Atas inisiatif tokoh Adat Kedonganan, I Ketut Madra, S.H., tanah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) ini diklaim sebagai milik Desa Adat Kedonganan lalu diusulkan menjadi tempat pembangunan SMA. Sebagai gantinya, Desa Adat Kedonganan mendapat pengganti di Pasih Kauh Kedonganan. Di Pasih Kauh, Desa Adat Kedonganan membangun pusat bisnis kuliner dengan mendirikan kafe-kafe yang dikelola kelompok masyarakat adat selaras dengan Pariwisata Berbasis Masyarakat.
Bagi Desa Adat Kedonganan, keberadaan SMA Negeri 2 Kuta yang berdiri di atas gundukan sampah, ibarat memetik berkah di balik sampah. Bila sampah dalam bahasa Bali disebut luu, dengan berdiri SMA, luu itu ibarat pupuk yang menghasilkan buah yang luih. Bila sampah juga disebut mis, mis itu telah diolah menjadi mas berkat sekolah yang berdiri di sini. Sekolah sebagai tempat pembibitan benih-benih muda memerlukan keseriusan menangani seperti yang ditunjukkan penggagasnya. Sebagai tokoh visioner, I Ketut Madra sudah berkontribusi positif terhadap lembaga pendidikan di Desa Adat Kedongan. Secara tidak langsung, Generasi Emas 2045 juga sudah disiapkan dari sini. Tugas siswa untuk belajar sungguh-sunguh dan tugas guru menjaga integritas menghamba kepada sang anak pada era Merdeka Belajar.
Ketua Komite : I Made Wena (paling kiri), Plt. Kepala SMAN 2 Kuta : I Nyoman Tingkat (tengah), Prabawa (paling kanan) | Foto: Nyoman Tingkat
Selain berdiri SMA Negeri 2 Kuta, di jalur menuju Pasih Kangin Desa Adat Kedonganan terdapat anjungan yang menarik melalui akses jembatan bambu ramah lingkungan. Anjungan Prapat Pasih Kangin disebut Ecomangrove Ulam Sari Kedonganan ini di bawah pengawasan UPTD Tahura Ngurah Rai yang dibuka mulai pk. 08.00 – 17.00 Wita. Anjunganan ini dibangun menjelang G-20, November 2022. Anjungan Prapat Pasih Kangin ini terletak di Jalan Pura Dalem Kedonganan sekitar 50 meter sebelah Selatan Kuburan berdekatan dengan Pura Dalem Kedonganan dan SMA Negeri 2 Kuta. Anjungan ini sangat menarik bin eksotik dan dikelola oleh kelompok nelayan setempat.
Pertama, jembatan sepanjang kurang lebih 500 meter ini dilengkapi lampu penerang, wifi dan fasilitas foto boot. Tersembunyi dalam sepi hening berlatar jukung para nelayan. Bila pasang naik, jembatan bambu ini cocok juga untuk tempat memancing, sekadar refreshing dengan udara segar alami. Okey juga sebagai tempat prawedding yang inspiratif susah diintip.
Kedua, Anjungan Prapat ini tanpa karcis masuk. Di pintu masuk hanya ada kotak donasi seikhlasnya dan satu warung kecil yang menyediakan makanan, minuman, dan camilan termasuk rokok. Penjaga warung sekaligus pemegang kunci gembok untuk bisa mengakses kawasan melalui jembatan bambu ke tengah prapat yang asri dan alami. Kesempatan itu saya gunakan untuk menjelajah bersama Putu Prabawa dari Disdikpora Bali, pada Sabtu, 21 September 2024, sebelum kegiatan pendampingan Literasi dan Numerasi dari Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi Bali di SMA Negeri 2 Kuta.
Ketiga, di kawasan ini pula tradisi mabuug-buugan digelar saban Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi), sekitar bulan Maret. Sebagai sebuah tradisi, mabuug-buugan sudah ada sejak dulu, tetapi sempat vakum. Kemudian dibangkitkan kembali, ketika Bandesa dijabat oleh I Wayan Merta (2018 -2023), seorang akademisi di Poltekpar Bali. Selain bermaksud melestarikan adat dan budaya, tradisi ini juga bisa mengundang wisatawan berdatangan dan membuka lapangan kerja bagi krama Desa Adat Kedonganan.
Keempat, Anjungan Prapat ini juga menarik sebagai tempat wisata edukasi seperti tertera di pintu masuk, dengan jasa layanan antara lain Mangrove Education, Mangrove Tour/Photography (wisata Mangrove/Fotografi), Turtle Island (Pulau Kura-Kura) dan Stand Up Paddle (Selancar dayung). SMA Negeri 2 Kuta sebagai sekolah terdekat tentu dapat memanfaatkan wahana ini secara optimal untuk pembelajaran Biologi, Geografi, dan lingkungan hidup, misalnya. Selama ini, sejumlah mahasiswa/siswa Mapala sudah memanfaatkan sebagai laboratorium pembelajaran mencintai alam. Jika mereka menjelajah sampai batas jembatan, di ujung jembatan bambu, dapat menyaksikan jukung-jukung nelayan yang parkir di sela-sela prapat. Sungguh indah sebagai spot foto berbasis alam perpaduan laut dan rawa.
Sebelum Jalan By Pass Ngurah Rai dibuka awal 1980-an, Pasih Kangin Kedonganan adalah jalur “serbi” yang oleh teman dari Banjar Mumbul Bualu menyebutnya sebagai tongos di leke-lekene “jalur yang sulit dijangkau, terisolasi”. Setelah By Pass Ngurah Rai dibuka, Desa Adat Kedonganan dan desa-desa lain sepanjang By Pass Ngurah Rai makin bersolek menjadi incaran orang datang. Ibarat gadis cantik, banyak lelaki ingin melamar. Bujuk rayu pun ditebar. Ada yang serius, ada pula yang sekadar iseng. Begitu pula nasib jalur Pasih Kangin Kedonganan. Perlu arif bijaksana menyikapi agar tidak jatuh di pelukan lelaki jalang seperti kata Chairil Anwar, “Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya yang terbuang”.
Dua laut yang dimiliki Desa Adat Kedonganan, berbeda dengan Desa Adat Kampial, satu-satunya Desa Adat di Gumi Delod Ceking tanpa laut. Namun keduanya disatukan dengan keberadaan Pura Penataran. Kedua desa adat ini sama-sama memiliki Pura Penataran. Pura Penataran Desa Adat Kedonganan berdekatan dengan Pasih Kangin. Posisi SMA Negeri 2 Kuta diapit oleh Pura Penataran di sebelah Barat dan Pura Dalem Kedonganan di sebelah Timur. Jika Pujawali Pura Penataran di Kedonganan jatuh pada Redite Wage Kuningan setiap 6 bulan berdasarkan pawukon, Puja Wali di Pura Penataran Kampial jatuh pada Tilem Sasih kelima, setahun sekali. Jika Penataran diartikan sebagai tempat pembinaan mental spiritual, kedua Desa Adat ini sesungguhnya adalah tempat perguruan sekala niskala. Layak berguru ke sini. [T]
BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT