2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sekuntum Kamboja Bagi Dwiwindu Ilmu Pariwisata Indonesia

I Made SarjanabyI Made Sarjana
March 31, 2024
inEsai
Sekuntum Kamboja Bagi Dwiwindu Ilmu Pariwisata Indonesia

Pembukaan semiloka dwiwindu ilmu pariwisata yang digelar di Kampus Poltekpar Bali, pada Senin 25 Maret 2024.

Tulisan ini merupakan tulisan pertama dari laporan pandangan mata pelaksanaan semiloka dwiwindu ilmu pariwisata yang digelar di Kampus Poltekpar Bali, pada Senin 25 Maret 2024. Ada tiga pembicara yang hadir kala itu yakni Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt; Prof. Azril Azahari, Ph.D dan Prof. Dr. Diena Mutiara Lemy, A.Par., M.M., CHE. Berikut, ulasannya ditulis I Made Sarjana.

***

SEMUA orang menjadi wisatawan, namun tidak semua orang paham pariwisata. Inilah menjadi alasan kenapa ilmu pariwisata belum diakui sepenuhnya sebagai ilmu mandiri. Pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan sementara seseorang untuk keluar dari rumah atau meninggalkan pekerjaan rutinnya. Alibi yang muncul sangat beragam seperti mencari ilmu atau meningkatkan kapasitas diri (sekolah, kursus, atau studi banding), mendapatkan pengelaman baru, bertemu kerabat atau sahabat maupun sekedar jalan-jalan menghilangkan kejenuhan. Alasan spiritual pun kerap menjadi pertimbangan orang rehat sejenak dari tanggung jawab sehari-hari. Sebagai contoh, warga Hindu akan mengisi waktu liburan dengan tirta yatra atau bersembahyang ke beberapa pura.

“Namun demikian, banyak orang menjawab tidak tahu Ketika disodori pertanyaan apa itu pariwisata,” tutur Peneliti Pusat Unggulan Pariwisata (PUPAR) Universitas Udayana Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt kala membuka presentasinya pada Semiloka Dwiwindu Ilmu Pariwisata, Senin (25/3/2024) di Kampus Poltekpar Bali, Kampial Nusa Dua. Lebih jauh dia bertutur jangankan orang biasa yang berprofesi sebagai buruh serabutan, pedagang atau petani, para akademisi yang berkutat dengan konsep dan teori keilmuan acap kali menjawab tidak tahu pariwisata tetapi dia melakukan aktivitas pariwisata.

Kondisi itu digambarkan sebagai suasana paradoks, sama halnya dengan perdebatan status pariwisata itu ilmu mandiri atau bukan. Secara formal, pariwisata telah dideklarasikan sebagai ilmu mandiri sejak 31 Maret 2008, dan 31 Maret 2024 ini genap berusia 16 tahun atau dwiwindu. Prof. Darma Putra mengakui bahwa pariwisata baru muncul sebagai bidang studi baru tahun 1990-an. Banyak orang bepergian untuk menunjukkan dirinya sebagai pribadi berbeda dengan warga lainnya, paham ini sebagai wujud “aktualisasi diri” pada konsep Maslow. Belum diakuinya pariwisata sebagai ilmu mandiri, karena dianggap pariwisata belum memiliki kajian. Tudingan ini direspon dengan munculnya teori-teori pariwisata dalam berbagai istilah. tourology (Leiper, 1981), tourismology (Jovicic, 1988), atau turystologia (Chłopecki, 2005).

Lantas kenapa masih terkesan bukan sebagai ilmu mandiri? Prof. Darma Putra punya penjelasan Panjang. Pertama, orang belajar pariwisata sangat dominan pada pendidikan vokasi (skill) daripada kajian (science). Hasil akhirnya lebih berorientasi pada upah daripada karya ilmiah, atau imajinasinya soal komisi daripada publikasi. Kedua, pada etafe awal perkembangannya pariwisata diposisilan sebagai sub-disiplin dari ilmu konvensional seperti Antropologi, Ekonomi, dan Geografi. Hal ini dikarenakan penyebutan pariwisata, minus morfem –logi pada nama seperti dalam sosiologi dan antropologi.

“Bukankah, tak semua ilmu punya morfem –logi, seperti ilmu politik,sejarah, ekonomi?” tanya Prof. Darma Putra Retoris. Keempat, konsekuensi dari sub-disiplin adalah pariwisata sebagai disiplin tanpa teori sendiri. Argumentasi paling akhir pariwisata “dibully” bukan ilmu mandiri karena pariwisata lebih berasosiasi rekreasi daripada riset; on leave vs on duty; informative vs depth interview.

Dalam perspektif Prof. Darma Putra ada empat tahap  yang mesti dilalui pariwisata atau cabang ilmu lain menuju pengakuan sebagai disiplin. Tahap awal, ilmuwan mengenalkan objek dan fenomena baru sebagai materi untuk disiplin ilmu baru dengan bahasa yang mencukupi. Selanjutnya, ilmuwan membangun metode dan teori riset untuk disiplin baru. Tahap ketiga, ilmuwan menghasilkan banyak pengetahuan spesifik dari publikasi riset yang menunjukkan penggunaan metode yang dibangun. Pada puncaknya, ilmuwan menjaga dan meneruskan ilmu pengetahuan yang dihasilkan pada tahap pertama sampai tahap ketiga.

Lantas seberapa pantas, pariwisata mengantongi predikat sebagai ilmu mandiri? Untuk menjawab pertanyaan mendasar ini, Prof. Darma Putra punya segudang asumsi untuk meyakinkan khalayak bahwa pariwisata itu memang memenuhi syarat sebagai ilmu mandiri. Pariwisata sudah dipelajari di lembaga pendidikan tingkat sarjana dan pascasarjana di dunia. Jadi pariwisata itu lebih dari vokasi. Bila akademisi atau penulis ingin mencari referensi, tentu eksistensi jurnal khusus pariwisata jawabannya. Sudah banyak jurnal bereputasi yang memperkuat pariwisata sebagai ilmu. Sebut saja, Annal of Tourism Research yang diterbitkan sejak 1973 dan Current Issues in Tourism yang terbit sejak 1998.

Asumsi lain yang juga menguatkan, jumlah mahasiswa prodi pariwisata rata-rata lebih tinggi daripada mahasiswa prodi lain, seperti antropologi, arkeologi, dan sejarah. “Ada fakta unik dan menarik itu, kendati bidang kajian pariwisata baru diakui sebagai ilmu pada tahun 2008 sekaligus membuka jalan pembentukkan fakultas pariwisata, namun pengangkatan professor pariwisata di Indonesia mulai 2001. Dan kini ada banyak professor pariwisata; professor ilmu pariwisata yang pertama adalah Prof. Ir. I Gde Pitana, M.Sc., Ph.D., ditetapkan pada 1 Oktober 2001. Sementara itu, Prodi Magister Pariwisata direstui pertama 2001, di Program Pascasarjana Unud,” papar Prof. Nyoman Darma Putra.

Asumsi lainnya pariwisata itu ilmu mandiri, Tahun 2010, Pascasarjana Unud membuka Prodi Doktor Pariwisata; pertama di Indonesia. Jika ditelusuri jumlah Prodi dan Fak Pariwisata di Indonesia bertambah terus, kini bagai jamur di musim hujan. Secara kelembagaan dan komunitas akademik yang mendukung ilmu pariwisata sebagai ilmu mandiri juga sudah hadir Hildiktipari dan Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) yang mendukung pengembangan pariwisata dalam tiga ranah: Industri, Ilmu, dan Institusi Pendidikan Kepariwisataan. Disamping itu, jurnal pariwisata sebagai media deseminasi keilmuan hadir sebagai penguat pilar ilmu pariwisata.

Dalam perspektif Prof. Nyoman Darma Putra, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pengembangan Ilmu Pariwisata. Pertama, kuatnya trend riset pariwisata yang positivistik, pemecahan masalah pembangunan pariwisata yang menimbulkan sikap over-optimistic dan bias-positif. Kedua, dominannya paradigma pariwisata berkelanjutan, namun fakta kebalikannya terabaikan: ketika over tourism sudah nyata, strategi peningkatan angka kunjungan terus didorong sebagai indikator kemajuan.

Ketiga, kurangnya teori-teori baru dari kajian pariwisata mengingat selama ini, teori yang banyak dipakai adalah teori atau pendekatan lama seperti tourism area life cycle, host-guest, dan tipologi tourist. Keempat, ketika muncul teori atau pendekatan baru seperti Community Based Tourism (CBT), Creative Tourism, Alternative Tourism, aplikasinya tetap condong pada developmentalism bukan kritik atas pembangunan. Terakhir, kajiannya, pro-program pemerintah daripada kondisi nyata lapangan.

Menyimak fakta-fakta historis dan empiris dari ilmu pariwisata dan tantangannya di masa depan tersebut. Prof. Nyoman Darma Putra pun mempersembahkan sekuntum kamboja pada ulang tahun ilmu pariwisata yang ke-16 tanggal 31 Maret 2024. Ada enam helai dalam putik kamboja yang ditawarkan yakni diformulasikan sebagai abjad KAMBOJA.

Uraiannya, huruf K berarti ilmu pariwisata harus dibangun dalam kajian kritis, dan kolaboratif-multidisipliner. Huruf A dengan pendekatan adaptif, adoptif, maupun “adeptif” alias dapat dijual. Sementara itu M ditekankan sebagai upaya menggali dan mengembangkan metode keilmuan pariwisata harus lebih inovatif, dan up to date. B-nya mengandung pengertian brief-policy oriented, diikuti O sebagai upaya tak kenal lelah mewujudkan orisinalitas karya. Ada huruf J yang menunjukkan penguatan pariwisata sebagai ilmu mandiri membutuhkan jejaring stakeholders (pemangku kepentingan); serta huruf paling akhir yaitu A lagi diartikan sebagai para pemangku kepentingan pariwisata mesti aktif publikasi, dan aktif aplikasi.

Boleh jadi, sekuntum kamboja ini belum cukup disuntingkan ditelinga si gadis “ilmu Pariwisata” yang mulai menunjukkan pesonanya di usia 16 tahun. Jika ada yang punya hadiah berbeda dari sudut pandang lain tentu akan semakin indah. Intinya, dari balik semerbak bunga kamboja yang disodorkan Peneliti Pusat Unggulan Pariwisata Unud Prof. I Nyoman Darma Putra, dengan senang hati kita berujar “Dirgahayu Ilmu Pariwisata Indonesia”. [T]

Tags: ilmu pariwisataPariwisata
Previous Post

Kolaborasi Jepang-Pedawa, Usaha Memperkenalkan Seni-Budaya Lintas Negara

Next Post

Inilah Cerita Lengkap “Kisruh” Gong Kebyar Legendaris Mebarung di Panggung Hut Kota Singaraja

I Made Sarjana

I Made Sarjana

Dr. I Made Sarjana, SP., M.Sc., lahir di Desa Mengani, Bangli. Ketua Lab. Subak dan Agrowisata, Prodi Agribisnis FP Unud

Next Post
Inilah Cerita Lengkap “Kisruh” Gong Kebyar Legendaris Mebarung di Panggung Hut Kota Singaraja

Inilah Cerita Lengkap “Kisruh” Gong Kebyar Legendaris Mebarung di Panggung Hut Kota Singaraja

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co