4 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Asal-asal-usul Kata “Mebat”, “Lawar” dan “Komoh”

Nyoman Sukaya SukawatibyNyoman Sukaya Sukawati
August 11, 2021
inEsai
Asal-asal-usul Kata “Mebat”, “Lawar” dan “Komoh”

Seoeang lelaki Bali sedang mebat membuat lawar

Awal abad lalu, sejumlah orang asing, mungkin anggota tentara KNIL, yang sedang jalan-jalan pagi di sekitar Sanur merasa tertarik pada belasan orang yang berkerumun di pelataran sebuah pura dekat pantai.

Mereka kemudian mampir dan melihat dari dekat orang-orang lokal yang sedang sibuk bekerja itu.

Suasana di sana terlihat sangat seru. Semuanya tampak sedang metektekan dengan pisau blakas-nya masing-masing yang membuat suata riuh di atas talenan.

Ada yang memotong balung, mencincang daging, membuat rames, bikin enteban. Ada pula yang mengiris sayuran, dan lain sebagai-sebagainya.

Di sebelah sana sejumlah orang sibuk  memarut kelapa, atau menghaluskan daging dengan lesung batu, dan yang lain sedang membakar sesuatu di atas bara api.

Sementara rempah-rempah dan juga bumbu dari penggorengan yang meletup-letup tak henti-hentinya menyebarkan aroma wangi ke sekitar dibawa oleh asap yang melayang-layang.

Pendeknya, suasana di sekitar terlihat heboh, meriah dan ramai.

Karena melihat pemandangan yang demikian itu orang asing tersebut lantas berbicara kepada seseorang di dekatnya.

“Sedang membuat apa?” tanyanya dalam bahasa Indonesia.

“Membuat lawar, Tuan,” sahut orang itu sambil tetap bekerja melipat-lipat daun pisang,  membungkus sesuatu.

“Ini makanan?”

“Ya, Tuan. Ini lawar tapi belum jadi.”

“Wao, ini makanan baunya hebat!”

“Betul Tuan. Nanti kami membuat banyak lawar, banyak sate, komoh, brengkes. Pokoknya, banyak Tuan. Semuanya untuk upacara juga untuk pesta.” sambung pria itu.

“Hebat, hebat… makanan hebat! Makanan untuk para Dewa ya?” ujar tentara KNIL itu sambil menggoyangkan kepalanya sebagai tanda kagum.

Setelah berbincang-bincang sejenak orang asing lalu melanjutkan perjalanan.

Setelah tentata KNIL pergi, suasana di tempat bikin lawar itu jadi tambah ramai. Orang-orang saling bertanya di antara mereka: “Apa yang dikatakan Tuan Belanda tadi?”

“Dia bilang makanan ini ebat. Lawar kita ebat. Dia terus saja bilang lawar yang kita buat ini ebat,” sahut laki-laki yang tadi berbicara dengan orang asing tersebut.

“Hahaha… ya, ya, tadi Tuan itu terus saja bilang ebat, ebat…” sambung rekannya.

Mereka mengucapkan kata “hebat” dengan “ebat”.

“Apa artinya ebat?” sela seorang tua.

“Ebat itu sama dengan enak, sangat enak, tidak ada bandingannya, seperti makanan Dewa,” salah satu temannya menyahut.

“O begitu. Lawar memang ebat. Baru mencium baunya saja sudah ebat, apalagi Tuan itu sempat mencicipinya, pasti tambah ebat. Makanan orang Bali memang ebat,” ujar yang lain.

Kata “hebat” yang diucapkan orang asing itu terus menjadi perbincangan di tengah mereka yang sedang bekerja membuat lawar.

Mereka merasa senang dan bangga karena ada orang asing memuji makanannya.

Kata hebat sendiri kita tahu lebih bermakna sebagai sesuatu yang terlampau atau amat sangat, misalnya sangat dahsyat, sangat ramai, sangat kuat, sangat seru, dan sebagainya.

Kemudian peristiwa kunjungan dan pujian dari tentara KNIL itu terus menjadi cerita yang menyebar dari telinga ke telinga dan semakin meluas di masyarakat, bahkan sampai di luar Sanur.

Terutama kata “ebat” yang mereka anggap sebagai pujian terhadap lawar sebagai makanan enak tiada banding itu semakin menjadi buah bibir masyarakat.

Sampai-sampai setiap kali mereka mengatakan “ebat” maka  artinya adalah makanan yang sangat enak dan itu dikonotasikan sebagai lawar.

Entah bagaimana awalnya, masyarakat jadi suka mengatakan membuat makanan “ebat” bila mereka sedang bikin lawar untuk upacara.

Lama kelamaan kata “ebat” lantas jadi kata kerja dalam bahasa Bali dengan menambahkan awalan ma dan akhiran an menjadi “maebatan” atau “mebat”, yang maksudnya bekerja membuat lawar.

Hingga sekarang, kata maebatan atau mebat di Bali dipakai untuk menyebutkan aktifitas warga yang sedang membuat lawar serta lainnya untuk keperluan upacara dalam jumlah besar itu yang dikerjakan secara beramai-ramai.

Lalu apa itu lawar? Kata lawar berarti sayatan daging; melawar adalah menyayat daging tipis-tipis.

Sepertinya kata ini yang diadopsi untuk menyebut satu olahan makanan tradisional Bali yakni lawar.

Membuat lawar, dalam bahasa Bali disebut ngelawar, memang banyak melalui proses menyayat atau mengiris daging misalnya sewaktu bikin rames atau memotong sayuran. Karena itu, kemudian disepakati hidangan ini diberi nama lawar.

Selain lawar ada satu lagi makanan utama yang juga sangat populer yakni komoh.

Komoh itu semacam sup, atau lawar yang berkuah banyak. Cara memakannya biasanya disiup atau diseruput dari kobokan.

Apa arti komoh? Dalam bahasa Indonesia ada kata klomoh yang artinya basah. Agaknya kata klomoh itu diadopsi jadi komoh yang artinya kira-kira lawar basah atau lawar berkuah.

Tadi pagi tulisan ini saya share di grup WA dan ditanggapi ramai.

Seorang teman kemudian bertanya, apakah cerita ini benar adanya. Ini seperti sejarah saja?

Kemudian saya jawab: Saya mengarang artikel ini sambil ngopi pagi di tengah PPKM, pelan pelan kurang makan, dan saya tidak bermaksud meyakini kebenarannya. Sambil saya membubuhkan emoticon tertawa di bagian akhir.

Obrolan tentang mebat ini terputus ketika seorang teman membagikan berita duka. Ia mengabarkan bahwa rekan kami yang beberapa hari ini dirawat di rumah sakit, baru saja meninggal dunia karena Covid 19. Dan percakapan WA kemudian beralih ke berita kematian ini sambil kami ramai-ramai menulis ucapan: dumogi amor ring Acintya, [T]

Tags: BahasaBahasa Balikulinerkuliner lokal
Previous Post

“Kel Uwu”, Menakar Harta, Menakar Makna Kemakmuran | Renungan Buda Cemeng Klawu

Next Post

Muasal Gelar Pedanda

Nyoman Sukaya Sukawati

Nyoman Sukaya Sukawati

lahir 9 Februari 1960. Ia mulai aktif menulis puisi sejak 1980-an di rubrik sastra surat kabar Bali Post Minggu asuhan Umbu Landu Paranggi. Dia pernah bergiat di dunia kewartawanan. Pada 2007 bukunya berjudul Mencari Surga di Bom Bali diterbitkan berkat bantuan program Widya Pataka Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali bekerja sama dengan Arti Foundation, Denpasar.

Next Post
Lontar Mpu Kuturan | Sosok Historis atau Mitos?

Muasal Gelar Pedanda

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025

LANGIT Ubud pagi itu belum sepenuhnya cerah, tapi semangat Rikha sudah menyala sejak fajar. Di tengah aroma rempah yang menyeruak...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co