KEHIDUPAN kita saat ini tidak terlepas dari rentetan peristiwa-peristiwa yang tidak bisa dihindari, baik itu peristiwa menyenangkan ataupun menyakitkan. Peristiwa yang menyenangkan tentunya akan memberi dampak positif terhadap emosi kita, tapi untuk yang menyakitkan tentunya akan memberi dampak negatif terhadap emosi kita.
Dan begitu kuat melekatnya emosi negatif tersebut dalam diri, sudsh pasti lama-kelamaan akan menjadi masalah bagi kesehatan mental yang tentunya akan berdampak ke kesehatan fisik.
Melepaskan emosi negatif yang melekat dalam diri tentunya menjadi upaya kita agar kita terhindar dari gangguan kesehatan tersebut. Sedangkan salah satu cara melepaskan emosi negatif adalah dengan maaf memaafkan.
Maaf memaafkan sudah menjadi budaya dan tradisi kita sebagai umat beragama di setiap hari-hari besar keagamaan. Maaf atau meminta maaf adalah prilaku positif, dan orang yang mau minta maaf selalu mendapat predikat “orang yang berjiwa besar”—karena sejatinya dalam berinteraksi kita dengan lingkungan, sadar atau tidak, sengaja atau tidak, pasti pernah melakukan kesalahan.
Minta maaf adalah salah satu cara melepaskan emosi negatif yang melekat dalam diri akibat kesalahan atau rasa salah yang ada pada diri kita—karena emosi negatif akan menghambat upaya kita untuk meningkatkan kualitas diri.
Sebuah permintaan maaf yang terpuji dapat membawa manfaat yang menyehatkan bagi hubungan individu. Permintaan maaf yang tulus dapat membuka kembali jalan komunikasi yang terputus akibat suatu kesalahan serta dapat mengurangi beban emosional pada diri sendiri sehingga dapat memberikan kedamaian batin dalam diri.
Sedangkan yang terpenting dari permintaan maaf adalah perubahan sikap dan prilaku dalam diri sebagai upaya untuk tidak berbuat salah lagi.
Memaafkan adalah sebuah tindakan yang sangat kuat dan memiliki dampak yang besar pada kehidupan seseorang. Proses memaafkan bukanlah sebuah hal yang mudah, terlebih ketika seseorang merasa terluka, dikhianati, atau dihina oleh orang lain.
Namun, memaafkan adalah sebuah bentuk keberanian dan kebijaksanaan dalam menangani konflik yang dapat membantu seseorang untuk mengatasi rasa sakit, kesal, dan kemarahan yang dialaminya.
Memaafkan bukan berarti melupakan atau mengabaikan apa yang telah terjadi. Sebaliknya, memaafkan adalah sebuah tindakan yang dilakukan dengan sadar dan penuh kesadaran, di mana seseorang menyadari bahwa ia memilih untuk melepaskan perasaan negatif dan bekerja menuju sebuah pemulihan.
Dalam banyak kasus, memaafkan adalah langkah pertama untuk mencapai perdamaian dan mengatasi trauma.
Memaafkan juga dapat membantu seseorang untuk mengatasi stres dan kecemasan. Sebaliknya, menahan dendam dan kemarahan dapat meningkatkan stres dan menimbulkan perasaan cemas berkepanjangan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.
Oleh karena itu, dengan memafkan seseorang dapat meredakan stres dan mengurangi resiko terkena gangguan kesehatan yang berkaitan denga stres.
Selain itu memaafkan juga dapat membantu seseorang untuk menguatkan dirinya. Ketika seseorang memaafkan, secara tidak langsung ia memberikan kekuatan pada dirinya sendiri untuk melanjutkan hidup.
Dengan memaafkan, seseorang tidak lagi terikat oleh masa lalu dan dapat membuka diri untuk pengalaman yang lebih baik di masa depan. Memaafkan dapat memperkuat hubungan dengan orang lain, termasuk keluarga, teman dan pasangan.
Namun, memaafkan bukan berarti seseorang terus menerus memaafkan kesalahan yang sama atau mentoleransi perilaku yang merugikan dirinya. Seseorang harus memilih untuk memaafkan dengan bijak dan mempertimbangkan segala konsekuensi dan tindakan tersebut.
Memilih untuk tidak memaafkan seseorang tidak berarti terjebak dalam perasaan kesal dan dendam, tetapi menjaga jarak dan menjaga diri sendiri dari pengaruh yang merugikan.
Banyak penyakit yang bisa ditimbulkan akibat kita memendam rasa marah, benci akibat kita tidak mau memaafkan. Seperti stres kronis, yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Gangguan kecemasan yang akan membuat ketidak amanan yang berkepanjangan.
Depresi juga bisa timbul akibat memendam rasa sakit dan kesedihan yang berkepanjangan karena tidak mau memaafkan. Hal itu dapat menimbulkan kesehatan mental yang serius dan tekanan darah tinggi dengan akibat penyakit lainnya seperti penyakit jantung dan stroke.
Bukan hanya itu, tidak mau memaafkan juga akan memperburuk konflik antar pribadi dan membuat hubungan dengan orang lain menjadi sulit.
Akhirnya, dalam berkehidupan kita sebagai umat beragama, sudah sejak dini kita selalu diajarkan dan disarankan untuk saling maaf-memaafkan. Hal ini sudah menjadi budaya dan tradisi sehari-hari khususnya saat hari-hari raya besar keagamaan.[T]