7 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dari Karang Binangun ke Singaraja

JaswantobyJaswanto
December 3, 2020
inEsai
Priayi Kecil

Saya dilahirkan di sebuah kampung yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Sebuah kampung yang selalu “dicap” sebagai  tempat tinggalnya orang-orang yang tidak berpendidikan. Kampung yang dijuluki “Karang Jaba” oleh orang-orang desa bagian utara. Kampung yang selalu mengalah atas apapun. Kampung yang menganggap orang yang berkuasa adalah dewa—juga diam-diam menghujatnya di belakang. Kampung yang semenjak kelahirannya tidak pernah mampu menangkap maksud tertinggi kehidupan. Tanah air yang saya cintai—yang tidak pernah bersungguh-sungguh mengembangkan akal budi sehingga masih terjebak lumpur kejahiliahan.

Saya lahir di lingkungan orang-orang yang berpikiran hirarki agraris totok tradisional. Orang-orang tua yang selalu merasa benar, feodal, patriarki, benci demokrasi, ingin selalu dihormati, dan selalu ingin mempertahankan status quo-nya dalam bidang apapun. Walaupun begitu saya tetap bersyukur mempunyai seorang bapak yang menurut saya sangat demokratis terhadap anak-anaknya.

Waktu saya masih kecil, saya tidak punya kesempatan untuk bertanya banyak hal. Apa yang menurut orang tua—kecuali bapak—baik, secara otomatis harus kami ikuti tanpa harus ada protes—atau pertanyaan-pertanyaan yang menurut mereka bakal menyusahkan saja. Ikuti saja, kalau tidak mau kualat.

Selain orang-orangnya—sekali lagi kecuali bapak—yang berpikiraan hirarki, kampung saya juga masih mempunyai aura magis tersendiri. Animisme dan dinamisme masih terjaga sampai hari ini. Kepercayaan-kepercayaan tetua-tetua dahulu, masih menjadi cerita wajib kepada kami sebagai anak-anak yang terlahir di zaman sekarang ini.

Memang, manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan, kata Cak Nur. Sebab, kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai. Dan nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradisi-tradisi yang diwariskan secara turun temurun; dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Demi untuk mempertahanya nilai-nilai tersebut, maka dalam kenyataan  ikatan-ikatan tradisi itu, malah sering menjadi penghambat perkembangan peradaban; dan kemajuan manusia. Di sinilah terdapat kontradiksi. Kepercayaan diperlukan sebagai sumber tata nilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu melembaga dalam tradisi yang membeku dan  mengikat, maka justru merugikan peradaban.

Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap kepercayaan dan tata nilai yang membelenggu. Ciri manusia modern salah satunya adalah terbuka terhadap apa pun. Artinya, menerima segala bentuk nilai dalam komunitasnya.

Masih banyak masyarakat kampung saya yang menganut kepercayaan yang membelenggu kemajuan. Kepercayaan-kepercayaan itu mengikat setiap individu untuk tidak boleh melanggar. Kata “kualat” dijadikan doktrin yang cukup manjur dalam hal ini. Tapi, bukankah perubahan itu yang abadi?

***

Tetapi semua itu berubah sejak saya “keluar” dari kampung halaman. 2015 saya putuskan untuk merantau ke Pulau Bali. Di Pulau Dewata ini, saya menimba ilmu. Hampir empat tahun, saya merasa menjadi anak yang berbeda. Yang dulu berpikiran hirarkis, sekarang, saya selalu mencoba untuk berpikir egaliter. Dulu, di kampung saya dibesarkan di lingkungan petani yang kulturnya hirarkis tradisional. Sekarang, di sini, di Kota Singaraja, saya dibesarkan di lingkungan akademisi yang modern. Itu sangat mempengaruhi pola pikir saya, terhadap apapun—jalan intelektual saya.

Saya percaya salah satu tugas manusia adalah menapak di jalan intelektual, yaitu berkiblat kepada kebeneran ilmu, bukan kebenaran politik. Dan, sampai saat ini, saya hanya memahami tiga jalan: Jalan keindonesiaan, jalan agama, dan jalan intelektual (keindonesiaan dan keagamaan adalah kesatuan. Sedadangkan keduanya diperkuat oleh ilmu pengetahuan). Menurut saya, sebagai manusia, seharusnya tidak hanya mengenal bangsanya, tapi kenal agamanya dan kenal jalur ilmunya. Sekarang ini, saya mencoba sekuat-kuatnya berjalan di tiga jalur ini secara bersamaan.

Dulu saya demikian yakin membiarkan segala keudikan—apa adanya kampung saya adalah arif. Sekarang dengan pengetahuan dan kesadaran sendiri, pikiran saya berbalik: membiarkan kampung saya tetap bebal, pemabuk, pejudi, tak kenal pendidikan, patriarki, feodal, adalah bertentangan dengan misi menjadi seorang manusia. Menggembalakan mereka rasanya bukan suatu pekerjaan yang sulit. Yang menjadi persoalan adalah bila kampung saya memang harus diangkat dari lumpur kejahiliahan, maka siapakah yang bertanggungjawab atas tugas semacam itu?

Saya tidak berani berkata dan tidak akan berkata bahwa saya lah pihak pertama atau orang pertama yang harus mengemban tanggung jawab itu. Pihak pertama mestilah perangkah desa, ulama, kiyai, sarjana. Namun saya harus menyadari, budaya feodalisme nyatanya telah membutakan mata para penguasa untuk menjadi pihak yang paling utama dalam hal perubahan. Taraf nasional atau regional? Nyatanya juga tidak menukik dan rinci sampai ke masalah penduduk kecil seperti di kampung saya.

Seperti ada yang menuding diri saya. Saya lah yang secara moral paling layak mengambil tanggung jawab itu. Tanggung jawab kemanusiaan. Kalau memang saya mampu melakukan pekerjaan pengabdian itu saya akan sangat senang. Bekerja membangun kampung di atas pangkuan “ibu kandung” tentuakan sangat menyenangkan.

Saya tersenyum pada kesadaran jiwa yang mengambang. Hidup saya tentulah sangat kecil bila dibandingkan dengan luasnya totalitas kehidupan. Namun dalam kekecilan hidup, saya merasa telah menemukan sebuah makna. Memang tidak lengkap dan gemerlap. Tapi saya akan sampai kepada sebuah pertanyaan; apa yang sudah saya berikan kepada kampung saya? Apa yang sudah saya berikan kepada kampung yang telah membuat hidup saya demikian bersaja ini? Apa mungkin saya bisa mengajak kampung saya lepas dari pemikiran hirarki, patriarki, dan feodal? Dan terpenting membawa kampung saya pada jalan yang dikehendaki Sang Maha Agung. Pertanyaan-pertanyaan itu selalu membuat jiwa saya terasa mengambang. [T]

Previous Post

Kiat Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar

Next Post

Artisan Day-Out by Plataran Canggu Revisit the Tradition

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Artisan Day-Out by Plataran Canggu Revisit the Tradition

Artisan Day-Out by Plataran Canggu Revisit the Tradition

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co